A - 2

1.3K 306 8
                                    

"Woo, Lo tau? Gua mimpi semalem."

"Terus?"

"Gua mimpi di gigit manusia robot itu!"

"Terus?"

"Mentok!" Jaehyuk kesal karna respon jelek dari Jeongwoo. "Kasih gua respon lebih bagus dong! Niat dengerin gak??" Sungut Yoo Jaehyuk berakhir cemberut.

Jeongwoo memutar bola matanya malas. "Lagian cuma mimpi. Mana ada manusia robot gigit? Lo kira zombie?"

Jaehyuk langsung menampol punggung Jeongwoo kencang. "Sembarang zombie! Eh tapi muka si Asahi pas di mimpi emang pucet banget sih. Rada mirip zombie." Jaehyuk kemudian bergidik sendiri. "Gua jadi takut sama tuh manusia robot."

"Yeee.. lu emang kagak pernah Deket sama dia anjir." Cetus Jeongwoo membuat Jaehyuk cengir.

Mereka berdua saat ini sedang di lantai utama. Jaehyuk baru saja balik sore dari kuliahnya, malam nanti baru dia kerja part-time. Jeongwoo sebagai soulroom-nya dengan berat hati menjemput Jaehyuk.

Jaehyuk memasukan kedua tangannya ke dalam jaket tebal yang di pakainya. "Udara asrama makin dingin aja. Kak Hyunsuk udah kasih AC penghangat kan?"

Jeongwoo mengangguk sebagai respon.

"Woo,"

"Hm?"

Jaehyuk menghembuskan nafasnya yang mengeluarkan asap tipis. "Masalah Lo sama Haruto dah selesai?" Tanya Jaehyuk hati-hati. Ragu juga membahas hal ini.

"Belum," Jawab Jeongwoo. Air mukanya memberikan sorot tidak tenang. "Gua juga gak tau ada masalah apa sampe dia kaya gitu?"

"Lu pasti ngelakuin kesalahan. Minta maaf aja, biar selesai." Kata Jaehyuk memberi saran.

"Udah," Balas Jeongwoo. "Dianya aja yang begitu."

Jaehyuk menghela nafas berat. Masalah Haruto dan Jeongwoo membuat ketegangan bila sarapan. Belum lagi, salah satu remaja di asrama ini yang mengalami depresi berat.

"Bagaimana dengan Kak Junkyu?" Tanya Jaehyuk.

Jeongwoo tidak menjawab, lebih tepatnya tidak mendengarkan. Matanya sibuk memperhatikan seseorang di depan sana yang tadi pagi sempat berbincang dengannya.

"Woi Han Jeongwoo!!"

"Hah???" Jeongwoo kaget.

Jaehyuk mendengus, "Gimana cara Kak Junkyu? Berhasil gak?" Tanya Jaehyuk kesal.

Jeongwoo lagi-lagi tidak mendengarkan membuat Jaehyuk kesal setengah mampus. Lantas cowok Yoo itu langsung menendang kaki Jeongwoo kencang. "Mati aja Lo!" Keki Jaehyuk marah.

Doyoung memperhatikan kedua orang itu dengan manik hitamnya yang gelap. Kakinya maju mendekati Jaehyuk dan Jeongwoo kemudian saat sampai di depan Jaehyuk, kakinya berhenti.

Jaehyuk menatap Doyoung dengan alis naik satu. "Kenapa? Anak kos-an baru? Mau nyewa? Sama Kak Hyunsuk aja atau Kak Jihoon." Kata Jaehyuk sok tau membuat Jeongwoo langsung menampol punggung sahabatnya.

"Diem." Bisik Jeongwoo.

Doyoung tiba-tiba diam dengan pandangan kosong. Kemudian dia menatap Jaehyuk sambil tersenyum miring juga matanya yang menyiratkan sesuatu. "Kalau boleh tau, dimana gua harus temui mereka?"

***

Di salah satu kamar asrama, dua laki-laki itu sibuk dengan aktivitas mereka. Lim Junkyu yang bermain piano lalu Haruto sibuk menata boneka-bonekanya. Haruto memang pencinta boneka. Tapi hanya boneka hewan atau karakter kartun.

"Yakin tidak mau berbaikan dengan Han Jeongwoo?" Tanya Junkyu tanpa melihat Haruto.

Pemuda Jepang itu mencebik. "Tidak." Jawabnya ketus.

Junkyu berhenti memainkan pianonya lalu menatap Haruto. "Dengar. Katakan masalahnya apa? Lo tiba-tiba gak suka sama dia malah gak jelas jadinya." Tutur Junkyu namun tak mendapat respon apapun dari Haruto.

Junkyu menghela nafas, kembali melanjutkan aktivitasnya.

"Oh ya, keadaan Jungh―"

"Gua ke kamar Ben dulu." Pamit Haruto. Kakinya menjuntai ke bawah. Laki-laki jakung itu pergi keluar kamar meninggalkan Junkyu yang menatap pemuda itu tidak paham. "Tuh anak PMS Apa gimana sih?"

"Oh ya, Doyoung masih ada di asrama atau nggak ya?" Gumam Junkyu.

Ceklek

"Kak," Panggil Kataka Mashiho. "Haruto dimana?" Tanya pemuda Jepang itu.

"Di kamar Ben." Jawab Junkyu. "Mashi, Lo tau kenapa Ruto kaya gitu?" Tanya pemuda Lim itu ragu. "Sejak waktu itu, kenapa Ruto―"

"Gua gak tau. Sorry." Sela Mashiho. "Gua pamit dulu."

Kepergian Mashiho membuat Junkyu menghela nafas berat. Sejujurnya Junkyu ingin menyelesaikan semua masalah di asrama. Tapi saat ini, asrama mereka sedang dalam keadaan gawat.

Tentu saja karna kehadiran Kim Doyoung.

***

Junkyu membuka perlahan pintu kamar Junghwan. Melihat pemuda itu tengah memakan ramen. Senyum Junkyu tercetak. Senang sekali melihat keadaan Junghwan yang membaik.

"Eh Kak, mau?" Tawar Junghwan.

Junkyu tersenyum tipis, menggelengkan kepalanya. "Udah makan tadi."

Junghwan mengangguk-angguk.

"Gimana? Udah gak halusinasi lagi?" Tanya Junkyu hati-hati. Pemuda Lim itu duduk di depan Junghwan.

"Nggak kok. Thank's ya Kak." Ujar Junghwan tersenyum. Junkyu menganggukan kepalanya.

"Gua seneng Lo udah baikan." Kata Junkyu. "Oh iya Wan, Kak Yoshi masih sering kemari?" Tanya Junkyu.

Junghwan mengangguk, sedikit terkekeh. "Gatau kenapa Kak Yoshi sering kesini dan bilang gak mau ninggalin gua Kak." Katanya sambil tertawa pelan. "Kak Yoshi aneh." Gumamnya pelan.

Junkyu yang kurang mendengar gumaman Junghwan memilih mengabaikan. "Kalau gitu gua balik ke kamar dulu. Jangan lupa obatnya diminum." Peringat Junkyu menepuk kepala Junghwan lalu pergi dari asrama pemuda termuda itu.

Setelah Junkyu hilang dari kamarnya, Junghwan meletakan sumpit yang ia pakai untuk makan ramen tadi. Pandangannya kosong, seperti tengah memikirkan sesuatu.

"Kang Yedam.." Panggilnya sambil tersenyum miring.

***

Kuliah malam memang sangat melelahkan, Kang Yedam merasakannya karna ia harus kerja di pagi hari sampai malam. Yedam sebenarnya masih berusia 18 tahun, namun karna Yedam mempunyai kemampuan berfikir yang cepat, dia lompat satu kelas.

Saat ini Yedam tengah menaiki bus untuk perjalanan pulang. Kepalanya terus bersender di kaca, saking mengantuk. Di tangannya terdapat ponsel, yang menghubungkannya dengan seseorang di balik telfon sana.

"Pokoknya gua ngerasa aneh aja. Temen gua tuh tiba-tiba suka mimisan. Gua jadi takut dia kena penyakit."

Yedam terkekeh, "Lagian jadi orang jangan ambisius banget. Pusing pasti kepalanya." Kata Yedam membuat temannya di sebrang sana tertawa.

"Teori lu Sabi juga. Tar dah gua kasih tau dia."

"Ok, gua tutup."

Berpapasan dengan Yedam menutup telfon, bus berhenti. Yedam langsung berdiri dari duduknya dan keluar dari bus. Hanya perlu sedikit berjalan untuk masuk ke dalam wilayah asrama.

Langkah kaki Yedam berhenti. Matanya menatap ke depan dimana seseorang berdiri sambil memegang gergaji mesin.

"Park Junghwan? Lo.. ngapain?"

***

[II] ALIVE✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang