14

12.1K 1.7K 271
                                    

Udah pada damai sama kakanda, kasian ih dimaki-maki terus :(

Happy reading wkwk

.
.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Keesokan harinya, setelah Wei Wuxian membeberkan sisi Lan Wangji yang tak pernah Xichen tau, sulung Lan itu kembali ke mansion adiknya.

Yang mana tentu saja, kedatangannya menimbulkan tanya dan curiga bagi Wei Wuxian.

Apalagi dengan tampang Lan Xichen yang tak karuan.

"Apa?! Kau akan mengusirku lagi?!" Sambutnya galak kala itu.

"Tidak." Jawab Xichen pendek.

Air mukanya masih tampak lesu dan suaranyapun masih terdengar parau, mungkin akibat menangis semalaman, siapa yang tau?

Wei Wuxian menyilangkan kedua tangannya sambil mengangkat dagu angkuh.

Ayolah, dia harus menunjukan wibawanya disini.

Bukankah kekasih ketua mafia harus terlihat garang?

Yah, meski dengan pipi yang menggembung dan bibir mencebik, memang siapa yang akan merasa takut pada wajah seperti itu?

Untung saja Lan xichen sedang dalam mode serius, kalau tidak mungkin dia sudah fanboying-ekhm, tidak juga sih.

"Bisakah, kau ceritakan lagi tentang Wangji? Kupikir selama ini aku sudah memahaminya dengan baik, tapi ternyata aku salah."

"Jadi, kumohon." Ia membungkukan tubuhnya sedikit.

Untuk kali ini, Wei Wuxian cukup terkejut dengan perubahan sikap Xichen yang drastis. Ia pikir akan membutuhkan waktu lama bagi pria itu untuk mengakui kesalahan, ternyata dibalik sikap bar barnya tersimpan hati selembek tahu- oh, Wei Wuxian tidak sedang mengejek kok.

"Oh, jadi kau sudah sadar ya?" Tanggapnya, kemudian mengangguk-anggukan kepalanya, "Baiklah, masuklah, anggap saja rumah sendiri, jangan sungkan. Aku akan menjadi pemandumu hari ini."

Wei Wuxian bahkan tak memikirkan jika kalimatnya terdengar laknat penuh kekurang ajaran. Memang siapa peduli? Lan Xichen sudah menyakiti hati kekasihnya yang rapuh jadi dia akan balas dendam pokoknya!

"Tuan Wei, apa saya perlu menyiapkan sesuatu?" Tuan Liu yang sedari tadi mengekor dibelakang tuannya akhirnya angkat suara.

"Hm? Oh tidak perlu, tuan ini sedang tidak memiliki mood yang bagus untuk mengkonsumsi sesuatu, iya kan? Tolong mengangguk."

Xichen bahkan tak mengerti kenapa ia bisa menuruti apa yang pemuda didepannya katakan, dirinya mengangguk mengikuti perintah Wei Wuxian begitu saja. Membuat si pemuda tersenyum sumringah, merasa puas karena bisa membalas rasa sakit hatinya setelah dikatai jalang waktu itu.

.
.

Dan karena Wei Wuxian tidak tau harus memulai dari mana, jadilah dia akhirnya memutuskan untuk membawa Lan Xichen ke halaman belakang yang maha luas itu.

Menunjukan tempat-tempat mana saja yang selalu dijadikan Wangji untuk merenungkan segala hal.

"Paviliun ini adalah tempat favorit Lan Zhan. Kupikir dia lebih banyak menghabiskan waktu disini dibanding bagian rumah lainnya." Ia menunjuk paviliun yang ditumbuhi banyak bunga gentian disetiap sudutnya, dirinya membawa Xichen mendekat ketempat itu dan duduk diatas teras yang selalu terawat bersih.

"Dia selalu duduk disini dengan segenggam bunga yang dia petik. Wangji tidak pernah mengatakan apapun tentang ini, dan aku tidak berani bertanya. Tapi, bahkan hanya dengan melihat ekspresinya, aku yakin dia tengah merindukan seseorang." Wei Wuxian menerawang, mengingat-ingat tentang Lan Wangji dalam bayangannya.

THE BADASS SLAVEWhere stories live. Discover now