7- Qurrota A'yun

3.3K 130 14
                                    

tapi apa peduliku, toh aku juga tak menganggapnya suamiku.

Aku langsung masuk tanpa bertegur sapa dengan dua pasangan itu, buat apa juga? tak penting.

tanpa kusadari ternyat ada satu orang pria lagi.

"Dia istri Bapak?" Tanya Wanita itu.

"iya." Jawab Akhtar tanpa sedikitpun menatap wanita itu.

"kalian bertengkar? Kok kayak musuhan?"

"maaf ini urusan pribadi saya, jadi kita bahas masalah pekerjaan saja, ini juga sudh malam, kita lanjutkan lagi lain kali," ucap Akhtar.

"baik, kalau begitu saya pamit dulu. Salam buat istri bapak."

"iya nanti saya sampaikan."

aku melihat keduanya pergi.

Aku sedang mengintip sekarang, jika kalian mau tau. Menurut pengalamanku sebagai seorang wanita, aku tahu bahwa Wanita itu menyukai Mas Akhtar. Terbukti dari cara dia menatapnya.

namun saat mas Akhtar berbalik, dengan  segera aku berbalik lalu berbaring di Ranjang ku.

Tok..tok..tok...

aku pura- pura tidur.

"Itu tadi junior saya, namanya Asya Saya bertugas mengajarnya, kami tak berdua, ada satu pria lagi tadi."

bacot.

ada yah pilot cewe? Baru tau aku.

"tadi kami ber lima, tetapi semuanya ada urusan mendadak."

Mas Akhtar menghela nafas.

aku bangkit dari pura- pura tidurku lalu membuka pintu kamar yang di depannya masih ada mas Akhtar.

"Ngapain sih?" Tanyaku.

"sya hanya menjelaskan," ucap Mas Akhtar tanpa menatap mataku.

"trus? Aku gak butuh penjelasan, kalau mau nikah lagi, yaudah nikah aja. Bagus malah, apa peduliku?"

Brakk..

aku menutup pintu dengan keras, kurasa lama- lama pintu ini akan rusak.

namun aku teringat satu hal, dengan segera aku kembali membuka pintu dan yah mas Akhtar masih ada disana.

"Mas tidur di kamar aku, ini permintaan Ayah" ucapku.

Aku teringat perkataan Ayah tadi pagi.

"tapi tidur di lantai, atau gak disofa," lanjutku lalu kembali ke ranjang tanpa menutup pintu.

yang benar saja, sudah pukul 10 malam tapi mas Akhtar tak datang- datang. Apa dia tidur di kamar sebelah?

tak masalah dia mau tidur di sana, yang menjadi masalah adalah, aku tak menutup pintu tadi.

mau tak mau aku harus menutup pintu.

aku bangkit dari rebahanku, namun baru ku capai gagang pintu, bisikan Seseorang yang sedang mengaji kembali menghiasi telingaku.

Kenapa dia mengaji terus? tapi bukan masalah. Aku bisa tdur nyenyak dengan bisikan merdunya.

Aku kembali ke ranjang tanpa menutup pintu, ku tahu bahwa Mas Akhtar pasti akan menurti perkataanku tadi.

perlahan aku mulai mengantuk, dan.... tertidur.

***

panggilan alam adalah hal yang menjengkelkan jika tengah malam. Itu sangat mengganggu ke nyaman ku untuk tidur.

aku maraih ponselku untuk mengecek jam berapa sekarang.

Jam menunjukkan pukul 12.54, aku sudah tak tahan. Lebih baik aku segera ke toilet.

Pilot Pilihan AyahWhere stories live. Discover now