23| Sang3an - Satu

777 48 26
                                    

Cowok Kedua

Proses untuk sembuh dari luka itu nggak sebentar. Apalagi kalau lukanya itu berupa luka lama. Ibaratnya jerawat, kalau timbul lagi di spot jerawat yang hampir mau sembuh atau kering, pastinya bakalan lebih sakit dan jadi bengkak memerah. Proses sembuhnya pun jadi lebih lama lagi karena bisa jadi infeksi juga. Kalau pun uda kering, nantinya bakalan berbekas untuk waktu yang lama atau jadi bopeng-semacam berlubang lagi. Untuk bisa kembali normal? Butuh waktu dan perawatan extra ...

Hati gue pun sama. Uda terluka berkali-kali, dihancurin sana-sini, giliran uda hampir membaik malah hancur lagi.

Gue kira karena uda sering hancur dan sakit hati, nantinya bakalan kuat dan jadi terlatih. Tapi nyatanya, nggak kaya gitu ... Gue malah down lagi. Galau lagi. Sakit lagi. Depresi lagi dan semua hal negatif mulai menghantui gue lagi ...

Sebenarnya, bukan karena putus dari itu cowok gue kaya gini. Karena gue juga belum sayang-sayang banget sampai nggak mau ditinggalin kaya gitu, kok. Tapi lebih ke diri guenya, sih ... Akibat seringnya dikhianati dan patah hati, gue pun jadi makin susah untuk percaya sama seseorang atau susah untuk ketemu orang baru juga. Gue jadi nggak mau membuka hati dan perasaan untuk yang baru, takut ketemu orang-orang baru, pokoknya lebih ngerasa aman kalau sendirian aja, gitu.

Eh, sekalinya berani untuk ketemu dan membuka hati lagi, ujungnya malah kaya gini (lagi dan lagi ...)

Masih sama dengan sebelumnya, penyebabnya itu perihal video gue dan Ubay lagi, dong!

Sial! Gue yakin banget kalau ini tuh karma. Karma dari segala hal buruk yang gue lakuin dulu. Kalau aja gue nggak khilaf sampai bikin video semacam itu sama Ubay, pasti nggak akan kaya gini, deh ... Karena hancurnya diri gue ini, memang video itulah yang jadi penyebab paling besarnya.

Kesempatan gue untuk come out dirampas gara-gara ada iblis yang nemuin video itu. Padahal gue ingin banget kaya orang-orang lainnya yang bisa come out secara langsung ke orang-orang terdekat terutama keluarga, bukan come out dari hasil dengar omongan orang lain-meskipun gue sempat yakin kalau kesempatan untuk gue bisa come out ke keluarga itu sangat mustahil. Jadinya, gue sempat berpikiran untuk sama sekali nggak pernah come out ke keluarga gue.

Eh, taunya malah kejadian kaya kemarin ini ...

Nggak ada yang mau terlahir jadi gay. Gue pun kalau bisa pilih tentu nggak mau jadi seorang gay. Tapi gue bisa apa? Karena gue memang begini adanya. Mau maksain untuk suka sama cewek lagi pun uda nggak bisa. Gue paksain nonton bokep normal pun, gue fokusnya tetap sama batang cowoknya. Gue paksain nonton bokep cewek yang lagi "colok-colok" sendirian pun, titit gue nggak ada responnya. So, yeah ... Gue nggak bisa maksain diri untuk jadi straight lagi.

Jujur aja, gue masih sering sakit hati kalau misalnya Kakak ipar gue yang dulu sering gue panggil Ayah itu mulai ceramahin gue ... Iya, apalagi waktu tahu kalau gue pinjam uang 3 juta ke anaknya, dia pun jadi sering ke rumah dan ceramahin gue! Sekali lagi gue tegaskan, Kakak ipar gue itu tipe yang keras, dan selalu ngerasa benar. Ngerasa paling tahu tentang segalanya, ngerasa paling paham dengan urusan agama, tapi salat masih jarang. Dia selalu bilang kalau gay itu virus. Sama kaya corona, bisa menular dan pasti bisa sembuh.

Ngeselin, kan?

Perihal pandemi ini aja, dia percaya banget kalau corona ini merupakan politik uang dari pemerintah. Dan dia yakin banget kalau corona itu nggak ada. Semuanya tipuan, dan pembodohan masyarakat. Kalau anggota keluarga gue ada yang panik karena (misalnya) tetangga positif corona, dia bakalan ceramahin mereka dengan segala hal yang dia yakini-dan tentunya maksa orang yang diajak ngobrol untuk percaya juga sama apa yang dia percaya.

Mom, I'm Gay ... (TRUE STORY) (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang