Kilas Balik Permulaan Kekacauan

160 28 4
                                    

Dua anak mahasiswa di dalam kamar tersebut, mempertahankan posisi mereka yang duduk berhadap-hadapan, yang satunya, berposisi duduk di tepi ranjang dengan tanggung, dan yang satunya duduk bersila di tengah kasur. Gilang menepuk pundak sebelah kiri Fajri, bersamaan dengan itu, ia memberi tatapan yang agar anak laki-laki di hadapannya tersebut yakin untuk memberikan suatu petunjuk sebagai langkah dari penyelesaian kekacauannya.

(Kilas Balik)

Sore kala itu, cahaya dari sang raja Pagi hampir menghilang, yang ada malah justru kegelapan langit yang mungkin di beberapa saat mendatang tak mampu lagi bertahan pada rasa sakitnya, tatkala zara yang dikandung bantalan kabut yang bergerak di sana menembus pertahanan dan menjatuhkan lebih dari milyaran bulir-bulirnya dengan kencang dan membantingnya begitu saja pada semua hati yang masih hidup dan yang sudah mati.

Fajri berlari setengah kencang di atas trotoar yang masih menjadi bagian dari fasilitas kampus. Tetesan air hujan terasa semakin kencang mengenai kulitnya yang lain, yang tak terbalut. Ia lalu melepas jas almamaternya, menjadikan atribut itu sebagai tamengnya dari serangan hujan. Fajri juga tak mau berusaha melupakan rasa lapar di perutnya, getaran dari keroncongannya telah dirasa sejak mata kuliah terakhirnya hari itu dimulai. Saat ia melewati lorong gang untuk segera menemukan warung dengan menu makanan yang paling murah di kampus itu, namun pada akhirnya ia menemukan suatu pandangan yang membuatnya giris.

Seorang mahasiswa dengan perawakan lebih bocah dari perawakannya, muncul secara tiba-tiba dengan pergerakan lari dari salah satu perempatan kelokan gang yang tak jauh juga tak dekat darinya yang saat itu tiba-tiba berhenti berjalan. Semakin lama, ia semakin dapat melihat wajah mahasiswa yang sama sekali tak dikenalinya itu terlihat pucat dan ketakutan. Mahasiswa itu rupanya sedang dikejar-kejar oleh dua mahasiswa lain yang berban lengan biru navy, satu dari dua mahasiswa yang berban lengan tersebut berhasil meraih mahasiswa yang berusaha melarikan diri dari mereka, dan saat berhasil ditangkap, mahasiswa tadi mereka hajar habis-habisan. Diam-diam Fajri merasa geram, baginya, pekerjaan para mahasiswa anggota keamanan tidak pernah becus dan menyeleweng, tetapi selalu berani berbuat kasar dan semena-mena pada mahasiswa yang mereka anggap pelanggar. Dan juga ia merasa payah jika dirinya hanya diam sebagai penonton saja.

Fajri mengambil jalan nekatnya, ia berjalan cepat ke arah mereka yang tak jauh dari titiknya berdiri tadi. Fajri kemudian menghajar salah satu dari dua anggota keamanan itu. Anggota keamanan yang dihajar oleh Fajri semakin memperlihatkan kenaikan pitamnya, dan dari sinilah akan timbul perkelahian hebat.

Di tengah-tengah perkelahian Fajri melawan seorang anggota keamanan, mahasiswa yang tertangkap tadi mengambil kesempatan dengan menyaduk sekuat tenaga pada tulang kering kaki rekan mahasiswa keamanan tersebut yang kian sedari tadi mengunci tangannya, hingga mahasiswa keamanan yang telah disaduknya itu merintih kesakitan. Kesempatan, rupanya telah didapatkan oleh mahasiswa berperawakan mungil itu, dan ia melarikan diri dengan bebas.

Setelah mahasiswa keamanan yang satunya memegangi kakinya yang telah kesakitan, ia menatap penuh kebencian terhadap Fajri yang telah berhasil membuat rekannya jatuh ke tanah. Dari sinilah, Fajri kemudian dikeroyok oleh dua mahasiswa sekaligus yang tak lain merupakan dua anggota organisasi keamanan.

Hujan semakin enggan menahan airnya, seakan menjadi alasan dari langit yang terlihat murka dan sakit. Di atas sana, tak ditemukan keindahan apapun melainkan kegelapan dan kilat yang semakin gencar memamerkan kesengitannya, juga seperti meramalkan nasib Fajri yang berbuntut rumit dimulai sejak saat itu.

Kantor Ornanmawa FH (Fakultas Hukum)

Fajri mendapatkan lebih dari sekedar gertakan dan cekikan erat pada kerah leher bajunya setelah ia digeret masuk ke ruang organisasi keamanan fakultas hukum. Tubuhnya sudah terlalu payah, kesakitan dan membiru di beberapa titik, tak sanggup melarikan diri atau bahkan menyerang para baj*ngan yang telah di hadapkannya.

Guardian in My RoomWhere stories live. Discover now