Pencuri dan Korban

22 17 13
                                    

Seorang wanita berkisar umur 30 tahun sedang berdiri di pemberhentian bus, sesekali dia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan.

Tiba-tiba seorang wanita lainnya berpakaian serba formal datang mengambil tas wanita tersebut yang tergantung di bahu.

"Pencuri!"

Kedua wanita itu saling mengejar dan dikejar hingga memasuki sebuah gang sempit. Sementara orang-orang itu kembali menatap ponsel dan tak berniat membantu.

Orang-orang itu terkecuali Dyana, gadis pemulung yang setiap harinya duduk di samping tempat pemberhentian bus, dia tidak buta dan juga tidak peka sehingga dia mengerti semuanya.

Beranjak dari tempat kemudian beralih menuju telepon umum, jari-jarinya menekan setiap tombol angka dan menyambungkan panggilan.

"Orang-orang ini tidak punya rasa simpati," ujarnya setelah memutuskan sambungan telepon.

Tak lama terdengar sirine mobil yang bergemuruh sontak membuat orang sekitar kaget dan berlari menjauh, berbeda dengan Dyana yang berdiri menghampiri salah satu kepolisian.

"Mereka memasuki jalan sempit disana," ucap Dyana sambil menunjuk.

"Oh, apakah anda yang menelpon?" Dyana hanya mengangguk.

Para kepolisian bergegas kesana diikuti Dyana, sesampainya mereka melihat kedua wanita yang dinyatakan pencuri dan korban di ujung gang. Salah satu wanita mencoba menggapai tas dan salah satunya lagi menyembunyikan tas.

"Bawa keduanya ke kantor polisi!" Perintah tegas itu langsung dikerjakan. Dapat dipastikan jika beliau adalah Kepala Kepolisian.

Dyana lantas tertawa kecil melihat kepergian mereka, Kepala Kepolisian memandangnya aneh.

"Mengapa anda tertawa?" tanyanya mengernyitkan kening.

"Emm, menurut pak polisi, siapa pencurinya?"

"Wanita dengan pakaian kantor," jawab pak polisi tersenyum yakin.

Dyana mengangguk.

"Anda harus ikut kami sebagai saksi kejadian."

Dyana kembali mengangguk dan masuk ke dalam mobil. Dia tersenyum bahagia saat merasakan betapa lembutnya tempat duduk  yang sedang dia duduki.

"Sebelumnya bisa saya tahu siapa nama anda?"

"Dyana."

***

Ruangan serba cokelat, dinding berhiaskan foto-foto keluarga, dan juga lemari penghargaan. Ternyata pak polisi ini adalah orang yang berpengaruh dan cerdas.

Seketika Dyana terpesona. Sudah selesai menyelidiki ruangan pak polisi, dia mengalihkan pandangan kepada wanita yang sedang menangis tersedu-sedu karena tasnya dicuri. Katanya dia tak menyangka dan mengalami trauma, sedangkan wanita berpakaian formal berada di jeruji besi bersama seorang pria.

"Sebenarnya mengapa Bu Sarah keluar di malam hari?" tanya pak polisi sembari menyodorkan segelas minuman bening kepada wanita itu.

"Anak saya sedang sakit, saya berniat membelikannya obat di warung. Ternyata warung itu sudah tutup maka dari itu saya akan membelinya di apotik," jawab Bu Sarah sesegukan.

"Well, mengapa dia harus menangis?" tanya Dyana membatin.

"Lalu anak Ibu, siapa yang menjaganya?" tanya lagi pak polisi.

Misi Dyana // Mengungkap Pelaku PembunuhanWhere stories live. Discover now