8

1.7K 205 4
                                    


Jimin berjalan disamping rekan ayah angkatnya yang bernama  Simon.Pria berusia 60 tahun itu memiliki sebuah hotel dan casino mewah di Macau namun tetap berbisnis di pengadaan obat obatan terlarang seperti ayah angkatnya.

"I'm glad at least your father has you"

"My dad would be glad if he know you coming to see his like this"

Mereka melanjutkan dengan membicarakan rekan rekan bisnis John dari beberapa negara lain yang tertarik untuk menggantikan
perannya distribusi obat obatan terlarang.

"Thank you,but actually I had some business plan in my mind,so maybe you have idea for it"

Pembicaraan Jimin dengan Simon sangat serius.Simon nampak tertarik dengan rencana bisnis yang ada di kepala Jimin.Beberapa kali ia mencatat sesuatu di ponselnya dan mengangguk anggukkan kepalanya.

*****

Rose melangkah masuk ke restoran hotel dengan langkah bimbang.Sudah lama ia tidak menginjakkan kaki ke hotel mewah seperti ini.Jika dulu ia sering sekali mendatangi tempat tempat seperti ini hanya sekedar minum kopi dan bersosialisasi,maka semenjak kehidupannya berubah, kebiasaan itu sudah lama ia tinggalkan.

Matanya sibuk mencari sosok Cavin.Jantungnya berdegup tak keruan.Rasanya tidak pernah terpikir jika ia seberani ini meminta tolong pada seseorang yang sudah meninggalkannya 3 tahun lalu.Dalam hatinya ada perasaan tidak nyaman,namun harga dirinya adalah prioritas paling akhir saat ini.Yang penting ia bisa mengumpulkan uang untuk melunasi hutang papanya.Itu yang terpenting.

Ia membuka ponselnya dan sebuah pesan bertegar disana.

'maaf mungkin aku sedikit terlambat,15 menit'

Ok,jadi ia punya waktu 15 menit untuk memenangkan dirinya sebelum bertemu Cavin.

Rose memilih meja yang kosong dan memesan segelas kopi.Berulang kali ia menarik nafas panjang dan menghembuskan nya perlahan.

Rose nyaris terlonjak saat seseorang mengetuk meja kaca itu dengan jarinya.Rose langsung menengadahkan kepalanya dan wajah Cavin tertengger di hadapannya.Wajah pria itu tidak banyak berubah sejak Rose terakhir Rose bertemu dengannya.Bahkan sekarang pria itu jauh lebih tampan dengan setelan jas rapi yang ia kenakan.

Dalam hati Rose merasa lega dengan keputusannya dulu untuk melepaskan pria yang memang layak mendapatkan seseorang yang jauh lebih baik darinya.

Namun Cavin tidak datang seorang diri,seorang wanita berdiri disampingnya menatap Rose tajam.Rose buru buru berdiri dan berusaha bersikap sebiasa mungkin.

"H-hai Cavin!Aku harap tidak menggangu jadwalmu hari ini"Cavin menggelengkan kepalanya.

"Sebelumnya kenalkan ini Liana, istriku"ucap Cavin sambil menoleh kearah wanita disampingnya.

Rose menatap wanita disamping Cavin.Sebenarnya Cavin tidak perlu memperkenalkannya lagi padanya.Rose juga kenal wanita itu.Wanita itu ialah teman kuliah yang juga berkuliah di universitas yang sama.

"Hai Liana"sapa Rose dengan senyum yang teramat dipaksakan.

"Hai.Senang bertemu denganmu lagi,Rose"sapanya juga dengan senyuman paksa.

"Aku tidak tau kalian sudah menikah.Selamat ya!"

"Maaf kami tidak mengundangmu karena tidak tau harus mengirim undangan kemana.Rumahmu dijual dan kau menghilang"ujar Cavin menatap Rose serius.

Liana menoleh kearah suaminya dan berusaha untuk tidak terlihat begitu terganggu.Ia meneguk air putih dihadapannya sebelum membuka suara.

"Cavin bilang kau mengajaknya bertemu disini untuk meminjam uang"

Rose tertegun.Ia megira ia sudah membuang harga dirinya jauh jauh,namun entah kenapa rasanya ia ingin menghilang dan tidak ingin kembali lagi.

Cavin berdehem dan menepuk tangan istrinya.

"Kau bilang mau ke spa yang berdekatan disini.Pegilah,kami akan berbicara sebentar"ucap Cavin dengan lembut disertakan senyumannya.

Rose melihat senyuman itu. Senyuman itu tidaklah asing baginya.Dulu senyuman itu selalu ditujukan padanya.

*****

Jimin menghela nafas panjang.Matanya berulang kali mencuri pandang kearah tempat duduk dibelakang Simon.Lagi lagi wanita itu, Roseanne Park.

Jimin kira perjumpaannya dengan wanita itu dibank merupakan kebetulan yang aneh.Siapa yang mengira jika mengu depan depannya lagi ia bertemu dengan wanita itu.

"Your business plan ia interesting,maybe  I could we can join and create new business"ujar Simon yang langsung mengalihkan perhatian Jimin ke tempat yang semestinya.

Jimin tersenyum dan mengangguk.

"I'm more then ok with that,but it's still to early.I still have to talk with those cooperation and they had bad impression of me already"

"Well,I'm sure that won't be long until you give me a good news"

"Ok tomorrow I will pick you up to my dad mortuary.At 10 am maybe?"

"Ok see you tomorrow then"

Jimin berjabat tangan dengan Simon.Tadinya ia berencana untuk langsung pergi dari sana,namun ia mendengar pembicaraan dari meja belakangnya dan pembicaraan itu membuat langkahnya terhenti.

*****

"Ok,aku akan memberikan kian waktu untuk berbicara.Tapi ingat,sebagai istrimu aku menentang keras kau mempunyai hubungan apapun dengannya lagi"sahut Liana sambil bangkit berdiri dan mengambil tasnya berjalan pergi dengan kesal.

Rose dan Cavin saling terdiam untuk beberapa saat.Keringat dingin sudah membasahi telapak tangan Rose.

"Maaf,kalian bertengkar karena aku yang tiba tiba datang dan mengganggumu"ujar Rose sambil tersenyum pahit.

"Kehidupanku memang berubah drastis semenjak mamaku meninggal dan perusahaan papaku bangkrut"

"Kau bilang ingin meminjam uang?Apa kau sedang mengalami masalah keuangan?"tanya Cavin.

Seluruh penjelasan sudah diujung lidah Rose.Ia sudah menyusun penjelasan yang akan ia berikan untuk mantan kekasihnya itu semalaman.Namun entah kenapa mulutnya seperti terkunci rapat dan tidak bisa mengatakan apapun.

"Kurasa lebih baik aku tidak meminjam uang darimu, Liana sudah bilang kalau---"

"Anggap saja perminta ini perminta maafku padamu,Rose"potong Cavin lalu menghela nafas panjang.

"Permintaan maaf?"tanya Rose bingung.

"Permintaan maaf karena aku meninggalkanmu begitu saja 3 tahun yang lalu, permintaan maaf karena aku tidak bisa menunggu lebih lama dan memutuskan untuk menjalin hubungan Liana saat kau masih di Korea dan berduka cita serta pusing dengan urusan keluargamu"

Rose tertegun.Ia berusaha untuk memproses seluruh perkataan Cavin barusan.

"M-maksudmu kau menjalan hubungan dengan Liana saat kita belum putus begitu?"tanya Rose.

"Awalnya karena aku mabuk dan tidak hati hati,aku melakukan hal yang tidak seharusnya aku lakukan
saat masih berhubungan denganmu,mungkin karena rasa bersalah dan sekaligus pada Liana,aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan kita saat itu"

Rose menunduk dalam diam.Ia tidak ingin menunjukkan kekecewaannya kepada Cavin  dan rasa malu diwajahnya saat ini.Ia mengumpulkan sisa sisa tenaga dan harga diri yang ia miliki untuk bangkit  berdiri.

"Rose....aku akan membantumu,berapa yang kau perluka?"tangan Cavin menggapai tangan Rose mencegah wanita itu pergi.

Rose menarik lepas tangannya.

"Lebih baik kita tidak bertemu lagi"ucap Rose sambil setengah berlari pergi meninggalkan area restauran hotel mewah itu.






CONTINUE~

Into You [✓]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora