#28 약속

57 6 247
                                    

Kalimat demi kalimat yang tadi diucapkan Jungkook, membuat air mata itu tak mau berhenti. Taehyung memang menyesal karena keputusannya memaksa Tzuyu dan Jungkook bersama.

Namun, semua penyesalannya semakin terasa setelah Jungkook mengatakan segalanya.

"Taehyung-ah, kau ingin terus menangis? Bukankah kau yang menyebabkan semuanya?" gumam Taehyung. Namun, itu tetap tak berpengaruh untuk menghentikan air matanya.

Awalnya ia tak terlalu merasa kehilangan meski Tzuyu bertunangan atau mengandung bayi Jungkook. Namun, setelah Jungkook mempertegas semuanya, ia baru merasa sangat kehilangan.

Taehyung menyeka air matanya sambil mengatur napas. Namun, itu sama sekali tak meredakan rasa sesak yang ia rasa. Bahkan semakin lama, cuplikan mengenai kenangan manisnya bersama Tzuyu semakin intens teringat. Apalagi saat Tzuyu membantunya menjaga Ara.

***

3 tahun lalu ...

Suara tangis itu hampir membuat kepala Taehyung pecah. Ia baru saja akan tidur setelah jadwal padatnya. Namun, Ara terbangun dan mulai menangis.

"Ada apa? Kau lapar?" Taehyung menimang bayi kecil itu dengan tangan kanannya, sementara, tangan kirinya mulai membuat susu. "Sebentar, ya, Appa harus buatkan susunya dulu."

Taehyung masih mengenakan pakaian formal sebab ia baru pulang dari syuting dramanya. Namun, ia tak bisa langsung istirahat karena putrinya menangis.

Taehyung mendesah pelan saat botol susu itu justru jatuh dan tumpah. Padahal, saat ini tangisan Ara semakin kencang. "Ck, kenapa aku harus sangat ceroboh?"

Taehyung mengambil botol susu yang lain, kembali membuatkan susu sambil menenangkan tangis putrinya.

Taehyung memberikan botol susu itu saat sudah jadi. Dari cara Ara minum, Taehyung yakin bayi kecil itu sangat lapar. Namun, hanya berselang beberapa detik saja, Ara kembali menangis dan menolak susu itu.

"Kau sangat merindukan Eomma, ya? Nanti Appa akan membawamu menemuimu." Taehyung menyentuh dahi Ara dan terkejut sebab suhunya cukup panas. "Astaga, kau sakit? Sebentar."

Tzuyu menggeleng saat mendapati Taehyung sibuk. Pantas saja sejak tadi pria itu tak mendengar meski dirinya sudah menekan bel berkali-kali.

Tzuyu meletakan 2 paper bag yang ia bawa kemudian menghampiri Taehyung. "Biar aku saja yang menggendongnya. Kau pasti sangat lelah."

"Dia sakit, Tzuyu. Bisa kau panggil dokter?"

"Dia baru saja imunisasi, tenang saja, demamnya tidak akan lama." Tzuyu kemudian menggendong Ara dan mencium pipinya. "Kau sakit? Bagaimana jika kau tidur bersama Bibi?"

"Tzuyu, tidak perlu, aku bisa--"

"Buktinya dia terus menangis. Lebih baik Oppa mandi. Mungkin Ara tidak tahan dengan keringat Oppa," ujar Tzuyu dengan nada candaan.

***

Dering ponsel membuat Taehyung segera menoleh. Ia lantas meraih ponselnya dan menyeka air matanya sebelum mengangkat telepon tersebut.

"Halo?"

"Appa!"

Taehyung tersenyum meski sambil menyeka air matanya. Ia sudah tahu jika Tzuyu menghubunginya karena Ara. "Ada apa? Appa baik-baik saja sekarang."

"Aku ingin menemui Appa."

"Tidak boleh, sayang. Kau bisa menemui Appa setelah pulang dari rumah sakit. Kau jangan nakal, ya? Dengarkan Bibi juga Pamanmu," jelas Taehyung.

"Appa tidak akan pergi seperti Eomma 'kan?"

Taehyung tersenyum. "Tentu saja tidak. Appa sudah berjanji pada Eomma untuk menjagamu."

"Cepat sembuh, aku sangat merindukan Appa."

"Baiklah, Appa juga merindukanmu." Taehyung langsung menutup telepon itu sebelum Tzuyu bicara. Ia akan benar-benar melakukan apa yang Jungkook minta. Sepertinya selama ini ia terlalu melewati banyak batasan hanya karena Ara dekat dengan Tzuyu. Namun, kali ini ia takkan gunakan putrinya sebagai alasan lagi.

"Sepertinya aku salah memilih waktu."

Taehyung menoleh kemudian menyeka air matanya. Ia lalu tersenyum dan menggeleng. "Tidak, kau tidak salah."

"Aku kemari untuk memastikan apa kau baik-baik saja atau tidak. Kau terluka karena aku."

"Aku hanya melakukan apa yang seharusnya kulakukan," ujar Taehyung kemudian tersenyum. Namun, senyumnya pudar saat gejolak tangis itu kembali ia rasa. "Maaf."

"Maaf? Ah, seharusnya aku yang mengatakan itu. Kau terluka karena aku tadi. Mungkin jika aku berlari, kau tidak akan terluka."

"Maaf karena aku selalu bertingkah kasar padamu. Aku seharusnya tak melakukan hal itu."

Syifa mulai bingung saat Taehyung justru menangis. Pria itu memang selalu menyelipkan beberapa sindiran kasar padanya dibalik sikap manis. Namun, Syifa tak pernah berpikir untuk membenci pria itu. Ia yakin, Taehyung punya alasan kenapa terus bertingkah kasar padanya, dan itu karena Tzuyu.

Syifa duduk di kursi, merogoh saku lalu memberikan sapu tangannya. "Mungkin kau membutuhkannya."

"Kenapa kau masih bersikap baik padaku? Aku sudah membentakmu, memerintahmu, tapi kenapa kau--"

"Kau salah menilaiku dari awal. Aku bukan orang yang akan melakukan segala hal demi keinginanku. Lagi pula, sejak awal aku tidak berniat kembali. Aku hanya berniat belajar," jelas Syifa. Seharusnya, ia memang pulang lebih awal dibanding harus membuat segalanya semakin rumit. Mungkin, jika ia tak pergi ke sana, Tzuyu dan Jungkook sudah menikah.

"Maaf."

"Kau akan terus meminta maaf padaku? Taehyung-ssi, kau sangat mencintai Tzuyu 'kan? Kenapa kau harus meminta maaf padaku? Terlepas dari itu, berhentilah menangis." Syifa yakin perasaan Taehyung tak main-main. Apalagi, sejak tadi pria itu terus menangis. Ia juga yakin jika Jungkook mengatakan sesuatu hingga Taehyung seperti ini.

Syifa memang seharusnya marah pada Taehyung. Namun, ia tak mau menyimpan dendam pada siapa pun. Itulah kenapa ia terus memaafkan Taehyung.

"Sekarang aku tahu bagaimana perasaanmu saat aku membentakmu atau menyuruhmu menjauh dari Jungkook. Rasanya benar-benar sesak. Seharusnya aku tahu itu sejak awal. Maafkan aku." Taehyung tahu akan sangat sulit mendapat maaf dari Syifa. Namun, ia takkan menyerah hingga mendapatkannya. "Ini terakhir kalinya. Aku janji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama."

*
*
*

Syifa menghela napas kemudian membuka selimut yang tadi menutup wajahnya. Sejak tadi, ia berusaha untuk tidur. Namun, pikirannya terus tertuju pada Taehyung.

Syifa terduduk. Ia tak mengerti kenapa tiba-tiba ia terus memikirkan pria itu. Padahal, seharusnya ia sangat membenci pria yang sudah dengan sengaja mendekatinya demi gadis lain.

Syifa meraih ponselnya. Ia berniat menghubungi Rey, memastikan kondisi Taehyung baik-baik saja. Namun, ia yakin hal itu hanya akan membuat Rey marah besar. "Ck, serba salah."

Syifa tak mungkin ke kamar Taehyung hanya untuk memastikan apa pria itu masih menangis atau tidak. Namun, ia malah tak bisa tidur karena memikirkannya. "Tidur, Syifa. Ngapain mikirin dia?"

Syifa kembali mencoba untuk tidur. Namun, posisi bagaimana pun, tetap membuatnya tak bisa terlelap.

"Ah, mending Syifa kirim SMS aja kali ya?" Syifa mulai mengetikan sesuatu. Namun, ia putuskan untuk kembali menghapusnya.

"Enggak, gak boleh. Dia pasti lagi istirahat," gumam Syifa kemudian meletakan ponsel. Ia kembali berbaring, menatap langit-langit kamarnya.

TBC🖤

5 Jun 2021

Paper Heart Return✔️ [Terbit!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang