4. Morning

108 16 7
                                    

Renjun pov

Pernah tidak terbesit di pikiran kalian, mengapa hari Minggu itu selalu libur?

Tidak tahu?

Sini aku jelaskan, penetapan libur sekali setiap pekan di hari Minggu berasal dari tradisi Romawi Kuno, yang menguasai banyak negara di Eropa. Dalam perumusan kalender Romawi Kuno, hari pertama dalam satu pekan bukan jatuh di hari Senin, melainkan hari Minggu.

Setiap hari Minggu itu berarti hari bermalasan-malasan. Contohnya aku dan Guanlin yang bahkan belum bangkit sama sekali dari kasur, padahal sudah jam 9 pagi. Terik matahari pun mulai terasa menembus korden dan sedikit menggangguku.

Author pov

Selimut tebal yang menutupi kedua insan itu mulai terbuka di bagian atas. Menampilkan sosok pria manis dengan matanya yang berbentuk seperti mata kucing, Renjun. Renjun mengerjapkan pelan kedua matanya, masih terasa buram dan samar.

Jemari lentik Renjun mengambil jam di nakas, astaga ternyata sudah jam 9 pagi. Biasa jam segini, Renjun sudah harus berkutat di depan komputer menerima dan menanggapi berbagai keluh kesah nasabah.

Benar, Renjun seorang Customer Service di salah satu Bank swasta. Kembali menaruh jam, Renjun memilih untuk memeluk bantal yang terasa sangat nyaman, tak lupa memiringkan badan melihat suami tercinta.

Oh, masih tidur ternyata.

Lengkungan manis terbit perlahan pada bibir Renjun, suami tersayang yang menikahinya tiga tahun lalu. Masih menjadi kenangan tersendiri untuk Renjun. Menikah tak semudah yang orang kira, banyak yang harus dipikirkan dan dipertimbangkan. Salah satunya, pekerjaan. Renjun awlanya adalah seorang model majalah, namun Renjun memilih berhenti karena Guanlin -suaminya- ini cemburuan.

Dia tidak suka asal melihat Renjun bermesraan di pemotretan, seperti bergandengan tangan pun Guanlin cemburu apalagi sampai cubit pipi. Sudah keluar itu tanduk di kepala Guanlin.

Kekehan ringan keluar dari bibir merah muda Renjun, walau cemburuan tapi Renjun sangat memaklumi itu. Guanlin memang tidak banyak bicara, dia lebih senang langsung memberi tindakan. Orang jika melihat dia pasti mengira sosok yang dingin, namun tidak untuk Renjun. Suaminya adalah sosok yang hangat dan tentu pengertian.

Kesibukan Guanlin sebagai dosen seringkali membuat mereka tidak memiliki banyak waktu berdua, ketika sampai rumah baik Guanlin maupun Renjun sudah lelah menjalani hari dan ingin segera terlelap.

"Oh!" Renjun teringat akan sesuatu, ia lantas kembali meraba nakas dan mengambil suatu benda. Hadiah untuk Guanlin, hadiah ulang tahun yang sudah telat sebulan. Tidak apa lah, yang terpenting Guanlin pasti bahagia sehabis ini, begitu pemikiran Renjun.

Kedua mata sang suami mulai terbuka, membiasakan diri dengan sinar matahari yang masuk ke kamar. Renjun memberikan senyum manis sebagai ucapan tersirat, "Selamat pagi." tanpa harus diucapkan.

Guanlin menoleh ke arah Renjun dan tersenyum, ah indah sekali pagi hari ini.

"Akhirnya bangun juga."

"Kenapa tidak membangunkan ku?"

"Tidak masalah, selagi libur. Lebih baik menikmatinya, kan?"

Guanlin mengangguk, lantas menghadap Renjun dan memeluknya erat.

"Good morning, love."

"Morning too my love."

Kecupan ringan menghampiri kening Renjun, "Apa aku terlalu kasar semalam?"

Kedua pipi Renjun langsung berubah warna menjadi merah, uh pertanyaan seperti ini walau tiap kali sehabis "melakukan" itu selalu diberikan Guanlin, tetap saja Renjun malu.

"Aniyoooo, aish sudahlah jangan membuatku maluuuu." Renjun menelusupkan kepalanya ke dada bidang milik Guanlin dan bersembunyi di situ.

"HAHAHA IYAAAA." Tawa renyah Guanlin pecah begitu saja.

Teringat akan sesuatu di kantung celana piyama, Renjun mengambilnya. Tentu, menimbulkan keheranan tersendiri dari Guanlin.

Ada apa?

"Guan, aku... Aku ada hadiah untukmu. Anggap saja ini hadiah untuk ulang tahunmu sebulan yang lalu."

Mengerutkan kening tidak paham, "Memang apa, sayang?"

Dengan senyuman manis, Renjun menyodorkan suatu benda berbentuk persegi panjang yang tidak terlalu besar namun cukup membuat mata Guanlin terbelalak. "Dua garis!"

Guanlin menatap benda di tangan Renjun dan ke wajah Renjun bergantian.

"K-kau serius? Renjun aku tidak suka jika kau bercanda keterlaluan."

"Sungguh! Ini hasilnya, Guan. Aku tidak bercanda sama sekali!"

Guanlin masih tidak percaya, "Bagaimana...?"

"Ini memang satu kejadian diantara jutaan kasus, namun aku spesial Guanlin. Aku ternyata bisa hamil."

Pria berambut hitam itu masih kaget sampai kemudian, "AKU AKAN MENJADI SEORANG AYAH?" Renjun tertawa melihat bagaimana reaksi Guanlin, "Iya! Kau akan menjadi seorang ayah~"

Guanlin langsung membanjiri wajah Renjun dengan kecupan tiada henti, "Sayang, sayang, terima kasih banyak. Ini kado terluar biasa yang pernah aku dapatkan dalam hidup. Renjun-ie, kau harusnya bilang jika sedang hamil, aku merasa bersalah karena kemarin..."

"Ssst, bukan masalah Guan. Aku juga ingin kemarin, entah kenapa nafsu ku jadi mudah naik."

Memeluk Renjun dengan lebih erat, seolah menggambarkan bagaimana perasaan Guanlin saat ini.

"Sejak kapan?"

"Kalau kandunganku sudah enam minggu, kalau merasa mualnya baru dua minggu belakangan ini."

"Kau tidak bilang kepadaku."

"Karena aku kira hanya masuk angin biasa, hehe."

Guanlin kembali menciumi wajah Renjun, "Renjun, aku sungguh berterima kasih padamu. Kalau kau ingin sesuatu jangan sungkan untuk bilang kepadaku, ya?"

"Ne~~ janji!"

Dan pagi di hari Minggu ini menjadi sangat berwarna dengan sosok baru yang nantinya akan mengisi rumah tangga mereka.





Tamat.

Drabble And Prompt | LIFE [GuanRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang