ATJ 17 - All About my Pupa

79 14 0
                                    

Bagi sebagian besar orang, weekend adalah hari paling ditunggu-tunggu. Entah itu karena terbebas dari rentetan tugas, bisa seharian main gadget, bisa hangout, dan sebagainya.

Tapi untukku, weekend adalah hariku bisa family time dengan Pupa. Seharian kita bisa menghabiskan waktu bersama berdua saja. Kadang membuat kue ala-ala bersama, membersihkan rumah, membuat kebun sayur di halaman belakang, atau sekedar berjemur.

Pupa juga sudah seperti orang kantoran. Setiap weekend pasti selalu stay di rumah. Menutup seluruh pekerjaannya di siang hari, dan bekerja keras di malam hari.

Sekedar informasi, bahwa Pupaku memang selalu ke club setiap malam. Tapi, sampai aku sebesar ini aku tidak pernah menemukan Pupa pulang dalam keadaan oleng alias mabuk.

Paling kalau benar-benar mabuk, dia akan memilih untuk tidur di luar seperti rumah teman atau penginapan. Dia tidak berani pulang ke rumah, takut di luar kendali dia melukaiku tanpa sadar.

Pupaku juga tidak merokok. Alasannya, rokok hanya untuk orang-orang bodoh.

Kata Pupa, pemilik perusahaan rokok saja tidak mengonsumsi produk rokoknya, lalu untuk apa menyumbang kekayaan kepada mereka jika hanya merugikan satu pihak. Owner semakin kaya, Costumers semakin rusak.

Cukup masuk akal untuk jadi alasanku meneruskan keadaan tersebut pada apa yang Pupa lakukan juga sih!

Orang-orang yang mabuk di club-nya juga adalah orang-orang yang tidak sadar kebodohan mereka. Cepat atau lambat, mereka akan merusaki jalan pikirnya dan merusak kehidupannya.

Pupa sebenarnya punya teman yang banyak, sebelas dua belas dengan Pupa. Hanya saja mereka menakutkan jauh di atas Pupa, aku pernah tidak sengaja menerima telepon mereka ketika Pupa mandi, mereka kedengaran seperti psikopat menemukan mangsanya.

Makanya aku melarang Pupa bergaul dengan mereka. Tapi kata Pupa, mereka semua tidak sejahat yang kupikir. Don't judge a book by it's cover.

Sama dengan Pupa, Pupa terlihat jahat hanya karena kesangarannya dan perawakannya. Pupa punya tato di beberapa bagian tubuhnya seperti lengan, dada, dan betis, yang membuat orang lain melihatnya jadi selalu beranggapan buruk.

Padahal ya Pupaku tuh orangnya baik, keren, rapi, penyayang, dan sebenarnya untuk sekalangan bapak-bapak ... Pupa masih termasuk ganteng maksimal. Aku yakin kalau Pupa bisa ramah sedikit, jangankan Ummi Rum ... teman sekelasku pun pasti ada yang mau jadi ibu sambungku, hehe.

Canda.

Selain itu, Pupa juga seorang pelajar yang baik, meski Pupa hanya lulusan SMP. Pupa suka membaca berbagai jenis genre buku. Tapi sekarang sedang tertarik membaca kitab-kitab dari ulama terdahulu. Beberapa hal kadang dia apply, beberapa yang lain didalami lagi lain kesempatan.

Pupa punya beberapa perpustakaan kecil gitu, jadi kalau bosan kadang aku meminjam buku Pupa di perpustakaannya.

Ini beberapa koleksi buku di kamar Pupa.

Ini beberapa koleksi buku di kamar Pupa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di ruang tamu.

Dan di ruang tengah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan di ruang tengah.

Dan di ruang tengah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

What about his parents, or families? Yap, kita tidak punya siapa-siapa di sini. Keluarga Pupa semuanya berasal dari USA, hanya Omaku yang sudah meninggal punya darah pribumi. Selain dari mereka aku tak tahu lagi asal-usulku dari pihak ibu. Anggaplah aku tak punya.

Hm ... apalagi ya?

Ah iya, Pupa tidak suka musik, atau hal-hal mengganggu ketenangan lainnya. Termasuk itu dari aku. Seperti halnya bermusik, sakin tidak sukanya dengan musik aku sampai harus memanfaatkan hal tersebut sebagai bentuk negosiasi menguntungkan.

Aku dan Pupa punya satu perjanjian khusus yang saling terikat, bahwa aku akan
berhenti bermusik sampai Pupa mau menghapus tatonya.

Jadi selama Pupa masih punya tato, aku akan terus ke kafe menjadi seorang penyanyi.

Aku tahu sih, caraku salah mengancam Pupa, tidak seharusnya aku menghalalkan musik ketika Rasulullah saja meragukan musik yang bermasalah dan Pupa tidak menyukainya.

Tapi Pupaku kadang-kadang batu juga jadi teman bernego. Dia janji akan hapus tato, tapi sampai sekarang belum terealisasi.

Jatuhnya aku yang susah sendiri. Melakukan hal yang tidak disetujui Pupa dengan memperhitungkan lirik-lirik lagu yang baik, yang sekiranya tertuju hanya untuk Pupa saja.

Agak susah sih, apalagi harus didengarkan oleh khalayak umum, bisa saja mereka salah menangkap maknanya.

Satu lagi deh, tentang Pupaku ... Pupaku adalah the sweetest Dad ever!

Mungkin karena belum punya istri, makanya ciumnya suka ke aku, suka peluk-peluk nggak jelas juga, kadang kaya lihat anak sendiri matanya jadi berbinar-binar like falling in love at first sight even he see's me every single day.

Seperti weekend kali ini ... sweety-nya kambu lagi dengan memasang tripot di teras.

I don't know what will he do.

***

AYAHKU (TIDAK) JAHATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang