39. Priority

23.1K 2.7K 176
                                    

Adelaide memperhatikan keadaan disekitarnya dengan jeli, kedau netra emeraldnya memastikan jika tak ada satupun pengawal kerajaan maupun pelayan yang sedang berada di tempatnya berdiri saat ini. Adelaide mengeratkan tudung di atas kepalanya sebelum wanita itu kembali melangkahkan kedua kaki jenjangnya menuju ke sebuah pintu kamar yang seharusnya tak dimasukinya disaat bulan sudah bersinar terang di langit gelap.

Bub.

Adelaide membuka pintu itu dengan tergesa dan menutupnya dengan tergesa juga. Wanita itu memutar tubuhnya dan kedua netra emeraldnya mendapati kekasihnya tengah duduk sembari menatap langit gelap, kekasihnya itu bersikap seolah – olah dia tak menyadari kedatangan Adelaide.

Adelaide lantas menurunkan tudung yang sedari tadi digunakannya untuk menutup wajahnya, wanita itu menarik langkah besar menuju kekasihnya yang terlihat sangat murung itu

"William..." panggil Adelaide ketika wanita itu sudah berada di dekat William

William mendengar dengan jelas suara tegas itu menyebut namanya, namun pria itu yang saat ini sedang berada di suasana hati yang buruk tak berminat untuk mengahlihkan tatapannya dari langit hitam menuju wanita cantik itu

Adelaide geram sendiri ketika ia melihat William mengabaikannya secara terang – terangan. Tanpa pikir panjang, kedua tangan lentik Adelaide bergerak untuk mengguncang kuat bahu kekar milik pria itu

"William!" ucap Adelaide dengan suaranya yang terdengar semakin lantang

Mau tak mau, William mengahlihkan pandangannya dari langit hitam yang dihiasi oleh bulan menuju ke pemilik tangan lentik yang kini sedang mengguncang kuat bahunya. William melemparkan tatapan tak berminatnya pada wanita itu ketika wanita itu menyorotinya dengan tatapan kesal

Melihat wajah wanita itu semakin membuat suasana hati William memburuk, dengan gerakan pelan, William menggerakkan bahunya sebagai tanda bahwa ia tak suka jika bahunya dicengkram oleh wanita itu

"Apa yang terjadi padamu? Katakan padaku, kesalahan apa yang telah kuperbuat hingga kau mengacuhkanku seperti ini?" tanya Adelaide sembari menatap lurus kedua netra biru William yang kini sedang menyorotinya dengan tatapan datar, sorot dan kedua netra biru itu membuat Adelaide serasa seperti sedang menghadapi Alexander, suaminya

"Kau tak ada salah apapun, Your majesty. Aku memang ingin sendirian beberapa hari ini" ucap William dengan kedua netra birunya yang senantiasa menatap wajah Adelaide

Adelaide mengerutkan dahinya frustasi ketika ia mendengar ucapan William itu. Entah kenapa, William tak ada ubahnya seperti karakter wanita di setiap novel roman yang telah dibaca oleh Adelaide, berbelit – belit dan susah dimengerti

"Kalau begitu, kenapa kau mengacuhkanku dalam waktu yang lama? Kau bahkan menolak suratku dan menolak buah – buahan yang dikirim oleh Maida padamu. Sebenarnya, apa masalahmu?"

Ck.

William berdecak sebelum pria itu menggerakkan kasar bahunya sehingga kedua tangan lentik milik Adelaide yang sedari tadi mencengkram bahunya terlepas begitu saja. Tanpa mengatakan apapun, pria itu bangkit dari duduknya dan berniat untuk melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya

"William! Aku belum selesai!" ucap Adelaide dengan suaranya yang terdengar meninggi

Tangan Adelaide bergerak untuk menahan tangan kekar William namun, belum genap sepuluh detik tangan halus Adelaide menahan tangan kekar itu, William kembali menyentakkan tangannya dengan kuat hingga tangan Adelaide terlepas begitu saja.

Tindakan William itu berhasil membuat emosi Adelaide memuncak, sebelumnya, wanita itu juga sudah terlanjur emosi karena perkataan Alexander dan sekarang, tingkah William semakin memperparah rasa emosinya itu

AdelaideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang