Part 26

101K 3.1K 385
                                    

Sejak ia berkata seperti tadi, Gio melepaskan pelukannya dan membiarkan ia pergi. Dan disinilah Cia sekarang, dirumah orang tuanga  Cia mengetuk pintu rumah orang tuanya. Ia membawa dua koper ditangannya.

Ceklek.

"Cia kamu kenapa?" Tanya Arka yang kaget melihat mata sembab Cia. Matanya juga melihat tangan Cia yang memegang dua koper ditangannya. Cia melepaskan koper itu, lalu memeluk Arka. Tangisannya pecah didalam pelukan hangat abangnya itu.

"Apa yang terjadi Cia?"

"Gio.. Gio... Dia selingkuh"

Rahang Arka mengeras. Ia sudah memberi peringatan pada pria itu untuk menceraikan adiknya segera dan jangan sampai adiknya mengetahui perselingkuhan itu. Tapi lelaki itu tidak mengindahkan peringatannya. Arka melepas pelulakan Cia.

"ANJING! HARUS GUE BERI PELAJARAN TU COWO BAJINGAN"

"Jangan bang jangan"

Cia kembali memeluk Arka meredam emosinya. Ia tidak mau Arka mencelakai Gio.

"Tapi dia udah selingkuhi kamu"

"SIAPA YANG SELINGKUH?" tanya pak Heru yang tiba-tiba muncul diikuti bu Desi. Cia melepaskan pelukan Arka menundukkan kepalanya enggan menatap wajah papanya. Ia lebih tidak sanggup lagi melihat orang tuanya sedih dan kecewa dengan pernikahannya yang gagal.

"Apa Gio selingkuh, nak?" Tanya bu Desi. Cia tidak menjawab. Namun tangisnya kembali pecah. Ternyata ia tidak bisa menahan tangisannya. Pak Heru mendekati Cia, menyentuh bahu anaknya.

"Apa benar , Gio selingkuh?"

Pak Heru mengangkat wajah Cia, menatap mata Cia yang terus mengeluarkan air mata membasahi pipinya. Pak Heru mengepalkan tangannya.

"Kurang ajar!. Biar papa kasih pelajaran dia udah berani mainin anak papa"

"Jangan pa. Udah cukup. Aku cuma butuh papa, mama dan bang Arka sekarang. Aku...aku rapuh"

Pak Heru memeluk putrinya erat. Ia mengusap lembut rambut anaknya. Bu Desi juga mendekati Cia lalu memeluk Cia. Pak Heru meneteskan airmatanya, ia sangat kesal pada dirinya sendiri. Ia merasa karena dirinya yang menjodohkan mereka, membuat anaknya terluka parah seperti ini.

Begitupun bu Desi. Tangisnya kini pecah melihat kondisi anaknya yang diselingkuhi oleh pria yang sudah ia percayai menjaga putrinya. Arka memeluk Bu Desi menenangkan mamanya itu yang tangisnya kini telah pecah.

Setelah itu, pak Heru dan bu Desi mengantarkan Cia menuju kamarnya. Menenangkan anaknya dan menyuruhnya tidur. Setidaknya Cia melupakan sakitnya walaupun hanya didalam mimpi.

"Maafkan aku yang udah buat kalian kecewa. Maafkan aku yang harus kembali lagi kerumah ini.. Aku.... "

"Kamu putri kami. Pintu selalu terbuka untukmu, sayang"
***

Cia tertidur dikamarnya setelah lelah menangis sedari tadi. Pak Heru menyelimuti putrinya itu. Mencium kening putrinya dengan penuh kasih sayang. Kemudia berdiri merangkul bu Desi yang menangis sedari tadi membawanya keruang keluarga membiarkan Cia tertidur pulas.

"Ma, pa. Izinkan aku memberi pelajaran pada Gio"ucap Arka menggebu-gebu saat melihat pak Heru dan bu Desi yang kini berada di ruang keluarga.

"Papa juga maunya gitu ka. Tapi kamu lihat Cia? Dia melarang kita"

"Lelaki biadab udah jahatin Cia pa!"

"Cuma itu yang bisa kita lakuin. Setidaknya tidak membuat Cia lebih terluka"

"Tapi pa..."

"Biar papa yang menghubungi Rudi. Biar dia yang memberi pelajaran pada anaknya. Kamu tenangin mama mu ya"

Arka mengangguk, kemudian menghampiri bu Desi. Arka memeluk mamanya memberikan kekuatan, walaupun hatinya sendiri tercabik-cabik melihat adiknya disakiti.

Pak Heru menelpon pak Rudi untuk memberitahu semuanya.
***

"Maaaaaaa" Panggil pak Rudi pada istrinya, bu Rani.

"Kenapa pa?"

"Cepat siap-siap. Kita ke apartement Gio sekarang!"

"Kenapa pa? Apa yang terjadi?"

"Anak itu sudah menghina nama baik keluarga kita. Cepat bersiap. Aku tunggu dimobil"

Bu Rani bergegas bersiap, walaupun hatinya dalam keadaan bingung. Ntah apa yang diperbuat anak lelakinya hingga sang suami begitu marah besar. Tidak butuh waktu lama, bu Rani telah siap.

Bu Rani masuk kedalam mobil. Ia memandang suaminya yang sangat marah.

"Pa, kenapa sih?"

Pak Rudi menarik nafas berat, kemudian menceritakan semuanya pada bu Rani. Bu Rani menutup mulutnya tidak menyangka dengan apa yang dilakukan putranya itu.

"Kasian Cia. Anak baik itu harus tersakiti karena perbuatan anak kita"

Tangis bu Rani pecah didalam mobil. Tidak terasa mobil mereka telah sampai didepan Apartemen Gio. Mereka menaiki lift menuju kamar apartment, lalu mengetuknya.

Ceklekk.

Gio membuka pintu apartementnya dengan keadaan yang sudah awut-awutan. Pak Rudi mendorong anaknya masuk kedalam.

PLAKK.

Satu tamparan keras mendarat dipipi Gio membuat sudut bibirnya sedikit berdarah. Bu Rani menutup pintu apartement.

"APA YANG UDAH KAMU LAKUKAN GIO?!!! DASAR ANAK GAK TAU DIRI!. BIKIN MALU KELUARGA!. ANAK GAK TAU UNTUNG! ANAK BIADAB KAMU. BANGSAT!!"

PLAKK.

Pak Rudi kembali menampar pipi Gio.  Tidak ada rasa kasihan dimatanya menatap anaknya yang sudah berpenampilan awut-awutan. Pak Rudi mendekati Gio, menarik bajunya.

"MAU DITARUH DIMANA MUKA INI DIHADAPAN KELUARGA MEREKA HAH? KENAPA KAMU BUAT INI KE KELUARGA KITA? KENAPA?"

Pak Rudi mendorong Gio menjauh darinya. Gio menundukkan kepalanya, semua ini memang salahnya. Ia harus menerima apapun yang dilakukan pada dirinya.

"AKU MALU PUNYA ANAK BERKELAKUAN SEPERTI ITU. APA YANG AKU GAK BERIKAN SELAMA INI UNTUK KAMU HAH? ANAK GAK TAU DIUNTUNG EMANG KAMU" Bentak pak Rudi sambil menunjuk wajah Gio. Kemudian pak Rudi berbalik kebelakang menghampiri bu Desi yang menangis sedari tadi.

"Ayo ma kita pulang, aku sudah muak melihat wajah anak ini. Anak yang sudah mencoreng nama baik keluarga"

Pak Rudi berjalan keluar apartement. Gio mengangkat kepalanya, menatap mata bu Desi yang sembab dan dipenuhi rasa kecewa.

"Ma... "

"Gak usah dekat-dekat. Mama kecewa sama kamu"

Ucap bu Rani lirih. Air matanya kembali berjatuhan dipipinya yang sudah mulai mengendur karena umur.

"Mama wanita. Cia juga wanita. Cia wanita yang baik dan kamu, kamu sudah membuatnya sakit hati. Mama kecewa sama kamu Gio. Mama merasa bodoh. Mama gagal mendidik kamu. Kamu tidak bisa menghargai wanita. Kamu... Kamu terlalu hina. Mama kecewa. Mama merasa gagal menjadi orang tua buat kamu. Mungkin bukan kamu yang salah, tapi mama yang tidak bisa mendidik anak"

Bu Rani keluar mengikuti langkah suaminya yang menunggunya diluar kamar apartemen. Lalu berjalan menjauh dari aapartemen Gio.

"Arrghhhhhh"

Gio menjambak rambutnya kasar. Ia menjatuhkan barang-barang yang ada diatas meja hingga berserakan dilantai. Keadaan apartementnya sudah seperti kapal pecah, tidak jauh dengan keadaan Gio sekarang.

Matanya sembab dan pipinya memerah serta sedikit noda darah disudut bibirnya. Gio menjambak rambutnya kuat pertanda frustasi lalu ia terduduk lemas dilantai sambil menekuk lututnya.

"Cia maafin aku. Cia jangan tinggalin aku. Aku... Aku nyesal Cia" Lirih Gio.

Matanya melihat sebuah bingkai foto kecil yang sudah pecah kacanya dilantai tidak jauh dari ia duduk. Ia merangkak kearah bingkai foto itu, lalu mengambil fotonya. Gio menatap foto itu, foto pernikahannya bersama Cia.

"Cia apa yang harus aku lakuin untuk menyelamatkan pernikahan kita?"

*bersambung

JODOH GUE LO!!! Where stories live. Discover now