Maybe We Need A Break

690 30 1
                                    

BGM : slchld - maybe we need a break

.

.

Musim panas hampir berakhir. Beberapa daun mulai menunjukkan keinginannya untuk jatuh mengikuti gaya tarik bumi. Cuaca yang kala terik dan lembab mulai mengering dengan pohon-pohon coklat di kiri kanan jalan. Cuaca yang tepat untuk bertamasya dan menggenggam erat tangan orang yang terkasih sambil bercengkrama di taman. Orang-orang melakukan itu semua pada pasangannya. Saling menciumi pucuk tangan kekasih dan pasangannya tersipu saat menerima kecupan itu.

Mereka saling memberi satu sama lain. Perasaan yang terbuka dan keinginan untuk bersatu. Tapi perasaan itu tidak lah sama bagi seorang pria yang kini tengah berlutut dan mengeratkan kedua tangannya. Ia berlutut di tengah panti umat gereja. Kakinya bertumpu dan wajahnya menengadah. Matanya tenang tapi raut kesedihan hadir di kedua irisnya. Ia berdoa.

"Tuhan, aku tau aku egois karena aku menginginkan kebahagian yang tiada akhir. Tapi salahkah aku meminta kebahagiaan untuk kami berdua walau itu sulit? Aku akan lebih berusaha, aku benar-benar mencintainya. Tapi apakah aku harus kembali pada kenyataan, bahwa kami tidak bisa bersama?"

Pray
Two hands tight together, I'll wait
Until the day you come back to me

Pria itu menunduk saat air matanya mulai terjatuh. Pelupuknya nyeri karena tangis yang tertahan. Ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Tuhannya, padahal dia hanya manusia yang sangat lemah. Ia berusaha tegar, walau melewati banyak rintangan kehidupan bahkan percintaannya.

Ia bangkit dan mengusap cairan bening yang mengalir melalui pipinya. Ia menarik napas memenuhi semua rongga parunya untuk mengambil udara cuma-cuma dari sang kuasa. Lalu menghembuskannya dengan pelan melalui mulutnya yang sedikit bergetar karena tangisan.

Laki-laki itu melangkahkan kakinya. Keluar dari tempat menenangkan itu setelah meyakinkan diriya untuk tidak menangis lagi. Tapi hatinya kembali sakit saat harus menapaki halaman gereja. Disana bertaburan dedaunan yang mulai runtuh pada pertahanannya. Benaknya kembali teriris kala membayangkan momen-momen kebersamaannya dengan sang mantan kekasih.

Tepat pada saat itu, dimana awal musim gugur menjadi kisah bisu percintaan mereka. Menyenangkan sekaligus menyedihkan. Semua yang ingin ia awali tapi berakhir begitu saja. Hanya karena sepasang ego yang mereka miliki di kepala mereka. Tanpa perasaan dan tanpa pembicaraan.

***

When the leaves fall down, what should we do now?
And I tried to stay by morning if you aren't done

Mingyu, lelaki jangkung dengan kulit bersih namun eksotis. Kakinya melangkah membawa sebuah tas kecil berwarna coklat pastel. Ia mengulum senyum dan matanya memutar ke segala arah, gugup. Ia sesaat berhenti dan kakinya berjengit seakan menggambarkan suasana hatinya yang riang dan gembira. Anniversary ketiga dirinya dengan sang kekasih, tepat di musim gugur ketiga mereka.

"Mingyu." Ia menoleh lalu tersenyum lebar pada sang kekasih yang baru datang. Tubuhnya berbalik untuk berhadapan dengan pria yang lebih rendah darinya. Kekasihnya mendongak lalu tersenyum tipis nan manis, senyuman yang selama ini ia puja.

"Selamat pagi. Bagaimana kemarin?" sapanya di pagi cerah itu.

"Menyenangkan."

"Mau berjalan-jalan sebentar?"

Kekasihnya mengangguk. Mingyu mundur selangkah untuk mempersilahkan sang kekasih berjalan mendahuluinya. Dengan cepat ia mengambil satu langkah besar untuk mensejajarkan tapak kaki mereka yang mulai berjalan. Sesekali ia melirik sang kekasih yang memiliki wajah tenang dan damai. Wajah putih yang tersapu angin musim gugur.

LIVING WITH MEANIE | ONESHOT STORIESWhere stories live. Discover now