Bagian 15 - Best Thing

13.2K 1.2K 118
                                    

Semua berjalan seperti biasa. Seolah tidak terjadi hal besar di antara mereka. Banyak yang berubah dari keluarga yang dulunya hangat kini terasa sangat dingin. Percakapan yang biasa mereka lontarkan seakan hilang. Pertanyaan basa-basi yang biasanya menemani sela-sela kegiatan mereka seolah tidak berguna sama sekali.

"Sampai kapan kalian seperti ini? Saling mengedepankan ego kalian masing-masing?! Saling menyakiti satu sama lain?!"

Kyungsoo membanting sumpit yang tadinya digunakan untuk makan malam bersama. Ia benci suasana seperti ini. Membuatnya merasa bersalah sekaligus benci dalam satu ruangan dengan seseorang yang menguarkan feromon ketidaksenangan.

Omega kecil itu menunduk karena ucapan ibunya. Rasanya ia merasa bersalah telah mendiami ayahnya dalam jangka waktu seminggu lamanya. Namun, Haechan juga menuntut haknya. Menuntut kebahagiannya sendiri.

Satu-satunya Alpha dalam ruangan itu menghela nafas. Menatap dua orang yang berbeda ekspresi. Istrinya yang menatapnya datar namun menusuk. Jongin menoleh kearah anaknya yang menunduk enggan menatapnya.

"Aku tau yang terbaik untuk anakku, Kyungsoo. Aku harap kau menghormati keputusanku dan menghormatiku selayaknya suamimu."

Kim Haechan mendongak, banyak yang berubah dari Omega kecil itu. Tubuhnya kurus karena kurangnya asupan. Kepribadian yang menjadi pendiam dan tidak akan keluar dari kamarnya selain untuk Homeschooling.

"Appa, keputusan yang tepat adalah melihatku dan Alphaku mati nantinya. Aku sangat menghormati Appa dan akan aku lakukan kemauan Appa."

Satu titik air mata Haechan menetes disusul air mata lainnya yang kini membanjiri pipinya. Hatinya sakit setiap mendengar sang ayah berujar ini itu tentang Alphanya. Haechan tidak mampu lagi mendengar sesuatu yang buruk tentang Minhyung-nya. Haechan tau, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau hampir setiap hari Minhyung datang kerumahnya. Namun, selalu berakhir kembali pulang karena penjaga rumahnya semakin diperketat oleh sang ayah.

"Haechan selesai. Terimakasih makannya, Umma."

Haechan berjalan pelan menuju kamarnya. Kegiatan sehari-harinya selain Homeschooling hanyalah menangis. Menangisi ego tinggi sang ayah yang tidak mereda. Padahal, Haechan juga sama terlukanya. Ia kehilangan anak, kehilangan sosok Alphanya. Apa lagi yang kurang?

"Jaga ucapanmu, Kim Haechan! Appa hanya—

—ingin yang terbaik untuk Haechan. Dan yang terbaik adalah mati."

Haechan menyela ucapan ayahnya yang sudah dihafal luar kepala olehnya. Rasanya benar-benar muak. Hidup yang dikelilingi oleh keegoisan sang kepala keluarga.

"KIM HAECHAN PERHATIKAN UCAPANMU!"

Haechan menangis mendengar nada keras itu. Namun, ia sudah biasa mendengarnya. Lebih baik mengurung diri di dalam kamar daripada harus tau fakta menyakitkan kalau di depan rumahnya ada sosok Alpha yang sedang menunggu celah-celah untuk bertemu dengannya. Ini sudah berjalan sebulan lamanya dan Jongin sama sekali tidak luluh dengan keputusannya sendiri.

***

Mark berjalan cepat karena mendengar berita yang sangat buruk untuknya. Omeganya jatuh sakit karena dehidrasi dan kekurangan asupan gizi. Ini adalah kali pertama Mark mendapatkan izin untuk melihat Omeganya setelah sekian lama.

"Omegaku..."

Mark rasanya ingin menangis ketika tubuh yang dulunya berisi itu terlihat kurus dengan pipi gembil yang digantikan dengan pipi tirus milik Omeganya. Ini menyakitkan untuknya. Omeganya tidak baik-baik saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You're My Alpha!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang