Bismillah,
20
"Terima kasih Mas, sudah diantar," kata Ane sembari melepas sabuk pengaman.
"Sama-sama, Ne. Kamu mengingatkan saya dengan adik saya, dia seusiamu." Odi menatap Ane lembut, penuh kasih sayang.
Ane turun dari mobil dan masuk ke panti dengan langkah gontai.
"Ane." panggil Bunda Sina ketika Ane memasuki kamar.
"Ya bun ..."
"Barra telpon Bunda berkali-kali, menamyakanmu, apakah sudah pulang, ponselmu mati?"
"Oh." Ane mengeluarkan ponselnya. "batrenya habis Bun,." jawab Ane berbohong.
Bunda Sina yang melihat mata Ane sembab, belum ingin bertanya, membiarkan Ane masuk kamarnya.
Ane mengusap layar ponselnya. Beberapa pesan masuk dari Barra.
[Pulang Private tunggu Mas di Halte gerbang komplek.] Pesan beberapa jam lalu sebelum Ane ke rumah Barra.
[Ane, maaf.]
[Ane, kamu di mana?]
[Ane, tolong hidupkan ponselmu]
[Ane, jangan buat Mas khawatir.]
[Ane, kamu di mana? Bunda Sina bilang kamu belum pulang.]
[Ane, Kita harus bicara, tunggu semua tenang ya?]
Ane berbaring di tempat tidur, dengan mendekap ponsel. Nada dering terdengar dari ponselnya, Ane menatikan ponselnya, setelah tahu siapa yang menghubunginya.
"Tinggalkan Barra, jika kamu masih memaksa, bukan hanya kamu, tapi adik-adik di panti akan merasakan dampaknya, jangan egois, Ne! Barra sudah saya jodohkan dengan keponakan Tante Yola Barra tidak mungkin jatuh cinta padamu, Bedakan antara cinta dan kasihan. Barra hanya empat padamu bukan cinta!" Kalimat yang panjang dan menusuk, terngiang di telinganya.
"Cukup ma, mengapa Mama memberi tahu perasaanku. Sementara aku belum mengungkapkan perasaanku kepada Ane."
Suara suara itu terus terdengar seperti mekekat di telinganya.
Ane mengambil bantal dan menutup wajahnya berusaha menghilangkan suara-suara itu.
***
"Maaf, Ne, Tante Yola tidak melanjutkan private lagi ya? Tante akan mencari guru pengganti untuk Hanin," kata Tante Yola dingin, saat Ane datang untuk mengajar Private.
"Baik, Tant," jawab Ane.
"Ne, berpikirlah realistis, hanya ada di drana korea dan cerita di novel-novel, seorang gadis miskin menikah dengan pemuda kaya." Suara Tante Linda lembut tapi menyakitkan.
"Sabar, Ne, kuat." Ane menyemangati diri sendiri, mencoba untuk tidak cengeng.
"Kamu harus tahu tempatmu di mana, jika ingin merubah nasib menjadi orang kaya, kenapa mesti Barra yang kamu jadi pijakan, tak tahu malu! Orang tuanya sudah menghidupi kamu!"
"Maaf, Tante, jika sudah selesai boleh saya pulang." Ane memotong pembicaraan Tante Yola,.
"Pulang lah! " kata-katanya seperti mengusir. "Tante Riza dan saya berniat menjdohkan Barra dengan Nesya, keponakan saya, lulusan luar negeri, pergi lah jauh-jauh dari Barra." Suaranya terdengar ketus kali ini.
Ane pun beranjak meninggalkan rumah Tante Yola.
****
[Ane, maaf, untuk private Tasya, kita off dulu ya? Sampai batas waktu yang belum bisa saya tentukan. Nanti saya info lagi.,]

ESTÁS LEYENDO
TAKDIR CINTA
RomanceAnerly Dimitri, biasa dipanggil, Ane. Perempuan yang dibesarkan di panti asuhan nekad menikah tanpa restu dengan Barra Sakala, anak dari seorang donatur tetap panti. Andra sahabatnya di masa kecil yang sedang belajar di luar negeri berharap Ane men...