01 ♨ Sisi yang berbeda ♨

336 43 21
                                    

Bxb

Yaoi

Chanbaek and other cast

Happy Reading. (`∀´)

Vote dan commentnya jangan lupa yaa (/・ω・)/

~~o~~


"Park Sehun, angkat pantat sialanmu dan mandi, aku sudah menimba air untukmu."

Terdengar teriakan dari salah satu ruangan, terlihat seorang pria dengan pakaian basah tengah membawa satu ember air. Wajahnya menunjukkan kekesalan, saat sang empu yang sedari tadi ia panggil, tidak kunjung keluar.

"PARK SEHUN!!!!!! KAU ADA KELAS SENI PAGI INI, BANGUN SIALAN! ATAU KAU HARUS MENGGANTIKANKU KELADANG HARI INI."

Spontan pria yang saat ini tengah bergelung nyaman didalam selimut, langsung tersentak, mengabaikan rasa sakit dibagian kepala karena berdiri secara tiba-tiba. Ia membawa langkah kakinya kearah lemari, menatap wajahnya diarea cermin, sedikit berdecak saat menatap area biru dibagian leher.

"Sial, dia meninggalkan jejak."

Pria itu langsung mengambil bedak kesayangannya, membaurkannya sedikit diarea kulit, tersenyum kecil setelah berhasil menyembunyikan bercak kebiruan yang tercetak jelas disana.

"Kak Hunnie, sudah bangun?"

Pria itu menatap kearah pintu, tidak cukup jauh baginya untuk meraih pegangan pintu, mengingat rumah ini tergolong kecil. Setelah perusahaan sang Ayah bangkrut, ia menyadari jika masa dimana ia bisa membeli mainan hanya dengan menunjuknya saja, berganti dengan keringat yang harus ia hasilkan sendiri untuk bersenang-senang.

Park Sehun, anak kedua dikeluarga bermarga Park ini, saat ini sedang menempuh bangku 2 SMA, umur 17 tahun, ia kerap dipanggil Hunnie oleh adik perempuan dan adik laki-lakinya. Memiliki satu orang Kakak laki-laki yang bisa dikatakan berumur tidak jauh darinya, hanya selisih dua tahun.

"Kakak sudah bangun Chelsea, tenang saja, Kakak akan segera mandi, hm mana Ayah?"

"Ayah ke kebun hari ini, sudah masuk musim panen jeruk Kak, makanya Kak Nini marah-marah pagi ini, ia harus memasak. Kakak tau saja kalau Kak Nini tidak suka menyentuh dapur."

Chelsea menjelaskan dari balik pintu kamar Sehun dan pria yang disebut Nini, kujelaskan bahwa rumah sederhana ini terletak di pelosok desa. Yah anggap saja desa Heaven, anggapan penduduk disini karena desa ini memberi tanah yang subur. Rumah keluarga Park berada dekat dengan kebun jeruk milik sang kepala keluarga, rumah dengan tiga kamar tidur berukuran kecil, ruang tamu, dapur, dan toilet. Hanya rumah sederhana dua lantai, mengingat bagian atas dijadikan tempat penyimpanan padi dan bagian bawah menjadi penyimpanan anggur.

"Dia memang selalu begitu, ya sudah bantu Kak Nini sana, bisa saja dia menyemprot kita dengan ceramah panjang lebar."

"Baik Kak."

Sehun tersenyum mendengar langkah kaki Chelsea, ia cukup bisa mendengar jika seseorang berjalan dirumah ini, mengingat lantai dan bagian dalam rumah masih berbalut kayu.

"Sebaiknya aku segera mandi dan membawa alat ini untuk berjaga-jaga, ahhh untung saja aku tidak melupakan tanda ini. Jika Kak Jongin melihat ini, habis sudah riwayatku." ujar Sehun sembari mengalungkan handuk diarea lehernya, jarak antara kamar mandi dan kamarnya tidak cukup jauh, hanya melewati kamar Chelsea saja.

"Kak Nini."

Pria yang bernama lengkap Park Jongin itu tersenyum, menatap adik perempuan kesayangannya tengah tersenyum, setidaknya pagi ini tidak terlalu buruk, ia cukup bahagia. Saat ini ia berumur 19 tahun, berkerja sebagai perternak, petani, dan beberapa perkerjaan sambilan lainnya. Terkadang ia juga ke kota dihari tertentu untuk menjaga restoran cepat saji, Jongin punya alasan untuk itu. Membiayai sekolah tiga orang adiknya bukan perkara mudah, terlebih dengan kesehatan sang Ayah yang terkadang drop.

WHY?Where stories live. Discover now