Prolog

441 89 92
                                    

Jakarta, 28 Desember 2037

Suara bising di pagi hari mulai terdengar. Pelaku dari semua itu adalah para asisten rumah yang sedang melalukan pekerjaan nya. Ada yang memasak, ada yang berkebun merawat tanaman, dan ada juga yang membersihkan seisi rumah.

Semua orang tengah sibuk dengan tugas mereka masing-masing. Termasuk seorang ibu yang juga ikut menyiapkan sarapan untuk anaknya.

"Mah! Satya berangkat dulu, ya!"

Seorang pemuda tampak rapih menggunakan seragam sekolah lengkapnya, menuruni tangga dengan sedikit berlari. Ia bersiap untuk pergi ke sekolah. Mengingat ini sudah pukul 06.50 jadi dia harus bergegas.

Sebelum keluar dari rumah. Dia menyempatkan untuk menghampiri Ibunya di dapur. Mengambil selembar roti dan meminum susu yang sudah disiapkan. Kemudian, ia langsung berjalan menjauh dengan mulut yang masih penuh isi.

"Hati-hati dijalan sayang! Jangan ngebut, jangan lupa makan siang." Ucap Sang Ibu dengan sedikit berteriak karena masih berada di dapur.

Satya hanya mengangguk pelan meski Ibunya tidak ada dihadapannya. Keluar rumah menyapa Mang Jajang yang sedang menyirami bunga. Kemudian mengambil motornya di garasi. Lelaki itu mulai menyalakan mesin motornya lalu segera keluar dari pelataran rumah.

Dia menikmati perjalanan menuju sekolah, ya sekaligus menuruti mama nya untuk tidak ngebut. Padahal bisa saja ia melakukan itu tanpa mama nya tahu. Namun, cuaca hari ini menentang itu. Membuat Satya sangat menikmati jalanan yang mulai padat.

Selain itu, Satya juga melihat beberapa poster, papan reklame, juga spanduk di sepanjang tepi jalan yang memperlihatkan tujuh orang pemuda tampan. Disana tertulis,

'Peringatan tahun ke-17 kematian boygrup Enhypen'

Lantas, laki-laki itu tersenyum diatas motornya. Bisa-bisanya dia hampir lupa bahwa sekarang tahun ke tujuh belas setelah sang ayah meninggalkan nya.

"Nggak kerasa, udah 17 tahun aja. Satya kangen, pa."

Monolog Satya di dalam hatinya. Meski ia tak pernah bertemu langsung dengan sang ayah. Dia bisa merindukan sosoknya.

Setelah sekitar sepuluh menit, akhirnya ia sampai di halaman sekolah. Untung saja masih sempat masuk, pasalnya setelah dia melewati pintu gerbang, satpam di depan sudah menutupnya.

Ketika ia berjalan mulai dari tempat parkir sampai ruang kelasnya, sama halnya seperti dijalan raya tadi. Sepanjang jalan, halaman, koridor, bahkan papan tulis kelas pun terpampang wajah ketujuh anggota boyband tersebut. Termasuk papa Satya.

-To be continued-

Hallo !!
Cerita ini hanya karangan fiksi belaka. Tidak ada sangkut paut dengan idol/visualisasi.
Hope you like it, guys !

Jangan lupa add to library kalian ya.
Vote and comment, thankyou.

WITH(OUT) : give him back to meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang