XX. Threat

19.9K 3.4K 204
                                    

“Sudah kubilang kita akan bertemu lagi, Lady Sheena

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Sudah kubilang kita akan bertemu lagi, Lady Sheena.”

Mata Afsheen melebar tatkala mengenali suara itu. Dia berbalik dan langsung bertatapan dengan iris mata merah pria itu yang cerah dalam kegelapan.

“Y-yang Mulia?”

“Kukira kau sudah melupakanku.” Keigher melepaskannya.

Gadis itu mundur beberapa langkah dengan tatapan tak percaya. “Kenapa anda bisa berada di sini?”

“Karena aku punya kaki.”

Tanpa sadar Afsheen memutar bola matanya. Kalau itu dia juga tahu! “Maksud saya, kenapa anda bisa masuk ke kamar seorang gadis suci dan polos seperti saya? Anda tidak sering masuk ke kamar gadis-gadis seperti ini dan berbuat macam-macam tanpa sepengetahuan mereka, kan?”

Mesum, jelalatan, cabul! Umpat Afsheen dalam hati.

Keigher tanpa beban berjalan menuju sofa dan duduk di sana sambil menyandarkan kedua tangannya lebar di punggung sofa. “Ide yang bagus. Mau menjadi gadis pertama?”

Afsheen mendengkus dalam hati melihat sikap superiornya. “Tidak, terima kasih. Saya tidak ingin menjadi bagian dalam harem anda.”

Alis Keigher terangkat. Jika dipikir-pikir istana selirnya masih kosong sampai saat ini.

Oh My— jangan bilang Kaisar merindukanku karena kita tidak bersua beberapa hari?! Maka dari itu malam ini anda mengendap-endap seperti pencuri memasuki kamarku!” ujar gadis itu heboh sambil mengangkat tangannya yang terkepal.

“Teruslah berkhayal.” kata Keigher datar melihatnya menyimpulkan dengan berapi-api.

Karena dua kata itu, pikiran Afsheen buyar seketika dan membuatnya cemberut. “Lalu apa yang anda lakukan di sini?”

Keigher menoleh ke jendela dan berbalik menatap Afsheen dengan senyuman tipis. “Keluar bersamaku.”

***

“Astaga, Yang Mulai masuk ke rumahku seperti tadi?” pekik Afsheen di antara embusan angin malam.

Saat ini dia sedang menunggangi kuda, dengan Keigher di belakangnya yang tengah mengendalikan hewan tersebut menggunakan tali pengekang.

Tadi saat Keigher mengajaknya keluar dari mansion, Afsheen sangat shock karena pria itu melompat dari lantai tiga sambil menggendongnya. Untung saja pendaratannya mulus, jika tidak Afsheen bisa membayangkan esok pagi betapa hebohnya seisi mansion melihat dua orang tergeletak mengenaskan di tanah.

Kemudian dia mendengar bisikan Keigher tepat di samping telinganya, “Tentu saja. Kau berharap aku menyelinap masuk melewati ruangan demi ruangan, menaiki tangga lalu mencari letak kamarmu? Kau kira sepenting apa dirimu?”

Afsheen menggertakkan gigi karena dinginnya udara malam ini. “Kalau saya tidak penting, kenapa Yang Mulia datang mengunjungi saya?!”

Keigher mengibaskan tali pengekang agar kuda berpacu lebih cepat. “Karena aku bosan.”

Bosan dia bilang?! Batin Afsheen sambil memutar bola matanya. Bullshit. Dasar kaisar jadi-jadian. Kerjaannya hanya membunuh orang tanpa mengurus negerinya!

Setelah Afsheen pasrah menerima kenyataan bahwa beberapa saat lagi wajahnya akan membeku, kuda terhenti dengan mulus.

Keigher melemparkan satu koin emas kepada penjaga, yang membuatnya sangat antusias merawat kuda putih tunggangan mereka, sebelum pria berdarah dingin itu melirik Afsheen yang linglung.

“Rapikan rambutmu. Bisa-bisa burung akan salah mengira bahwa itu adalah sarangnya.” ujarnya datar sebelum menaikkan tudung jubah menutupi kepalanya dan berjalan.

Mendengar kata-kata Keigher, Afsheen segera menyentuh rambutnya yang sangat berantakan seperti teraduk puting beliung dan merapikannya dengan bibir mencebik.

Keigher adalah pria dengan bibir terlemas yang pernah ditemui Afsheen!

Langkah Keigher terhenti dengan kening berkerut. Menoleh ke belakang, dia mendapati gadis itu masih berdiri di tempatnya sambil merapikan rambut diselingi dumelan pelan.

“Dalam hitungan ketiga kau sudah harus berdiri di sampingku.” kata Keigher dengan volume suara yang sedikit dibesarkan agar Afsheen yang berada di kejauhan dapat mendengarnya. “Satu... dua...”

“Berhenti!!!” Pekik Afsheen yang berlari dan tanpa sadar mengulurkan tangan membekap bibir Keigher. Dengan napas terengah-engah, dia menatap pria itu kesal. “Hitungan macam apa itu?! Setidaknya berikan jeda waktu sedikit di antara angkanya!”

Melihatnya tidak menanggapi, Afsheen mengerjap. “Kenapa anda diam?”

Mata dingin Keigher turun melirik tangannya yang masih bertengger manis menekan bibirnya. Mata gadis itu membulat sempurna dan segera menarik tangannya kembali sembari meringsut mundur ketakutan.

Sial, tangannya tidak akan dipotong karena lancang, bukan?!

Memikirkannya membuat Afsheen bergidik ngeri. Amit-amit, jangan sampai!

Keigher menarik tudungnya untuk menutupi sebagian wajahnya, jadi Afsheen sendiri tidak bisa melihat ekspresi apa yang nampak di wajahnya.

Kesal? Marah? Atau tersenyum?

Jika tersenyum, habislah sudah riwayat Afsheen. Karena setahunya, jika Keigher sudah tersenyum dalam kondisi seperti ini, nyawa taruhannya. Bukan asal senyum, tapi senyuman itu keji dan penuh dengan iblis!

“Berhenti berandai-andai dan segera berjalan sebelum aku mengambil kedua kakimu.” ancaman Keigher membuat Afsheen kembali bergidik dan segera mengekorinya dengan panuh.

“Jalan di sampingku.”

Lagi-lagi Afsheen dengan sepenuh hati menurutinya sebelum kakinya dipotong. Huh, dasar tukang mengancam!

 Huh, dasar tukang mengancam!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

June 26, 2021.

King of the CrueltyWhere stories live. Discover now