8.

753 134 61
                                    

"Kenapa, kak?" Tanya Mira.

Gracia menyimpan ponselnya, "Kak Beby gak bisa dihubungi lagi. Kayaknya ada bom lagi di Monas."

Mira melihat jam tangannya kemudian ia menatap tugu Monas lewat kaca samping mobil, "Ini udah direncanain."

"Maksudnya?"

"Mulai jam 8, setiap jam bakal ada bom yang meledak. Jam 9, mobilnya kak Lidya meledak. Jam 10, bom di Monas meledak dua kali. Bakal ada bom jam 11 dan tentu saja jam 12."

"Kalo gitu harusnya jam 8 juga ada bom dong, tapi kenapa gue gak denger apa-apa?" Tanya Ara.

"Karena bomnya meledak jauh dari tempat kita." Jawab Oniel.

Mira mengangguk, "Bener. Itu tanda kalo permainan udah dimulai."

"Kalian berempat tunggu di sini, aku mau nyari kak Shani." Ucap Gracia kemudian membuka pintu mobil dan berlari menuju pintu masuk Monas.

Mira menghela napas panjang, ia menurunkan kaca jendela samping, "Baru awal udah kayak gini aja."

"Kita belum tahu artinya yang 'daun hijau jatuh dari tangkainya', kan?" Tanya Fiony.

"Mungkin gak ada artinya."

Oniel menggeleng, "Pasti ada, kita cuma belum nemu petunjuknya aja."

"Daun hijau jatuh dari tangkainya." Gumam Mira, sedari tadi ia terus memikirkan kalimat itu tapi tetap saja ia tidak bisa mencari jalan keluarnya, seperti ada makna tersembunyi dari kalimat itu. Mungkin ia harus berpikir lebih sederhana lagi, berpikir seperti anak kecil yang polos.

Mira menghembuskan napas panjang, ia melihat keluar. Banyak orang-orang yang menyaksikan Monas dari jarak yang cukup dekat, beberapa mobil polisi sudah datang dan mengamankan Monas dari orang-orang.

Mira memicingkan matanya saat melihat seorang laki-laki yang ia kenal, "Papah?"

Ara menoleh, "Bokap lo dateng?"

Mira membuka pintu mobil dan berlari keluar menghampiri Theo. Sebagai seorang kepala polisi yang selalu duduk santai di belakang meja, kejadian ini membuat pantat seorang kepala polisi menjadi tidak betah untuk duduk lama-lama. Apalagi kalau papahnya itu tahu, dua orang yang terjebak di dalam lift adalah Vivi dan Beby, pasti papahnya tidak akan tinggal diam.

"Papah." Panggil Mira.

Theo menoleh sekilas, ia berbicara dengan anak buahnya sebentar kemudian menghampiri Mira, "Kamu ngapain kesini? Ini bahaya lho."

"Papah bukannya lagi dinner sama mamah sama yang lainnya juga?"

Theo tersenyum tipis, ia menatap Monas yang sudah mengeluarkan asap tipis, "Udah ada ledakan 4 kali, anak buah papah juga ada yang terluka, gak mungkin papah diem aja."

"Jadi papah belum tahu?"

"Tahu apa?"

"Siapa yang kejebak di dalem lift."

"Oh, itu katanya orang dewasa sama anak SMP. Papah udah minta tim buat nolong lewat atap."

"Orang dewasa sama anak SMP itu kak Beby sama Vivi."

Theo menoleh cepat, ia tertawa hambar, "Kamu jangan becanda."

Mira menggeleng, "Aku serius."

"Jadi Vivi di dalem sama Beby? Cuma berdua?" Tanya Theo, raut wajahnya sudah berubah. Ia benar-benar khawatir.

"Ya."

Theo mengepalkan kedua tangannya, ia menghampiri salah satu anak buahnya, "Selametin dua orang yang terjebak dalam waktu kurang dari 10 menit!"

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang