24. Cerita tentang kita

57 15 23
                                    

۞ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ۞

“Ketika meminta pada ALLAH, jangan minta yang kecil-kecil. Tetapi mintalah yang terbesar sekali. Jangan dilihat kelayakan kita untuk menerima. Sebaliknya lihatlah pada kelayakan ALLAH سبحانه وتعالى Yang Maha Memberi.”

[Habib Ali Zaenal Abidin bin Abu Bakar Al-Hamid]


"Kalian tau ga, kalau cinta itu dari mata turun ke hati," kata Satria memecah keheningan setelah semua sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Kalau gue mah, dari mata turun ke perut," balas Arumi.

"Kok ke perut?" tanya Ardan.

"Soalnya kalau lagi bersemu malu gitu biasanya diafragmaku tergelitik geli. Dan enggak selalu seperti itu. Kalau dari mata turun ke hati, menurut gue nih, ya, sesuatu yang udah turun ke hati itu sifatnya udah besar. Hmm gimana, ya, aku ga berpengalaman soal cinta soalnya. Tapi menurut gue, ga sembarang hal bisa langsung diturunin ke hati, disaring dulu. Barang kali banyak debu yang nanti buat virus sakit hati. Pokoknya, sesuatu yang udah turun ke hati, itu udah masuk perihal serius, bukan haha hihi doang," jelas Arumi panjang lebar.

"Kayak pernah jatuh cinta aja," serang Naura tepat sasaran.

Arumi tertawa mendengar itu. Benar, Arumi belum pernah jatuh cinta. Kalau hanya perihal suka dan kagum biasa, tentu ia pernah. Tapi, jika sudah berubah cinta, Arumi belum sampai di tahap itu.

"Gue memang belum dan ga berpengalaman soal begituan Nau. Tapi, dari apa yang sering gue baca, baik artikel, novel, surat kabar, dan lain-lain. Dan juga menurut cerita yang mengalir dari orang yang bersangkutan langsung, gue ikut ngerasain hal itu, juga banyak pelajaran dan makna yang gue dapetin," ucap Arumi kembali memberi penjelasan.

"Pengen deh rajin baca tulis kek lo, Rum, tapi gue ga bisa," ucap Ardan disusul tawa kecil.

"Gimana lo mau bisa rajin baca tulis, kerjaan lo deketin Kirana terus," semprot Satria yang dihadiahi jitakan keras oleh Ardan.

"Kek lo ga gitu aja. Malahan selama ini yang selalu nempel ke Naura kapanpun, dimanapun, ya cuma lo! Gue mah masih liat tempat Sat!" sungut Ardan. Satria tertawa mendengar itu, lalu melirik Naura yang menunjukkan ekspresi datar padanya.

Satria membuka ponselnya, kemudian memperlihatkan layar persegi panjang itu kepada Ardan.

"Ar, nih baca! Gue nemu di Instagram," ucapnya.

Ardan pun membaca apa yang Satria tunjukkan.

Cara terbaik untuk melamar seorang gadis yang kau cintai adalah dengan membawa dia ke atas perahu, lalu bawalah dia ke tengah laut dan berkata "Menikahlah denganku atau tinggalkan perahuku."

"Kalau gue lakuin itu ke Naura, gimana?" tanya Satria dengan berbisik, takut Naura mendengarnya.

Ardan menepuk pundak Satria prihatin, lalu berucap. "Kalau Naura yang lo bawa, gue malah takut di tengah laut justru lo yang dilempar setelah habis dicakar. Jadi, sebelum musibah itu terjadi, mending ga usah lo lakuin," saran Ardan dengan tulus.

Satria pun hanya menghela napas sambil melihat Naura yang sama sekali tidak pernah bersikap manis padanya.

"Cantik-cantik, tapi buas. Untung gue sayang."

"Fatma sama Kirana kok lama, ya? Beli arangnya di mana, sih?" tanya Arumi, ia melihat pintu masuk rumahnya yang belum menampilkan batang hidung kedua sahabatnya itu.

Sekarang, kelas Arumi tengah mengadakan acara bakar-bakar di rumah Arumi. Bakar ayam, jagung, sosis, juga sampah, sih. Semua dibakar, asal bukan hati yang ikut terbakar. Ehh..

Mentari JinggaWhere stories live. Discover now