Bulan kedua belas

42 9 3
                                    

Warning⚠🔞

🎶Perfectly Wrong - Shawn Mendes🎶

Me and you, we were made to break
I know the truth, but it's much too late

You're perfectly wrong for me
And that's why it's so hard to leave
Yeah, you're perfectly wrong for me
You're perfectly wrong for me
All the stars in the sky could see
Why you're perfectly wrong for me

Oh, you know how much it hurts
Every time you say you hate me
But when we're makin' love, you make it worth it
Can't believe the places that you take me

Gawai Sabia bergetar ribut di atas meja, terpampang satu nama yang sudah dua bulan terakhir tak pernah ia jumpai atau bahkan dengan kabarnya. Ragu Sabia menjadi penghunj tertinggi di hatinya. Ragunya membuat Sabia enggan menerima panggilan telfon itu meski sudah tiga kali ia mengabaikannya hari ini.

Sabia punya banyak alasan untuk tak menerima panggilan telfon yang dibuat Haikal, ia sudah terlanjur berjanji untuk tak lagi hadir dalam lingkar hidup mantan kekasihnya itu, dan Sabia yakin Haikal sudah tau tentang keputusan yang ia ambil.

Tapi sekarang kenapa Haikal harus kembali mengusiknya?

Sabia tak bisa menemukan jawab atas tanyanya. Ia pun seolah enggan mencari jawab itu karena satu-satunya cara untuk mendapatkannya hanya menerima panggilan telfon Haikal. Tidak. Sabia tidak bisa kembali merobohkan dinding pertahanannya. Apalagi kalau sekarang posisinya sedang berada diantara puluhan rekan kerjanya yang sibuk berbagi rasa bangga dan bahagia karena satu pekerjaan mereka rampung diselesaikan.

Tidak, waktunya sedang tidak tepat dan tidak akan pernah tepat. Sabia tidak mau Haikal kembali memgabil cela untuk menyusup masuk dan menghancurkan pertahanannya.

Tapi Tuhan selalu punya cara untuk membuat hidup Sabia selalu berada pada dua pilihan sulit.

"Kenapa nggak diangkat?" tanya Juan yang sepertinya sadar kemana sejak tadi atensi Sabia teralihkan.

"Nggak apa-apa" bohong Sabia cepat sambil mencoba memberikan senyum canggung yang tentu saja jelas bisa dibaca seseorang yang sejak beberapa bulan terakhir menjadi prajurit garda depan yang membantu Sabia menjaga dinding pertahannya.

"Diangkat aja siapa tau penting" bujuk Juan lembut mengusir segala bentuk ragu yang tadi melingkupi Sabia. Aneh. Kenapa disaat seperti ini harus Juan yang mendorong Sabia untuk merobohkan dinding pertahanannya? Sabia masih tidak habis pikir, tapi pilihan yang selanjutnya ia lakukan adalah menerima panggilan telfon kelima Haikal sambil menjauh dari meja makan restoran yang ia tempati bersama rekan-rekan kerjanya yang lain.

Sabia pikir yang selanjutnya akan ia dengan adalah suara ragu Haikal yang menyapanya, atau setidaknya keheningan beberapa detik sebelum Sabia yang memutuskan untuk bersuara sama seperti bulan-bulan sebelumnya ketima rindu dijadikan alasan oleh Haikal untuk ia mendengar nada suara Sabia. Tapi kali ini tidak, belum sempat mengeluarkan sapaan, telinga Sabia sudah disambut rancauan Haikal dari ujung sana. Mendengar nada suara dan ucapan melantur dari Haikal membuat kening Sabia berkerut sambil mencoba memahami keadaan.

Suara rancau itu berganti dengan tangis memilukan ketika akhirnya Sabia memilih untuk bersuara. Kepanikan tentu memggerus hati Sabia, apalagi ketika semua kata yang memasuki telinganya dilantunkan Haikal dengan kesedihan yang amat ketara.

Hingga akhirnya dinding pertahanan Sabia sepenuhnya runtuh ketika pinta kehadirannya disuarakan Haikal dengan tercekat. Langkah Sabia menuntunnya pergi menyusul keberadaan Haikal setelah menyuarakan kebohong untuk kepulangannya yang lebih awal dari rekan kerjanya yang lain. Maaf tentu dirapalkan Sabia dalam hati, terlebih ketika Juan menanyakan alasannya yang sesungguhnya yang masih harus dibalas Sabia dengan kebohongan-kebohongan yang lain.

ERSTWHILEWhere stories live. Discover now