11.

714 127 32
                                    

Polisi menghentikan pencarian Vivi karena Vivi sudah ditemukan lengkap dengan pelaku pembunuhan berantai 10 tahun yang lalu. Setelah menemukan mayat Sisca, Vivi langsung menelfon polisi dan langsung saja mobil polisi memenuhi halaman toko bangunan itu.

FBI dan MC yang sebelumnya turun tangan untuk mencari Vivi pun dibubarkan. Meskipun begitu masih ada beberapa anggota FBI dan MC yang berada di sekitar toko bangunan untuk mengetahui apa yang sudah ditemukan oleh 5 anak kuliahan.

Para warga bergerombol di depan garis kuning polisi, berbisik-bisik dan menerka-nerka apa yang terjadi di dalam toko bangunan itu. Beberapa wartawan juga mulai berdatangan dan ikut memeriahkan malam yang dingin ini.

Vivi melipat kedua tangannya ke depan dada, ia berdiri bersandar di samping mobil polisi. Ia melihat beberapa orang mendorong mayat, yang sudah dipastikan itu adalah mayat Sisca, diatas tandu lalu didorong masuk ke dalam ambulan untuk diotopsi demi keperluan penyelidikan.

Vivi menyentuh kantong sakunya, ia merasakan sesuatu di dalam sakunya. Sesuatu yang sempat ia ambil sebelum polisi datang, sesuatu yang sangat penting bagi dirinya untuk mengungkap kebenaran ini.

Ia melihat keempat temannya sedang berbicara dengan seorang polisi untuk mendapatkan keterangan dari mereka berempat, Vivi sudah memberikan keterangan pertama kali. Sekarang ia sedang menunggu tumpangan untuk pulang. Vivi menegakkan tubuhnya saat melihat papahnya datang menghampirinya.

"Kamu beneran gak terlibat masalah ini?" Tanya Theo.

Vivi menggeleng pelan, "Gak."

"Kamu seharian ini kemana?"

"Nyari bu Sisca, tanya-tanya orang."

"Yaudah kalo gitu habis ini kamu langsung pulang, istirahat." Theo mengusap pundak Vivi lalu berjalan meninggalkan Vivi.

Vivi kembali menyandarkan punggungnya ke samping mobil. Kepalanya terasa sakit, ia juga merasa sedikit pusing, mungkin ini efek karena dirinya jarang tidur. Seminggu ini ia tidak mengonsumsi obat apapun, tubuhnya terasa sangat lelah.

Vivi memijat pangkal hidungnya, ia menoleh ke samping dan melihat Viny sedang mengobrol dengan seorang polisi. Ia berjalan menghampiri Viny, lebih tepatnya ia berjalan dibelakang punggung Viny dan membisikkan sesuatu.

"Masuk, yuk."

Viny menghentikan obrolannya dengan polisi itu, ia mengikuti Vivi masuk ke dalam toko bangunan. Ia mengambil sarung tangan karet dan memakainya untuk menghindari sidik jarinya yang tertinggal di tempat kejadian.

"Polisi nyimpulin apa?" Tanya Vivi tanpa menoleh ke arah Viny.

Viny berdiri di samping Vivi, "Kecelakaan."

"Alasannya?"

"Gak ada sidik jari yang ditemuin selain sidik jari Sisca, jadi mereka nyimpulin kalo ini kecelakaan."

Vivi mengangguk-anggukkan kepalanya, "Gue juga mikir hal yang sama."

Viny menoleh, keningnya berkerut, "Gak biasanya lo langsung nyimpulin kayak gitu."

Vivi menunjuk kaleng cat yang berserakan di bawah, juga besi-besi yang tergeletak di bawah. "Gue bisa bayangin bu Sisca lagi mumpet di sini, trus karena gelap jadi nabrak rak kaleng cat sampe jatuh, habis itu karena panik dia naik ke rak isi besi panjang. Tiba-tiba rak itu jatuh da salah satu besi nusuk dadanya. Penyebab kematian mungkin kehabisan darah."

"Oniel?"

Vivi menggeleng pelan, "Ini gak ada sangkut pautnya sama Oniel."

"Kenapa?"

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang