Chapter Four

349 63 9
                                    

Magical Day

Jiang Yue Lou benar-benar melaksanakan selintas gagasan absurd itu. Dia mendekatkan bibirnya dan nyaris menyentuh bibir Yuzhi saat pesawat telepon di atas meja mendadak berdering.

Gerakan wajahnya berhenti di udara, kala itu Yuzhi pun membuka mata, dan kembali membelalak.
Yue Lou dengan sigap mengangkat tubuhnya dari sofa, memasang wajah datar seolah tidak terjadi apa-apa, meninggalkan Chen Yuzhi yang mengerjap-ngerjap dengan pandangan berkunang-kunang.

Ciuman? Apakah dia bermaksud menciumku barusan?
Apa-apaan ini? Dia bermain-bermain denganku?

Yuzhi menyentuh bibirnya masih dengan ekspresi shock. Ada perasaan aneh saat mengetahui bibirnya masih utuh dan ada perasaan yang lebih aneh lagi saat menyadari bahwa ciuman itu gagal.

Apa yang aku pikirkan? Aku bahkan belum pernah mendapatkan ciuman pertamaku. Jangan sampai seorang pemuda yang mencurinya..

Itu terdengar agak---tidak normal.

Jiang Yue Lou bicara dengan suara pelan di telepon, dua menit kemudian dia kembali menghampiri Yuzhi, dan bergumam datar.

“Maaf.”

Yuzhi mengerling tak percaya melihat sikap tenang Yue Lou setelah adegan barusan.
Yue Lou menghela nafas panjang, lalu kembali duduk di samping Yuzhi. Pemuda itu mengusap rambutnya, meneruskan bicara diselingi desahan.

“Ini tidak pernah terjadi sebelumnya.”

Yue Lou memandang Chen Yuzhi, kali ini wajahnya agak muram.

“Kita baru pertama kali bertemu,” lanjut Yue Lou. Suaranya makin dalam dan tertekan.

Chen Yuzhi kembali diserang rasa gugup. Tapi dia berusaha menutupinya, berpura-pura mengangkat alis acuh tak acuh.

“Tapi..” Yue Lou berusaha meneruskan namun terlihat ragu-ragu, bibirnya menyunggingkan senyuman lemah.

“Aku jatuh cinta pada pandangan pertama.”

Kali ini Chen Yuzhi benar-benar kena hipnotis sungguhan. Dia melebarkan mata, semakin sulit untuk berkedip, bahkan sulit bernafas. Jemarinya terjalin dan saling meremas, mencoba mengatasi kekacauan perasaan yang diakibatkan oleh pernyataan cinta yang santai dari pemuda misterius itu.

Jiang Yue Lou memandangnya dengan wajah seserius mungkin. Kali ini tatapannya lebih diliputi kesenduan daripada kekaguman.

“Jika kau tidak keberatan, bagaimana kalau kita ehm ... berkencan?”

Chen Yuzhi megap-megap. Bibirnya terbuka tanpa sadar yang justru Menarik gairah pemuda di depannya.

Tidak. Ini tidak bisa… Yuzhi memprotes dalam hati.

Bagaimana mungkin pemuda menakjubkan ini jatuh cinta padanya?

Tidak bisa, tidak mungkin..
Dia pasti tengah menjahiliku.

Dengan penuh perjuangan, akhirnya Yuzhi berhasil menurunkan pandangannya ke permukaan lantai. Pikirannya sibuk menyortir kata-kata yang tak kunjung terucapkan.

Menyadari kekacauan yang sudah ditimbulakannya. Yue Lou tertawa kecil, seraya menghela nafas, dia berkata dengan nada lebih bersahabat.

“Aku aneh, bukan?” gumamnya.

Yuzhi ingin mengatakan sesuatu yang romantis dan keren seperti di film drama. Tetapi kata-kata tersangkut di tenggorokannya. Dia hanya bisa mengucapkan tiga kata yang sederhana.

“Aku minta maaf..”

Yue Lou terkekeh, parau. Dia menutup wajah dengan satu telapak tangannya.

“Yah, aku mengerti,” dia menimpali.

𝐑𝐨𝐬𝐞 𝐨𝐟 𝐒𝐚𝐦𝐚𝐫𝐤𝐚𝐧𝐝 (𝐘𝐮𝐞𝐳𝐡𝐢) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang