Bab 6

213 64 5
                                    

Mungkin aku seharusnya tidak menangis saat kamu pergi dan menyuruhku untuk tidak menunggu

Samantha De McCullen
~~~

Decitan lantai kayu yang tak lagi mendingin beberapa kali terinjak oleh kaki mungil Samantha. Tidak keras ataupun nyaring, hanyalah sebuah suara langkah kaki berlari-lari kecil.

Bahana panggilan keluar dari lisan Samantha, menyebut seluruh nama yang menempati rumah juga dikenali. Lorong-lorong berpilar di lewatinya, pintu-pintu kamar dimasukinya, nihil. Tak ada siapapun yang ditemukan.

Seraya menenteng gaun merah keputihan, Samantha berniat memamerkannya pada orang-orang seisi rumah. Tak ayal jika semangat berkeliling disanggupkan. Rekahan senyuman terbentuk tak karuan; mengembang saat akan memasuki tempat berikutnya-berharap ada seseorang-dan kembali masam ketika harapan itu hanya harapan.

Jadilah kepuasan saat mendapati Nelli sedang berkutat pada tataan piring di ruang dapur. Segera Samantha memekik keras menghampiri. "Nelli!"

Nelli tersentak, untung saja piring basah yang dipegangnya tak berpindah tangan. "Hey, Sam. Oh, aku cukup terkejut."

"Aku menemukanmu."

"Tentu saja kau menemukanku." Meraih lap di samping wastafel. "Ada apa kau mencariku, Sam?"

"Ini!" Merentangkan gaun yang dibawahnya. "Aku ingin menunjukannya padamu."

"Wouh, indahnya." Nelli menggapai gaun tersebut. "ini milikmu?" tanyanya.

"Ya," jawab Samantha riang.

"Bagus sekali." Mengembalikan gaun pada si pemilik. "aku tidak tahu kalau kau punya gaun seindah ini."

"Sebenarnya aku punya banyak."

"Sungguh? Bisakah aku melihatnya?"

"Tidak."

"Oh, tidak boleh ya?"

"Bukan." Raut wajah Samantha seketika luntur. "aku juga tidak bisa melihatnya."

Nelli mengernyit heran, lalu memegang bahu Samantha dan menyetarakan tinggi dengan berjongkok. "Ada apa, Sam? Kenapa tiba-tiba kau bersedih?"

"Aku tidak bisa melihat gaun-gaun lainnya."

"Kenapa?"

"Karena mereka tidak bisa diselamatkan," jawab Samantha menunduk.

Nelli mengerti, mengganti kedataran wajah dengan senyuman. Mengais-ngais rambut Samantha. "Tidak perlu sedih, Sam. Pasti gaun mu yang lainnya bisa digantikan dengan yang baru, tentunya yang lebih bagus."

"Tapi aku merindukannya," selak Samantha menatap Nelli.

"Ya, aku paham. Dengan adanya gaun ini, kamu bisa membuatnya sebagai pengganti."

"Ku rasa gaun ini yang terindah," lanjut Nelli.

"Aku sering memakai ini. Aku sangat menyukainya," balas Samantha mengeratkan genggaman tangan yang mendekap gaun miliknya.

"Kalau begitu kau tidak boleh kehilangannya."

Samantha mengangguk mantap. "Pasti."

"Baiklah," Mengubah posisi semula berjongkok kini berdiri, memegang puncak kepala Samantha. "aku harus melanjutkan pekerjaan. Bagaimana denganmu?"

Samantha celingak-celinguk memandang sekitar yang tampak lenggang, kembali menenggadah melihat wajah Nelli. "Aku ingin menemui mamah dan ayah."

"Kau tahu di mana mereka?"

SuciWhere stories live. Discover now