2. Gendong

362 35 1
                                    

Pulang sekolah dengan suasana panas, pengap, capek, laper jadi satu semua. Persis seperti apa yang lagi Renjun hadapi.

“Si bangke, panas banget haaaaah gerah.” Renjun tengah duduk di kantin sembari meminum air mineral botol.

Sebenernya, kantin udah tutup tapi berhubung Renjun yang dateng auto buka lagi ^^

“Saya masih sayang nyawa atuh.” Begitulah testimonial dari bibi penjaga kantin. Renjun itu terkenal barbar bukan main dan termasuk anak terkenal jadi begitulah ada saja yang tunduk kepada dia.

Dari kejauhan terlihat Alin yang bernama asli Guanlin sedang melakukan dribble pada bola basket.

Siapa yang tidak tahu Alin? Seluruh sekolahan pasti tahu. Bahkan di luar sekolah ia juga terkenal karena kelincahannya ketika bermain basket dan berhasil membawa nama sekolah menjadi juara bertahan.

Merasa suntuk, Renjun bermain ponsel.

Ya, padahal sih Renjun cuma tekan tombol menu terus tombol back secara berulang.

Sedang di sebrang, Alin mulai membereskan tas dan bola basket. Sudah cukup latihan segini saja, bisa-bisa ada yang ngamuk kalo kelamaan.

Dari arah Alin, ia melihat Renjun yang tengah fokus bermain ponsel. Ide licik pun mampir ke otak Alin.

Dengan sengaja Alin menidurkan dirinya di tengah lapangan basket dan berteriak kesakitan, “Aduh! Arghhh kaki ku!”

Mati-matian Guanlin menahan tawanya agar tidak meledak.

Renjun yang mendengar suara Alin kaget bukan main, dengan tergesa-gesa menyusul ke tengah lapangan sembari menggendong tas pada salah satu bahu.

“Alin! Lin! Ih lo gakpapa kan?” Renjun kalang kabut sekarang, astaga ini pacarnya kenapa sih? Cedera kah?

Renjun sampai di sebelah Alin, dia langsung memangku paha sang kekasih, “Ayo gua anter lo ke UKS, pasti kaki lo terkilir ini.”

Alin masih berpura-pura dengan sengaja dia malah menempelkan wajah ke perut Renjun.

“Hih kampret ntar dulu kalo mau ngusel-ngusel. Ayo gua bantu ke UKS.”
Renjun menopang satu lengan Alin sedangkan yang ditolong akhirnya pun tertawa kencang karena melihat sang kekasih panik.

“HAHAHAHA.”
“Lin... Efek terkilir lo jadi gila kah?”
“Gua cuman kerjain lo doang, maaf Njun.”

Bruk!

Dengan tidak ada perasaan Renjun langsung membanting tubuh Alin, “Awh!”

“GUA PANIK BENERAN YA ALIN, AH LO MAH NYEBELIN BANGET!!”
“Hehehe maaf sayang, abisnya lo serius amat main hp di kantin.”
“GUA TUH GABUT TAU!”

Alin terkekeh, emang godain Renjun gini paling asik.

“Ampun paduka, yuk sini naik ke punggung gua.” Guanlin kini berjongkok di hadapan Renjun, siap menggendongnya.

“Eh apaan? Ih gak!”
“Renjun cepetan!”
“Ish iya-iya.” Menahan malu, Renjun pun menuruti permintaan Guanlin.

Pipi dan telinga Renjun sudah memerah seperti tomat matang.

“Hup! Ayo kita pulang sekarang. Buset dah Njun lo kok berat macam karung beras sih?”
“HEH!”
“CANDA, HAHAHA.”

Dan langit pun sudah mulai sore, di tutup dengan pasangan pemuda yang tengah bermesraan melalui gendongan dilengkapi dengan adu cubit.





















































“NJUN! Sakit ini di cubit terus, beneran :)”
“Biar!”

Drabble And Prompt | LIFE [GuanRen]Where stories live. Discover now