Bagian 1 > Kematianmu Membahagiakan

7.5K 904 5
                                    

Ruangan ini sangat mencekam. Hening dengan suara derap kaki di kejauhan. Di salah satu sel, pria berambut pirang terkunci di sana.

"Tak ku sangka kau gagal," ucap seseorang di balik kegelapan.

Pria dalam sel menoleh, mendecih akan kedatangan Putra Mahkota. Ekspresi itu sungguh memuakkan.

"Untuk apa kau datang ke sini, Yang Mulia."

Putra Mahkota tersenyum culas, "Menemuimu. Sudah pasti."

"Seharusnya kau lebih berusaha. Diane layak untuk mati. Tapi kau? Gagal?!! Sungguh sesuai dengan gelarmu saat ini, sampah."

Pria itu-Nares mengepalkan jarinya kuat. Memberontak, meskipun tubuhnya akan sakit tergores rantai besi.

"Gara-gara KAU!! SEMUA KARENA KELUARGAMU YANG BUSUK ITU, PUTRA MAHKOTA!!!!," Nares berteriak marah.

"Hahaha... Ku rasa, semua karena kebodohanmu, saudaraku"

Putra Mahkota mendekatkan wajahnya dalam sel, "Tenang saja, setelah ini kau akan bebas"

Berbisik pelan dalam keheningan, "dan... Mati".

Nares dipenuhi emosi. Memberontak hingga tubuhnya terjatuh dari kursi hukuman dengan debum keras. Sedangkan Putra Mahkota tersenyum miring dan melangkah pergi. Hilang diantara gelapnya sel tahanan.

***

"Bunuh dia!!! Bunuh!!!"

"Penghianat layak mati!! Hukum mati!!!"

"Hidup Yang Mulia!! Bunuh penghianat itu!!!"

Sorakan rakyat memenuhi aula hukuman penggal. Teriakan semakin nyaring saat terlihat Nares yang digiring masuk oleh dua penjaga. Sedangkan Putra Mahkota, tersenyum puas di balik singgasananya.

Sungguh mudah, membunuh dua burung dengan satu umpan.

Di sebelah Putra Mahkota, sang Raja mengamati keadaan. Putranya, Nares akan dihukum mati hari ini. Sebagai pemimpin, dirinya harus adil. Meskipun itu anaknya, hukuman tetaplah hukuman.

Nares didudukkan paksa. Posisinya sungguh menyedihkan di bawah tiang yang siap memenggal kepalanya.

"Mohon maaf Yang Mulia Raja. Izinkan hamba untuk memenggal kepala Pangeran ke-2. Hamba ingin membalas perbuatannya kepada Diane."

Raja menatap Putra Mahkota sekilas, "Lakukanlah."

Sorak sorai semakin ramai. Apalagi saat Putra Mahkota turun ke depan dan mengambil alih pedang sang penjaga.

"Hukum dia Putra Mahkota!!!!"

"Bunuh penghianat itu!!"

Di tengah keramaian suasana, Putra Mahkota memeluk Nares. Berbisik pelan, "Inilah saatnya untukmu.. Mati"

Kemudian, dalam sekali tebas, alat itu bergerak cepat dan kepala Nares pun terlepas. Sorak sorai semakin meriah.

"Hidup Yang Mulia Putra Mahkota!!!"

"Hidup!!"

"Hidup Yang Mulia Raja!!"

"Hidup!!"

Begitulah akhir hidup pangeran ke-2, Nares Pradinata yang dikenal sebagai sampah penghianat kerajaan.

TBC

Akhirnya bisa update lagi...
Terimakasih yang sudah baca dan voment
See you next update
Cyaaa

Siskanaek

Dijebak ProtagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang