°INSPEKTUR DAN BOCAH LAKI-LAKI°

31 10 2
                                    

Karya: linarindia

Dering ponsel mengalihkan atensi Dirga dari laptop di hadapannya. Dengan malas Dirga mengangkat panggilan dari seseorang yang sudah kesekian kalinya meneleponnya.

"Apa lagi? Apa kau tidak lelah meneleponku terus menerus seperti ini, huh?! Apa kau tidak mengerti bahwa aku sedang bekerja, huh?! Kalau aku tahu kau akan merepotkan seperti ini, seminggu yang lalu mana sudi aku membelikanmu ponsel!"

Di seberang telepon, Emilia tertawa mendengar bagaimana Dirga memarahinya. Gadis yang setahun lalu diselamatkan oleh Dirga dari aksi nekatnya yang ingin bunuh diri itu, sangat senang menggoda Dirga.

"Ayolah Dirga, aku hanya merasa kesepian karena tidak adanya dirimu di sisiku," kata Emilia yang membuat Dirga memutar bola matanya, merasa jengah dengan kalimat frontal yang dua bulan terakhir ini selalu Emilia ucapkan.

Dirga adalah pria dewasa berusia 27 tahun. Bagaimana bisa pria dewasa sepertinya digoda oleh gadis remaja berusia 17 tahun? Padahal setahun lalu Dirga menyebut dirinya sebagai wali sah dari gadis itu, setelah Dirga beserta anak buahnya menangkap orang tua Emilia yang telah melakukan tindak kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur. Akan tetapi, sepertinya Emilia sama sekali tidak menganggap Dirga sebagai walinya.

"Sudahlah! Aku lelah mendengarkan ocehanmu itu." Tanpa persetujuan, Dirga langsung mematikan sambungan.

Tepat setelah Dirga menaruh ponselnya kembali di atas meja, bunyi telepon milik kantor polisi langsung membuat Dirga mengangkatnya dengan cekatan.

"Halo, dengan Inspektur Jenderal Polisi, Dirgapati Rafardhan, ada yang bisa dibantu?" sapa Dirga cepat.

"Ha–halo Inspektur, sa–saya mau melaporkan se–sesuatu."

Kening Dirga mengernyit, mendengar suara seseorang di seberang telepon yang terdengar gemetaran.

"Iya, Pak, mau melaporkan apa?"

"To–tolong anak itu, inpekstur. Di–dia .... "

"Dia kenapa, Pak?"

"Anak itu, di–dia dipukuli sa–sama bos saya. To–tolong selamatkan dia. Saya tidak bisa melakukan apa-apa. Sa–saya benar-benar takut. Akan tetapi, anak itu harus diselamatkan, Inspektur. Tolong tangkap bos saya, dia sudah memukuli anak laki-laki itu seperti memukuli samsak. Tolong selamatkan dia, Inspektur."

Dirga terperangah. Lagi-lagi, kekerasan terhadap anak di bawah umur kembali terjadi.

"Baiklah, tolong beritahu saya lokasinya. Saya dan anak buah saya akan segera ke sana dalam waktu dua menit."

"I–iya, Inspektur. Lokasinya di ....."

°°°***°°°

Benar apa yang diprediksi Dirga bahwa dirinya dan anak buahnya akan sampai di lokasi dalam waktu dua menit. Kini, dia dan beberapa polisi memasuki sebuah restoran yang cukup terkenal di kota Jakarta.

Ketika masuk tidak ada siapapun karena sepertinya restoran itu sedang tutup. Dirga langsung saja masuk semakin dalam, tepatnya di ujung bangunan tersebut terdapat pintu bercat cokelat. Ketika masuk, Dirga melihat sebuah lorong yang gelap, dan dari tempatnya berpijak, bisa Dirga dengar suara seperti pukulan yang keras. Tentu saja Dirga langsung berlari, mengabaikan gelapnya lorong itu yang bisa saja membuat dirinya celaka. Akan tetapi tidak, karena setelahnya siluet cahaya hadir di pandangan Dirga, semakin dekat Dirga semakin jelas mendengarkan suara pukulan itu.

"ANGKAT TANGAN!" seru salah satu anak buah Dirga dengan menodong pistol, begitu mereka telah berhadapan dengan beberapa orang bertubuh kekar yang sepertinya tengah berpesta. Sementara di tengah-tengah ruangan itu ada seorang bocah laki-laki yang digantung dengan tali tambang yang mengikat tubuhnya. Benar-benar seperti samsak.

Children Protection (Short Story by GWA) Where stories live. Discover now