A - 40

669 169 12
                                    

Hehe, hai udah 5 bulan lebih ga ketemu:v

Mau jujur, sebenarnya chapter ini udah aku tulis dari tanggal 17 Oktober, cuma.. lupa publish karena udah pindah akun waktu itu. Makanya aku ga pernah respon komen kalian soal lanjutin buku ini😭

 Makanya aku ga pernah respon komen kalian soal lanjutin buku ini😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semoga kalian tetep ngerti ya alurnya:>
***

"Gila banget kalo sampe kita-kita tadi jadi naik ke lantai dua." Jeongwoo terus mengoceh tidak habis fikir. "Untung aja, Na Yoonbin bisa kalahin ego lo itu, To." Sindir pemuda Han itu kesal.

Haruto menggerling malas mendengarnya, memilih membuang muka.

Jaehyuk membuang nafas, dia menoleh ke arah samping melihat Rae-il yang mulai berjalan sendiri sambil berpegangan tangan pada Asahi. Tangan Jaehyuk menepuk bahu Asahi lalu berbisik sesuatu.

"Oke." Jawab Asahi singkat. Jaehyuk mengangguk.

"Rae-il, kemari." Panggil Jaehyuk membuat Rae-il mengerutkan keningnya sebelum pergi menghampiri Jaehyuk. "Kau mau tau tidak kita akan kemana?"

"Kemana?"

"Kita semua mau keluar dari sini, bertemu keluarga dan teman-teman yang lain." Kata Jaehyuk tersenyum tipis. Tangannya mengusap rambut Rae-il lembut. "Karena itu, Rae harus semangat, supaya Rae bisa bertemu keluarga Rae yang lain dan bertemu teman-teman."

Anak laki-laki itu semakin lesu wajahnya― seakan tidak punya harapan. "Kakek sudah meninggal, nenek sakit dan di rawat di rumah sakit jiwa." Ucap Rae-il tiba-tiba. Semua yang mendengarnya, hanya diam. "Di sekolah, aku tidak punya teman. Mereka menganggapku sebagai monster karena aku menyukai Gore." Lanjut Rae-il membuat Jaehyuk meringis.

"Maaf, aku―"

Rae-il menggeleng, dia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. "Tapi tidak apa-apa. Meskipun begitu, Rae akan tetap semangat untuk ikut keluar bersama kalian. Kali ini Rae janji ga akan lagi nyusahin kalian, jadi Rae mohon tolong tetap ajak Rae bersama kalian."

Jaehyuk tersenyum dengan matanya yang memerah terharu. "Tentu saja. Rae sudah jadi bagian dari kami, jadi kau harus terus bersama kita sampai kita keluar dari sini."

Haruto yang berada di depan mereka menggeleng pelan dengan senyuman tipis yang singkat. Jeongwoo sadar, pemuda itu terkekeh pelan mengambil atensi Haruto. "Lucu ya. Bahkan anak kecil aja punya semangat hidup lebih tinggi dari pada kita."

"Kita?" Haruto mengangkat alisnya, "Lo aja kali, gua mana mau mati disini." Ucapnya menggerling malas.

"Ru, Lo bilang kita bisa keluar dari sini kalau kita hubungi Kim Doyoung. Emang apa hubungannya sama dia?" Yoonbin bertanya, sama sekali tidak menoleh.

Haruto tidak langsung menjawab, lelaki itu mengambil sesuatu di saku celananya. "Gua temuin ini pas di toilet tadi." Ucap Haruto memperlihatkan sebuah kertas edaran. "Ini nomor Kim Doyoung, dan di sini juga di tulis edaran surat penyelamatan komisi. Yang artinya, kita bisa pergi dari sini kalau kita juga bawa Kim Doyoung."

[II] ALIVE✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang