7. Sharing

29.1K 2.4K 202
                                    

Hi Dear, kanar update kembali❤️❤️❤️

Untuk readers ku, di mohon untuk menyumbangkan vote dan komen.

1k vote ❤️❤️❤️❤️
1k komen ❤️❤️❤️

"Yang aku mau, aku selamanya jadi favorit kamu."

Mutia Shavika.

"Kamu haus sayang?" Mutia bertanya setelah lumayan lama menggendong baby El

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kamu haus sayang?" Mutia bertanya setelah lumayan lama menggendong baby El. Jujur saja, latihan menggendong saja sampai berjam jam karena takut. Katanya, dia takut baby El terluka karena terlalu masih lemah tubuhnya. Mutia takut menyentuhnya terlalu kuat.

Setelah mama Elena meyakinkan, ia pun berusaha meyakinkan diri untuk berani menggendong sendiri, itupun Mutia sangat hati hati.

Mutia mengambil dot di sampingnya kemudian dengan pelan pelan ia menyodorkan ke anaknya. "Good boy," betapa senangnya Mutia saat anaknya terlihat begitu nyaman.

"YANG AMBILIN CELANA," sebuah teriakan dari dalam kamar mandi, siapa lagi kalau bukan si tukang tantrum, mas Heaven Higher. Kebiasaan yang sulit sekali dirubah dari setelah nikah adalah Heaven bergantung penuh dengan Mutia.

"Dengar papa kamu tuh Nak," Mutia mengadu pada sang anak dengan kepala geleng geleng sebelum akhirnya mendesah, tapi melihat baby El kesalnya seketika hilang. Ia pun langsung mengecup lembut kening sang anak saking gemasnya.

Baby El malah terlihat senang, kakinya menendang nendang ke udara. "Jangan kayak papa ya anakku," bisiknya seraya mengulum senyum.

"Gue nggak pakek celana ini, yang," cowok dengan handuk yang membalut setengah badannya cemberut berjalan kearahnya, terlihat tubuhnya yang sangat atletis dan kekar. Bahunya bidang dan lebar.

"Udah aku siapin di meja, kak. Kamu nggak lihat aku lagi gendong baby kita, hm?" Sahut Mutia penuh kelembutan, tangannya terus menepuk nepuk pelan agar anaknya tertidur.

"Biasanya juga ditungguin sampe gue kelar mandi," Heaven berjalan menuju meja lalu diambilnya celana itu  dengan kasar. "Lain kali gue ga mau,"

"Awas ya lu kalo ngerebut bini gue," tangannya mengacung pada baby El. Baru beberapa hari, Mutia sudah sangat berbeda, kadang kalau lagi waras cowok itu tidak masalah. Tapi saat tantrum begini, rasa irinya langsung naik.

"Aneh banget, iri dengki kok sama produknya sendiri," sinis Mutia, ia hampir tertawa melihat suaminya yang berbadan kekar, jago tinju malah manjanya setengah mati pada sang istri.

Nah kan manjanya kambuh lagi, bapak bapak loh ini. Sudah jadi bapak loh, kok malah makin jadi sih.

"Dari pagi ketemu malam, gue ngga di perhatiin. Gue kan juga suami Lo yang," Heaven mengenakan celana sambil ngedumel. Padahal 24/7 Mutia sudah kasih yang Heaven mau. Peluk cium, bikin susu. Kok bisa bisanya masih merasa pilih kasih.

HEAVEN IIWhere stories live. Discover now