bab 38

9.2K 737 38
                                    

“Percepat jalanmu, dasar pemalas sekali.”

Jungkook sedikit meringis kesakitan kala terasa panas dan perih secara bersamaan ketika cambukan kecil dilayangkan kembali ke punggungnya. Sedari tadi, perutnya sudah sangat kram karena belum makan semenjak siang. Ia tidak tahu pasti dimana ia berada.

Ia hanya cepat berharap bahwa Taehyung dan lainnya segera datang menjemputnya. Ya, semoga...

Pintu yang terbuat dari besi terbuka lebar, para anak buah mendorong tubuh rapuh Jungkook untuk segera masuk. “aw!” Jungkook memegang perutnya kembali, sakit! sangat sakit.

Ia terisak kecil, tak mengerti harus melakukan apa. Tidak ada jendela ataupun celah sedikitpun untuk bisa melarikan diri. Dan Jungkook benci kala ia tidak bisa melakukan apa-apa hanya sebatas menunggu pertolongan.

“Oh! astaga.. nak apa kamu baik-baik saja? tunggu! Kamu mengandung..?”

Isakan Jungkook terhenti, ia menyipitkan kedua matanya berusaha mencari keberadaan seseorang yang baru saja bertanya kepadanya. Ruangan tersebut sangat gelap sekali, ia tak dapat melihat apapun disini.

“ah! tunggu sebentar... aku akan menyalakan lilin nya dulu..” ucapnya.

Setelah beberapa menit kemudian, pria itu kembali dengan sebuah lilin yang tersisa sedikit. “Omong-omong berapa usia kandunganmu, nak? perutmu sudah sangat membesar..” dengan reflek Jungkook mengelus perut nya sendiri sambil tersenyum lebar. “hampir memasuki bulan ke tujuh..”

Dengan pencahayaan yang sangat minim, Jungkook berusaha agar dapat melihat wajah lawan bicaranya dengan jelas. Namun, rasa pening dan perut yang keroncongan itu kembali melanda. “L..lap..ar..”

“Astaga! Kamu belum makan? yaampun tega sekali mereka pada pria muda yang bahkan sudah mengandung tua. Tunggu sebentar, aku akan mengambil roti gandumku.”

“Maaf ya nak, hanya sisa sedikit harena tadi siang mereka hanya memberikan dua roti untukku dan suamiku.” Jungkook mengangguk lemah, mengambil roti pemberian pria baik di hadapannya lalu memakan dengan sedikit rakus. “Terima kasih... anda sangat baik.. apakah anda sudah lama disekap disini?”

tampak sekilas, senyum miris dengan tertawa yang dipaksakan itu muncul. “ya, hampir 20 tahun kami disini. Disiksa dan diberi makan sesuka hati mereka. Tapi kami tak peduli dengan itu semua, kami lebih sakit hati tidak tahu bagaimana nasib anak kami..” Jungkook hanya mengangguk mengiyakan, sembari mengusap lembut tangan pria dihadapannya seolah-olah memberikan kekuatan dan ketabahan.

“Aku berjanji tuan kita nanti akan keluar dari sini bersama-sama. Aku percaya kok Taehyungie bakal cepat kesini...”

Jungkook berdoa dalam hati, semoga Taehyung benar-benar segera menyusul nya kemari. Atau mungkin saat jatuh dari pesawat itu ia mengalami luka yang sangat parah?
Jungkook menggeleng kan kepalanya pelan tak mau terlalu berfikir negatif.

“Taehyung? apakah dia nama suamimu?”

Jungkook memiringkan kepalanya ke kanan, “eum– calon mungkin?”
hening melanda keduanya sebelum akhirnya orang- yang belum Jungkook ketahui namanya kembali berkata “nama itu sama persis dengan calon yang akan kujodohkan dengan anakku.. apakah calon suamimu bermarga Kim..?” tanya nya dengan nada ragu.

“iya tuan, Kim Taehyung anak dari eomma Baekhyun dan appa Daehyun...”

Cahaya dari lilin pun menghilang di depan mata, kembali dengan hawa gelap yang melingkupi ruangan tersebut.

“...kamu kenal mereka? Ah- bukan kan kamu habis calon menantu mereka.. jadi bagaimana kabar mereka?” tatapan sendu yang sempat Jungkook lihat tergantikan dengan mata berbinar-binar menunggu dengan harapan jawaban Jungkook.

My Baby Boy [Taekook/Vkook]Where stories live. Discover now