VL¹¹ - Pesawat Pribadi

29.7K 4.6K 1.5K
                                    

ABSEN DULU YUK SEBELUM BACA!!

•••

Velyn baru saja selesai mandi setelah melakukan sarapan pagi tadi. Dan kali ini, ia menggunakan pakaian Arthur lagi.

Ia memakai kaos hitam bertuliskan gucci serta celana panjang cargo yang juga berwarna hitam. Rambut hitam panjang nan lurus kini tampak lebih keren dengan adanya topi baseball hitam polos yang melekat di kepala Velyn.

"Perfect." Velyn menjentikkan jari kala melihat pantulan dirinya dari cermin.

"Siapa suruh kau pakai baju ku?"

Sontak saja Velyn menoleh ke arah pintu begitu mendengar suara yang akhir-akhir ini tak lagi asing di telinganya.

Tampaklah sosok Arthur yang tengah bersandar di pintu dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Pria itu memperhatikan penampilan Velyn dari bawah hingga atas. Semua yang Velyn gunakan adalah barang milik Arthur.

"Tak usah khawatir. Akan ku kembalikan setelah tiba di LA," balas Velyn santai.

Perlahan-lahan langkah Arthur mulai mendekati Velyn. Tepat saat ia berdiri di belakang wanita itu, Arthur mendekatkan bibirnya di telinga Velyn seraya berbisik, "Siapa yang menyuruhmu pulang ke LA, hmm?"

Detik itu juga tubuh Velyn menegang. Jantungnya berpacu dua kali lebih cepat ketika mendengar suara serak-serak Arthur. Namun, ia tetap mempertahankan ekspresi datarnya seolah tampak biasa-biasa saja.

"Kau tidak boleh pulang," lanjut Arthur masih berbisik.

Mendengar hal itu membuat Velyn memutar bola matanya malas. "Siapa kau yang harus ku turuti?"

"Aku suamimu."

"Suami?" Velyn tertawa rendah. "Kau lupa? Pernikahan ini hanya sekadar status."

"Walau hanya sekadar status, tetap saja aku ini suamimu. Kau sendiri yang mengatakannya di hadapan Tuhan."

"Aku mengatakannya tanpa keseriusan. Tak usah terlalu percaya diri," ujar Velyn acuh tak acuh.

Arthur menarik napas panjang berusaha menyembunyikan amarahnya. Ia sangat tak suka wanita keras kepala seperti Velyn. Apa susahnya menuruti perintah suami? Huh!

Dengan amat terpaksa, Arthur mendekatkan tubuhnya dengan Velyn. Ia pun langsung memeluk erat perut Velyn dari belakang.

Tentu saja hal itu membuat Velyn merasa jijik. Sekuat tenaga, Velyn mencoba melepaskan tangan Arthur dari perutnya, namun hasilnya nihil. Semakin dirinya berusaha melepaskan diri, semakin erat juga tangan Arthur memeluknya.

"Aku tak suka penolakan," ucap Arthur setelah menempelkan dagu nya di pundak Velyn.

"Dan aku tak suka pemaksaan." Setelah mengatakan itu, Velyn menekuk tangannya, lalu mendaratkan sebuah pukulan siku hingga mengenai mata Arthur.

"AWW!!" Refleks tangan Arthur terlepas dari perut Velyn, beralih memegang matanya yang terasa sakit.

Tak mau membuang-buang waktu, Velyn segera berlari meninggalkan kamar itu.

Arthur mengusap matanya sebelum memperhatikan kepergian Velyn begitu saja. Detik selanjutnya, ia tersenyum miring. Tentunya sikap Velyn yang seperti ini justru membuat Arthur semakin merasa tertantang.

"Sebentar lagi kau akan tunduk kepada ku, Nyonya Brilian Handerson," gumam Arthur.

•••

Setelah tiba di depan hotel, Velyn berlari menghampir keluarganya yang sedari tadi sudah menunggunya.

"Mom! Dad! Aku pulang duluan."

VELUNA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang