Gangguan di Kamar Hotel

2.4K 280 2
                                    

"Duh Akbar lama amat sih," ucapku dalam hati.

Dalam kondisi jendela tertutup sudah pasti tidak ada angin yang masuk. Namun, gordennya bergerak-gerak sendiri, seperti ada yang sedang menarik-narik. Aku menghalangi pandangan ke arah jendela dengan bantal.

Ngik!
Ngik!

Bunyi spring bed di sebelahku, tempat tidur Akbar. Suaranya persis seperti ada orang yang sedang melompat-lompat di sana. Aku pun menutup mata, sambil terus berdoa.

Akbar selesai mandi, "Jangan tidur, Dani! Kan mau pergi makan."

"Lu lama amat dah mandinya," protesku.

"Gw ke kamar ibu aja dah," sambungku.

Aku bangkit dari kasur, lalu bergegas keluar kamar. Lorong depan kamar terlihat sepi, seperti tidak ada penghuni lain. Perasaanku ada seseorang di belakang, tapi tidak berani melihatnya. Dengan langkah terburu-buru, aku pergi ke kamar ibu dan Amir.

"Bu, buka pintunya," ujarku sambil mengetuk pintu.

Amir membukakan pintu, melihat wajahku yang agak pucat.

"Diganggu lagi?" bisiknya. Aku menganggukan kepala.

"Bu, aku sama kakak nunggu di bawah aja ya," ucap Amir, lalu mengajakku ke lobi hotel.

"Diganggu apaan, Kak?" tanya Amir.

"Biasa lah, maenin gorden sama kasur," balasku.

"Ampe pucet gitu."

"Huuh, sama pusing juga."

Di lobi hotel, Amir mencoba mengusap-usap kedua punggung. Katanya itu untuk membersihkan aura negatif fari makhluk halus yang menempel di tubuhku.

"Udah gak pusing kan?" tanya Amir.

"Gak."

"Tadi ada anak kecil udah mau nempel. Amir liat pas buka pintu, dia ada di belakang Kakak."

"Jadi yang di kamar itu anak kecil?" tanyaku.

"Kayanya sih begitu, yang lain gak keliatan sih."

Tidak lama kemudian, Akbar dan ibu sudah turun. Kami pun langsung pergi menuju salah satu mall terdekat.

Di mall, kami hanya makan, berjalan-jalan sebentar, lalu pulang. Sebelum pulang Akbar membeli kue tart, untuk perayaan ulang tahun ibu nanti malam.

*

Jam sepuluh malam, kami sudah kembali ke hotel. Akbar memberikan kunci kamar, karena dia mau keluar sebentar menemui temannya. Amir juga demikian, dia mau duduk-duduk santai aja di dekat kolam renang. Tersisa aku dan ibu, pergi ke kamar masing-masing.

"Dan, tumben daritadi diem aja?" tanya Ibu, ketika lift kami menuju lantai tiga.

"Lagi gak enak badan, Bu. Kayanya masuk angin kena AC mobil kali," ucapku memberi alasan.

Ibu membuka tasnya, mengambil sesuatu dari tasnya.

"Nih! Minum obat terus tidur aja." Ibu memberikan obat parasetamol.

Aku ke kamar ibu sebentar, numpang minum obat, lalu kembali ke kamar. Cukup lama terdiam di delan pintu kamar, masih belum siap membukanya.

"Ini bukan kali pertama mendapatkan gangguan di kamar hotel," ucapku dalam hati, mensugestikan diri agar lebih berani.

Ya, jika diingat-ingat. Sebelumnya sudah beberapa kali aku mendapatkan gangguan di kamar hotel.

*

Kejadian pertama, waktu menginap di Bali. Ketika sedang tidur sendirian di kamar, televisi tiba-tiba nyala sendiri dengan volume yang besar. Hingga membuatku terperanjat, kaget.

Lalu bangkit dari tidur dan mencari keberadaan remote TV yang hilang entah ke mana. Aku sangat yakin, tadi remotenya diletakan di meja samping tempat tidur. Setelah mencari, ternyata remotenya sudah berada di balik bantal Akbar.

Kunyalakan semua lampu, terpaksa tidur dalam keadaan terang benderang. Baru beberapa detik memejamkan mata, ada suara gemericik air dari kamar mandi. Namun, aku berusaha tidak menghiraukannya.

Suara itu menghilang, berganti suara gumaman seseorang dari kamar mandi. Suara seorang wanita. Aku menutup kepala dengan bantal dan menutupi tubuh dengan selimut, sampai akhirnya tertidur.

Pada saat itu, aku masih belum tau kalau Amir bisa melihat 'mereka'. Jadi memilih untuk tidak menceritakan kejadian tersebut ke siapa pun

*

Kedua, ketika aku menginap di salah satu hotel di Jakarta. Bentuknya mirip dengan kamar hotelku yang sekarang. Bedanya hanya ada satu kasur berukuran besar (King Beds) dan kamar mandinya lebih luas (plus bathtub).

Kejadiannya selalu ketika aku sedang tidur sendiri. Dari tempat tidur, aku bisa melihat dengan jelas ke dalam area kamar mandi. Soalnya area kamar mandi didominasi dengan kaca transparan dengan tirai yang bisa dibuka tutup.

Waktu itu aku sedang menonton TV. Dari ekor mata, kulihat ada seseorang sedang berdiri di kamar mandi, mengahadap cermin. Saat melirik ke sana, ternyata tidak ada siapa-siapa.

Ngek!

Bunyi kursi di dekat jendela bergeser. Aku langsung menarik selimut, menutup mata dengan bantal, kemudian tidur.

Di dalam mimpi, kulihat ada seorang wanita tanpa busana, sedang meringkuk di bathtub. Tubuhnya pucat sekali dengan kulit keriput. Wanita itu menangis, meminta tolong.

"Tolong saya, di sini dingin sekali," ucap Wanita itu.

Aku pun terbangun, menyalakan lampu kamar. Kulihat lantai kamar agak becek. Ada jejak kaki seseorang yang berjalan dari kamar mandi ke dekat tempat tidurku, dengan kaki yang basah. Bergegas aku bangkit, lalu pergi ke luar kamar.

"Lebih baik menunggu ibu di lobi hotel, daripada harus tidur ditemani wanita itu," batinku, seraya berjalan ke luar kamar.

Gangguan-gangguan di kamar hotel inilah yang membuatku terkadang ragu ketika harus pergi sendirian ke luar kota. Pasalnya, dari hotel yang murah meriah sampai dengan yang mahal, selalu ada saja gangguan yang muncul. Entah dalam bentuk gangguan ringan sampai yang berat.

*

BERSAMBUNG

Kuntilanak Merah Tol CipularangWhere stories live. Discover now