Chapter Fourteen

221 40 7
                                    

Apa maksud perkataan Chu Ran?

Apakah itu benar?

Jika Chu Ran benar, itu artinya Yuelou berbohong lagi. Tapi untuk apa?

  Chen Yuzhi berjalan lambat-lambat menuju pintu rumah yang tinggal sisa empat meter lagi. Seorang pedagang bakpao berteriak mengundangnya untuk berpaling sedikit. Matanya berkerlip melihat setumpuk roti isi daging yang masih panas dan baru, kemudian teringat olehnya bahwa Yuelou akan datang berkunjung malam ini. Dia tidak memiliki apapun di rumah dan setumpuk bakpao daging bukanlah ide buruk. Paling tidak, ada sesuatu untuk dimakan bersama teh panas.

Ketika Chen Yuzhi memutar langkah menuju pedagang bakpao, benaknya telah sepenuhnya bersih dari kebimbangan. Atau paling tidak, menyimpannya untuk hari esok. Suara dalam dirinya berteriak, mengapa penting baginya apakah Chu Ran atau orang lain percaya pada Jiang Yuelou. Keraguan itu sama sekali tidak menghasilkan apa-apa. Dia belum genap dua bulan bersama Yuelou, butuh waktu seseorang benar-benar mengenali orang lain. Apa yang dia suka, apa yang dia benci, yang membuatnya marah atau tersenyum. Menumbuhkan kecurigaan sejak dini bisa dibilang waspada tetapi ia takut pada akhirnya akan kehilangan Jiang Yuelou.

Satu kantong besar bakpao sudah berada di tangannya. Dia masuki rumahnya yang sederhana dan mengunci pintu. Xiao bai berputar di kakinya dengan ekor bergerak-gerak.

"Kau menungguku pulang?" ia berkata pada si kucing yang menjawab dengan meow pelan. Matanya berkedip lemas.

"Sepertinya kamu lapar. Ayo, aku akan cari makanan untukmu."

Chen Yuzhi menaruh tas dan kantong kertas berisi bakpao, meraup xiao bai dalam pelukannya kemudian menuju dapur. Kehangatan bulu kucing yajg tebal mengingatkannya pada Jiang Yuelou, dia kembali ke sofa di ruang tengah setelah memberi makan xiao bai, meletakkan kucing itu di atas pangkuannya dan berharap tak ada yang berubah antara dirinya, xiao bai mau pun Yuelou.

Satu jam setelah matahari tenggelam udara menjadi lebih dingin. Chen Yuzhi telah menyegarkan diri. Dia membuka jendela kamarnya di lantai dua dan menghirup dalam-dalam karbon dioksida yang dihasilkan pepohonan di sekitar rumah. Suara derak sayup dari angkasa menandakan hujan mungkin turun tidak lama lagi. Chen Yuzhi mendongak cemas dan ketika ia melihat di jalanan depan rumahnya sebuah Pontiac hitam menyala terang kemudian berhenti, ia melebarkan mata, mengetahui bahwa Jiang Yuelou telah tiba. Dan itu lebih menegangkan daripada petir mau pun hujan badai.

Ketikan Chen Yuzhi menyambut Jiang Yuelou di pintu,  semua ketegangan perlahan mereda. Si pemuda yang baru datang melepaskan jas panjangnya, meletakkannya di sofa.

"Sepertinya akan hujan," ia menoleh ke jendela kemudian pada Chen Yuzhi yang terpaku.

"Ada apa? Kau baik-baik saja?" Yuelou mendekat pada si empunya rumah, menyentuh tepi wajahnya dengan jemari.

"Pikiranmu tidak berada di sini," ia berkomentar, kemudian mencondongkan wajahnya. Sebelum hidung Jiang Yuelou menyentuh miliknya, Chen Yuzhi mundur. Dia tersenyum gugup dan berkata, "Kau akan menginap di sini kan? Bagaimana kalau aku membuatkan teh."

Terbengong di tempatnya, Jiang Yuelou hanya bisa menatap kosong pada tubuh tinggi si pemuda yang berlalu ke dapur.

"Kau sudah makan malam? Ada sepiring bakpao daging di meja dan masih panas."

Jiang Yuelou menghela nafas saat teriakan Chen Yuzhi bergema dari arah dapur.

"Aku membawa dua kantong mie pangsit di mobil," ia menyahut.

𝐑𝐨𝐬𝐞 𝐨𝐟 𝐒𝐚𝐦𝐚𝐫𝐤𝐚𝐧𝐝 (𝐘𝐮𝐞𝐳𝐡𝐢) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang