Chapter 3. Perjuangan Mama

11.6K 2.1K 1.3K
                                    

Selamat membaca!

Jangan lupa tekan tombol bintang di atas ya, <3.

---

"Nggak ada orang di dunia ini mau jadi gila, mereka begitu karena takdir hidupnya tragis. Karena hidup udah kejam sama mereka, kita sebagai manusia harusnya nggak ikut-ikutan kejam juga. Paham?" - Papa Ardi.

----

2005.

Setiap hari Sabtu dan Minggu, Nathan dan Daniel pasti akan bermain ke rumah neneknya. Rumah neneknya berada di salah satu kompleks yang begitu asri. Di bagian depannya terdapat banyak buah-buahan; mangga, sawo, ceri, belimbing. Kerjaan Nathan tiap kali ke sana yaitu memanjat pohon belimbing dan usil melempari setiap anak yang lewat di pinggir jalan. Pernah sampai diteriaki orang gila dan mengajaknya berkelahi, untungnya berhasil didamaikan oleh Nenek setelah diberikan rokok kretek.

Begitu pun setiap ada perayaan 17 Agustus, si kembar rutin datang ke rumah Nenek karena selalu diadakan lomba. Di seberang rumah Nenek terdapat lapangan luas yang selalu ramai tiap 17 Agustus, mulai dari lomba balap karung sampai makan kerupuk. Pun setiap tanggal 30 September, Nathan dan Daniel juga menginap, karena di lapangan depan rumah Nenek selalu dipasang layar tancap untuk menayangkan film G30S PKI.

Kesukaan Nathan dan Daniel adalah kue lambang sari buatan Nenek sambil minum wedang jahe. Salah satu alasan kenapa mereka berdua selalu ingin ke rumah Nenek karena setiap kali pulang pasti akan dapat banyak uang yang selanjutnya mereka tabung untuk membeli jam Power Rangers. Kedua anak itu tergila-gila dengan pahlawan warna-warni yang selalu datang untuk membela kebenaran. Bahkan pernah gulat di depan televisi hanya karena memperebutkan siapa yang ingin jadi Power Rangers merah. Misalnya hari ini. Nathan dan Daniel sudah bersiap-siap sejak pagi untuk diantarkan ke rumah Nenek.

"Nanti di rumah Nenek sama Kakek jangan nakal, ya, mereka tuh udah tua. Jangan bikin ulah," Meli mengingatkan sambil memakaikan ransel kecil ke punggung Nathan dan Daniel. Karena biasanya selalu saja ada ulah mereka yang membuat Nenek marah. Entah Nathan yang mengajak Sera main di empang (Sera adalah sepupu mereka yang masih berusia tiga tahun), lalu pulang ke rumah dengan baju basah sambil membawa ikan lele.

"Nathan, dengerin kata-kata Mama, ok? Sini cium dulu, utuk-utuk coba keteknya mana huacim aceeemmnyaa ketek anak-anak Mama padahal udah mandi." Meli menggoda Nathan dan Daniel yang langsung memasang wajah masam.

"Mama nggak ikut?" tanya Daniel. "Mama di rumah sendirian dong?"

"Nggak, Mama nggak enak badan, mau tiduran dulu di rumah."

"Oh ok, ya udah ayo berangkat Pa." Daniel merajuk dengan menarik ujung kemeja Ardi. "Aku duduk depan cup." Sebelum Nathan mengambil posisi, Daniel sudah lebih dulu menyerobot kursi penumpang bagian depan.

"Ih nggak bisa gitu dong, kita suwit dulu."

Kedua anak itu akhirnya melakukan suwit. Daniel memasang jari kelinking dan Nathan memasang jari telunjuk. "Semut diinjak sama orang, aku menang," kata Nathan dengan wajah riang. "Yeyeye."

"Mana ada kayak gitu, semut kan bisa ngegigit?"

"Tapi semut nggak bisa ngelawan manusia dong. Besaran mana coba manusia sama semut?"

Alhasil Daniel pun mengalah, membiarkan kursi depan dipersilakan untuk Nathan. "Ya udah nanti waktu pulangnya gantian ya, Daniel yang di depan?" Papa akhirnya menengahi. Mereka pun bergegas pergi. "Dadah Ma!" Keduanya melambaikan tangan pada Mama yang masih setia berdiri di depan pintu rumah.

GOODBYE DANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang