Chapter Twenty One

123 31 5
                                    

🌸 Happy Reading 🌸

"Ahh.. Xiao Bai," gumam Jiang Yuelou, tersenyum hambar saat seekor kucing putih berbulu tebal menghambur ke pintu yang terbuka, berputar di antara kedua kaki panjang Jiang Yuelou.

"Apa masalahmu?" Si pria tampan mengangkat tubuh gemuk Xiao Bai, merasakan bobot tubuhnya bertambah di atas lengannya. Pupil mata kucing itu melebar di tengah iris pucat keabuan. Dalam pelukan Jiang Yuelou, kucing itu terlihat seolah-olah segumpal es krim yang meleleh saking lembutnya.

"Mungkin dia lapar," Chen Yuzhi masuk, melepas sepatu, meletakkan tas dan mulai membuka jendela.

"Hawanya terlalu pengap dan lembab," katanya kemudian.

Pemuda itu melirik Jiang Yuelou yang menggendong Xiao bai lalu duduk santai di sofa.

"Mungkin akan turun hujan, aku tidak memiliki banyak makanan. Apa kau mau teh?" Chen Yuzhi berkicau seraya melangkah menuju dapur.

Jiang Yuelou menatap Xiao bai, dan mata kucing itu menunjukkan kebingungan.

"Aku akan berjalan keluar membeli makanan. Tidak jauh," ia menyahut ucapan Chen Yuzhi.

"Aku sudah mengatakan untuk makan di luar, tapi kau mendesak ingin segera menuju rumah," suara Chen Yuzhi bergema dari arah dapur.

"Aku mengubah rencanaku," Xiao bai merangkak turun dari pelukan Jiang Yuelou, mengejar dan mencakar ekornya sendiri. Jiang Yuelou tidak menahannya, hanya menatap kosong.

"Baiklah aku ikut denganmu," Chen Yuzhi muncul dengan dua cangkir teh di tangan.

"Jangan!" Cegah Jiang Yuelou, suaranya terdengar terlalu lantang.

"Kenapa?" Chen Yuzhi menatap heran.
"Kau terlihat bingung dan kacau, mengubah-ubah gagasanmu dalam waktu singkat."

"Bukan begitu," kata Jiang Yuelou, khawatir kalau-kalau perasaan Chen Yuzhi terluka.

"Biar aku keluar sebentar, akan kubawakan sup pangsit dari kedai ujung jalan. Kau istirahat di rumah. Oke?"

Chen Yuzhi menoleh sekilas, menatap wajah Jiang Yuelou, sesaat merasakan rasa sedih yang mendalam. Tidak tahu kenapa.

"Baiklah."

Menyelinap keluar dan kembali menyusuri jalanan, Jiang Yuelou berpikir sungguh berbahaya apa yang terjadi pada orang-orang yang mengkhianati Zhan Junbai. Tak ada orang yang lebih tahu selain dirinya sendiri tentang betapa liciknya pria itu. Ada beberapa rahasia busuk yang tak sengaja pernah ia temukan beberapa tahun lalu dan itu hanya menambah daftar kesalahannya. Hatinya mengerut membayangkan kemungkinan buruk. Tetapi tidak. Dirinya tidak akan tamat semudah ini. Dia mencium takdirnya, bersama Chen Yuzhi.

Tanpa sadar, ditarik oleh inderanya, di sebuah persimpangan, dia menangkap sosok bayangan. Ada beberapa orang di jalanan, Jiang Yuelou bingung menentukan apa yang ia rasakan atau ia lihat. Jiwanya menanti dengan tegang. Mungkinkah sungguh ada seseorang mengawasinya. Dia berhenti sesaat, menoleh ke kanan kiri dan belakang, namun tak ada yang mencurigakan. Saat ia mendekati kedai pangsit dan dimsum, udara di sekitarnya semakin memadat. Kemudian seribu satu aroma sedap menyergap hidungnya tak terelakkan. Jiang Yuelou sesaat melupakan kekhawatiran, bagaimana pun rasa lapar menderu di perutnya.

Mereka makan dengan hening, sesekali saling menatap. Jiang Yuelou tersenyum tipis, membayangkan hal-hal yang tak ingin ia khayalkan.

"Yuzhi, kau pernah mengatakan tentang ingin menaiki kereta bersamaku," ujarnya sambil mencomot satu pangsit ayam cincang dengan sumpit.

Chen Yuzhi mengangguk, "Kau juga memikirkannya."

"Ya, aku melihat kanal yang tenang pada malam hari, bulan musim gugur yang semakin memucat, lalu pandangan matamu di waktu malam."

𝐑𝐨𝐬𝐞 𝐨𝐟 𝐒𝐚𝐦𝐚𝐫𝐤𝐚𝐧𝐝 (𝐘𝐮𝐞𝐳𝐡𝐢) Where stories live. Discover now