32. Sembunyi

212 74 0
                                    

Holland tak masuk ke rumahnya, ia berjalan ke arah hutan untuk mencari bunga-bunga yang sekiranya akan mekar di esok hari. Pria itu sebenarnya agak takut juga, bagaimana kalau Goro menjalankan rencananya? Rencana dimana ia akan melukai anak-anak dan robot-robot buatan Noah.

Sementara di sisi lain, para robot membuka matanya kala daya mereka sudah penuh. Mata mereka menangkap dua tempat yang kosong.

"Aku merindukan David," ucap Jun.

"Bukan hanya kau, kami juga merindukannya. Mungkin Jaden juga?" sahut Travis.

Dua tempat kosong itu salah satunya seharusnya ditempati oleh David dan satunya lagi ditempati oleh Jaden. Yang paling merindukan David disini adalah Jun, mereka ditugaskan untuk menjaga orang jahat itu. Dijaga agar tak melancarkan rencananya.

Setiap mendengar rencana mereka, Jun dan David selalu mengadu pada Noah. Tak disangka, Yoonbin dan Yujin mengubah rencana. David jadi ada di sisi kejahatan dan hancur bersama orang-orang itu.

Seluruh robot menghampiri Jun dan tersenyum. "Sudah jadi takdir David. Kau jangan bersedih. Lagipula masih ada kita dan Jaden si robot kuat!" ujar Kyle.

Jun ikut mengembangkan senyumnya, "Ya! Kita memiliki Jaden si kuat dan orang-orang yang bisa membuat kita bahagia! Jangan bersedih!"

×××

Sudah tiga hari Holland tak pulang ke rumahnya. Usahanya mencari bunga-bunga yang mekar seminggu terakhir belum selesai juga. Sedangkan Noah dan Kakek belum sadar, tapi Jaden sudah seperti semula.

Bahkan Yoshi ingin terus bersama Jaden karena robot itu mirip dengannya. Manja dan perilakunya yang polos membuat Jaden tertawa karena itu. Kadang Yoshi juga menggoda Nayun dengan ajakan pacaran ketika sudah besar.

Dasar anak-anak.

"Kak Jaden, Yoshi ingin bertemu dengan ayah." ucap Yoshi. Mendengar itu, kegiatan makan-makan mereka terhenti untuk sementara.

"Eh iya, ya. Ini udah hari ketiga tapi Noah sama Kakek gak sadar-sadar. Kenapa ya?" tanya Keita.

"Udah tiga hari juga Ayah gak pulang. Kangen gak sih?" tanya Yuna.

Mereka semua mengangguk. Memang mereka merindukan Holland. Untung mereka baik-baik saja dan pelayan pun memperlakukan mereka dengan sangat baik. Andai ada rencana jahat, mereka pasti sudah menangis memanggil Holland untuk datang dan menolong mereka.

Jaden, Holland, Noah, dan Kakek tampaknya akan menjadi tiga lelaki kuat di dunia Distopia. Ketiga diantaranya tak ada. Hanya ada satu disini. Kekuatannya juga belum tentu cukup untuk menghadapi kekuatan jahat, kan?

"Aduh, Yoshi. Gak ada izin dari paman kamu buat ke kamar Ayah." jawab Jaden.

"Tapi aku mau ketemu ayah!"

"Yoshi berisik!" Nayun menegur. Jaden kaget akan hal itu. Sementara yang lain diam, mulai merasakan ada keributan yang akan terjadi.

"Aku mau ketemu ayah! Masa gak boleh?!" tanya Yoshi ngegas. Dia memaksa turun dari pangkuan Jaden.

Saat tangan Yoshi terangkat, John langsung berpaling ke arah lain. Dan yang dia rasakan adalah tamparan kecil di punggungnya. "Yoshi jangan pukul perempuan, nanti Ayah nya marah lho." tegur John.

"Oh iya kah?"

"Iya!"

"Pengen ketemu ayah.."

John berbalik dan mengelus kepala anak kecil itu, "Sabar sedikit lagi, ya. Nayun juga udah tiga hari gak ketemu ayahnya."

Tak lama kemudian terdengar langkah seseorang yang semakin keras. Suara langkah itu kian mendekat. Membuat mereka semua khawatir. "Baru juga istirahat seminggu masa ada yang berulah lagi?" keluh Hyunsuk.

Para perempuan berpelukan satu sama lain. Berharap tak ada yang terjadi.

"Tuan Holland berkata agar kalian terus diam disini. Jangan pernah keluar!" Ah, ternyata seorang pengawal.

Tapi kenapa tiba-tiba ada perintah seperti itu? Apa yang terjadi?

Jiwa penyelamatan Jaden mulai bangkit. Ia pergi mengintip untuk melihat sesuatu, yang ia dapatkan adalah Holland yang sedang melindungi dirinya menggunakan pedang.

Siapa orang itu?

"Siapa itu, Kak?"

Jaden kaget dibuatnya. "Yoshi!" tegurnya.

Yoshi tak memedulikan ucapan Jaden. Ia terus menatap Holland yang sedang melawan seseorang. Pamannya itu terlihat kelelahan. Dapat dilihat dari bajunya yang kotor, rambutnya berantakan—mirip gelandangan.

"Paman kenapa?"

"Kakak juga gak tahu."

Jaden menghempas tangannya sekuat tenaga dan keluar benda berharga yang sudah lama tak dipakainya. Matanya menangkap seseorang berlari sambil mengangkat pedangnya tinggi-tinggi.

Jaden merubahnya menjadi panah dan menembak orang itu.

Bagaimana bisa ada orang-orang jahat masuk ke dunia ini? Apa yang terjadi?

"Jaden, perlu bantuan kami?" tanya robot yang lain, mereka bertanya secara bersamaan.

Jaden menoleh dan menggeleng, "Lindungi majikan kalian. Aku titip Yoshi."

Jaden melangkahkan kakinya keluar dan membantu Holland mengalahkan musuh-musuhnya. "Apa yang terjadi, Tuan?" tanya Jaden.

"Penyusup. Seseorang mengetahui mantra masuk ke dunia ini dan membawa pasukannya masuk ke sini." jawab Holland. Ia berkali-kali mengatur nafasnya tapi selalu gagal karena banyak orang yang datang mencoba membunuhnya.

Tiba-tiba Jaden teringat sesuatu.

Hari dimana Noah mati karena tertusuk anak buah Yujin. Robot itu menggeleng dan melawan mereka sekuat tenaga.

Dirasa waktu sedikit senggang, Jaden berucap, "Tuan. Cepat gunakan pelindung mantra."

Holland mengangguk. "Tapi sebelum itu, seduh bunga-bunga ini secara bersamaan. Airnya berikan pada Arata dan Noah."

"Arata?"

"Kakek."

Holland memberikan tasnya pada Jaden. Robot tersebut menerimanya dan mengangguk, ia berlari ke arah ruang makan. "Siapapun, tolong rebus bunga-bunga ini. Airnya nanti berikan pada Kakek dan Noah!"

"Kenapa tak kau rebus saja sendiri?"

Suara itu membuat Noah langsung melayangkan tatapan tajamnya. Yang bertanya adalah Inhong. Lelaki itu tertawa garing, "Oke oke sini biarku rebus bunga-bunga ini."

Saat Inhong membuka tasnya, matanya membelalak. Bunga-bunga nya cantik sekali, sayang untuk direbus. Kan ada baiknya dipajang gitu di ruangan sebagai hiasan.

"Kenapa melamun? Cepat!"

"Baik, Kapten!" Inhong langsung berlari ke dapur untuk merebus bunga-bunga itu.

Alasan Jaden tak merebusnya sendiri karena ia tak tahu cara merebus bagaimana. Bukan hanya dia saja, robot lain pun tak tahu.

Jaden menoleh ke arah lain, melihat seberapa banyak musuh Tuan Holland berdatangan. Matanya membola kala melihat mereka berlari kemari. "Sembunyi! Sembunyi!" ucap Jaden.

Beberapa detik kemudian, orang-orang itu datang dan mengangkat pedangnya. Tapi terhenti.

Sebelas Robot PelindungWhere stories live. Discover now