II. Escape

26.7K 3.7K 200
                                    

“Akh,” Afsheen memegang kepalanya yang pening

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

“Akh,” Afsheen memegang kepalanya yang pening. Entah apa yang terjadi tadi, dia tidak begitu tahu. Dia hanya melihat sinar yang menyilaukan lalu terhempas dengan sekujur tubuh yang terasa kebas.

“Kau tidak apa-apa?”

Merasa peningnya mereda, Afsheen berusaha bangun sambil memegang pinggangnya. Dia menggerakkan badannya ke kiri dan kanan. “Ahh, ini lebih baik.”

Afsheen menatap sekitarnya, lalu berjengit kaget melihat kumpulan orang yang menatapnya bingung. Mereka siapa?

“Ada yang terluka? Salah satu di antara kami mempunyai obat.” Seorang wanita mendekatinya, bertanya dengan suara lembut.

Mengulas senyuman manis, Afsheen menggeleng. “Tidak apa-apa. Kepalaku hanya sedikit pusing. Oh, iya. Ini di mana?” Dia mengedarkan pandangannya, kemudian mengernyit. Apa dia terdampar di kru film atau mungkin di sebuah suku di pegunungan? Tidak, tidak. Dia berada di tengah kota sebelumnya, sejauh ingatannya dia tidak pernah mendaki gunung.

“Nona tidak ingat?” tanya wanita itu lagi. Afsheen kembali menatapnya menunggu jawaban. “Kita semua ada di kamp para bandit.”

Tiba-tiba Afsheen merasa ragu. “Bagaimana bisa?”

Seorang pria setengah baya maju. “Kami adalah musafirin. Ketika melewati hutan, para bandit mengepung dan membawa kami ke sini. Ternyata bukan hanya kami sendiri, beberapa masyarakat di kota juga diculik, salah satunya Nona.”

Afsheen bersedekap dada. Dia menatap sekitarnya, lalu mendapati sebuah lambang yang sangat tidak asing di setiap tenda.

Aneh, kenapa semua ini terasa sedikit familiar? Pikirnya bingung.

“Em, Tuan, bandit ini bernama apa?” Tidak, pasti hanya perasaannya saja. Tidak mungkin para bandit itu bernama Black

Black Tiger.

Tiger.

“APA?!”

“Syuttt, jangan berteriak. Nanti para bandit itu ke sini.” Wanita tadi menatapnya resah, membuat Afsheen membekap mulutnya sendiri.

Astaga, tidak, tidak. Ini semua pasti kebetulan. Afsheen menggeleng-geleng. Lagi pula... FENOMENA AJAIB APA YANG BISA MEMBUATNYA BISA BERMIMPI TERDAMPAR DI CERITA SEJARAH YANG KEBENARANNYA SAJA MASIH DIRAGUKAN?

“Kalau boleh tahu, lambang Black Tiger itu apa?” Lagi-lagi Afsheen bertanya memastikan. Karena bisa saja, ini suatu kebetulan. Mungkin matanya yang bermasalah sehingga melihat lambang Black Tiger dari cerita sejarah itu di setiap tenda.

“Lambangnya berupa macan bertubuh manusia berwarna hitam.” Jawab wanita itu sambil mengingat-ngingat.

Tubuh Afsheen menegang. Seperti itulah deskripsi dalam narasi. “Terus Ra—”

King of the CrueltyOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz