Bukan Jodoh

60.3K 4.6K 222
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...

Wajib FLLOW Ig:  @dffarrmdn_(Daffa)
@gldsshfa_(Gladis)

Vote dulu biar mamaku bangga😙

Happy Reading!

Mendengar penuturan Vanya Gladis terdiam seribu bahasa, otaknya berusaha memikirkan segala alasan untuk bisa sedikit mengibuli sahabatnya itu.

"Jangan!" Setelah sekian lama kata itu yang keluar dari bibir ranum cewek itu. Gladis sedikit meringis, karena Vanya menatapnya menyelidik.

"Kenapa?"

Gladis menggaruk kepalanya yang tak gatal, kayaknya ia tahu apa yang perlu di ucapkan. "Yang jagain mama lo siapa kalau lo nginep?"

Oh ayolah, semoga Vanya bisa di ajak kerjasama.

Vanya mendengus kesal. "Gue lupa maaf." Gadis itu terkekeh, sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Gladis bernafas lega, kali ini ia lolos dengan alasan yang masuk akal. "Lagian gue udah sembuh, lo gak perlu khawatir," ucap Gladis, sambil menarik turunkan alisnya.

"Dih, orang lo masih di rawat di sini beberapa hari."

Gladis nyengir lebar. "Kan udah lumayan Panya."

🦋🦋🦋

Merasa bosan menunggu Vanya pulang, Daffa akhirnya memilih bermain game sebentar. Lama asik dengan ponselnya lelaki itu menggeram pelan. Membosankan.

Lelaki itu masuk ke aplikasi WhatsApp, mengechat Gladis agar gadis itu mengurus semuanya.

Lma, srh vnya plg cpt!

Lelaki itu berdecak kemudian melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana, dari pada terdiam seperti orang tolol mending ia pergi untuk mencari angin.

Daffa menyusuri setiap koridor rumah sakit. Langkah kakinya membawanya pada parkiran dimana motor miliknya berada. Baru saja ia ingin menancapkan gas, namun--

"Daffa! mau kemana kamu!" Daffa memutar matanya malas, lelaki itu terpaksa turun dari motornya dan menghampiri Mamanya yang baru saja turun dari mobil.

Lelaki itu mengambil tangan Lisa kemudian menciumnya. "Keluar," jawab dia akhirnya.

Lisa menggerutu kesal. "Terus Gladis siapa yang jagaain."

"Mah." Daffa memanggil. "Daffa gak bisa ada di samping dia terus."

"Terus kamu biarin dia sendiri, gitu?" Lisa menghembuskan nafas kasar, anaknya ini bisa-bisanya.

"Ada," jawab Daffa tak jelas.

"Ada apa?"

"Ada temennya."

Lisa mengangguk, ia mengambil paper bag yang putranya itu sodorkan. "Ayo masuk, kamu ini gimana sih."

Daffa tak bergeming dari tempatnya, bunyi ponsel berasal dari Lisa membuatnya bernafas lega.

"Saya kesana Dion." Lisa menghela nafas berat, memutus panggilan, ia kembali menyodorkan paper bag yang anaknya tadi berikan untuk di ambil pemiliknya kembali. "Mama gak jadi masuk."

KENAPA HARUS DIA? (New Version)Where stories live. Discover now