Maaf

332 36 2
                                    

Renjun mengetuk pintu ruangan itu. Kemudian dia membuka pintunya saat mendengar suara Dokter di dalam

"Dokter" panggil Renjun

"Silahkan duduk, Tuan Na" ujar Dokter itu panggil saja Taeil

"Bagaimana dengan suami saya?"

"Lukanya terlalu dalam dan kami harus menjahitnya. Tapi Tuan tidak usah khawatir karena pasien masih bisa menggunakan tangannya seperti biasa jika dia menjaganya dengan baik"

"Baiklah"

"Bisa saya tau kenapa pasien melakukan hal seperti ini?"

"Saya coba untuk membuatnya hidup sendiri tanpa saya tapi itu hanya membuatkannya menjadi seperti ini" jelas Renjun

"Baiklah saya akan memberi kan obat, tolong berikan nya pada pasien mengikuti arahan yang sudah tertulis"

"Terima kasih doktor. Saya pergi dulu"

Renjun keluar daripada ruangan itu dan terus berjalan ke arah toilet. Sampai saja di sana, Renjun terus menangis

"Apa Jaemin akan seperti ini juga jika aku pergi nanti?" Soal Renjun pada dirinya

"Tenang lah Renjun, kau tidak bisa menunjukkan sosok ini pada Jaemin" Renjun bangun dan berjalan pergi ke ruang inap Jaemin

Sampai saja di hadapan pintu, Renjun bisa mendengarkan Jaemin berteriak memanggilnya dengan Jeno yang berusaha untuk menenangkan sahabatnya

"Di mana Renjun?!" Teriak Jaemin pada Jeno

"Tadi doktor manggil dia, Jaem" ujar Jeno

"Aku di sini, Jaemin"

Jaemin terus berlari ke arah Renjun dan memeluk tubuh Renjun erat

"Kau kemana?"

"Aku berjumpa doktor sebentar"

Renjun melepaskan pelukan Jaemin dan menarik Jaemin untuk baring kembali di atas ranjang

"Ayo pulang. Aku tidak ingin di sini"

"Kau masih belom sembuh, Jaemin. Lihatlah, jahitannya sudah terbuka karena kau terlalu banyak bergerak"

"Ini tidak sakit, Renjun. Ayo pulang ku bilang"

"Jaemin" panggil Renjun perlahan

"Aku tidak ingin di sini, Renjun"

"NA JAEMIN!" Teriak Renjun membuatkan Jaemin terdiam

"Jika kau terus menerus seperti ini, aku akan pergi ya!" Ujar Renjun dengan nada bicara yang sedikit naik

"Kau akan meninggalkan ku?" Rahang Jaemin mengeras

"Tidak"

"Terus? Kenapa kau terus mengatakan hal itu?"

"Aku hanya mengatakan jika"

"Tidak akan pernah terjadi. Aku tidak akan membiarkan kau pergi"

"Oke, maaf. Jeno bisa tolong panggilkan perawat? Luka Jaemin sudah terbuka"

"Baiklah" Jeno berjalan keluar daripada ruang inap Jaemin

"Sekarang kau harus fokus untuk sembuh, Jaemin. Jika kau sudah sembuh kita bisa pulang"

Jeno masuk ke dalam ruang inap Jaemin dengan perawat. Saat perawat itu sedang menyediakan alat untuk menjahit, Jaemin memegang tangan Renjun supaya pria itu tidak pergi kemana-mana

"Aku di sini"

Perawat itu mulai menjahit semula luka Jaemin selesai saja perawat itu pergi begitu juga dengan Jeno karena dia mempunyai urusan

"Aku akan pergi membeli makanan kau tunggu di sini"

"Aku ikut"

"Tidak"

"Aku ikut"

Renjun menghela napasnya perlahan

"Baiklah begini saja aku akan menelpon kau dan harus terus bersambung sehingga lah aku kembali ok?" Ujar Renjun

"Baiklah"

"Ini di angkat" Renjun menyerahkan hp Jaemin

"Aku pergi ya" Renjun berjalan keluar dari ruang inap

"Renjun"

"Kenapa?"

"Kapan pulang"

"Ya tuhan Jaem ini baru keluar dari ruang inap kamu belum sampai mobil"

"Baiklah tapi jangan di tutup"

"Iya aduh"

Renjun memasuki mobil dan mulai menjalankan nya ke mini market. Saat sampai dia keluar dari mobil dan mencari makanan yang ingin di beli

"Renjun?"

"Kenapa? Kamu ada ingin apa-apa?"

"Tidak kau terlalu senyap"

"Terima kasih" ucap Renjun selepas membayar apa yang dia kemudian dia masuk kembali ke dalam mobil

"Renjun?"

"Kenapa Jaemin?"

"Sudah?"

"Sudah, ini lagi memandu jangan di panggil terus, Jaemin"

"Renjun"

"Jaemin, aku sudah dekat."

"Renjun"

"Kamu kenapa Jaemin?" Ucap Renjun saat memasuki ruang inap Jaemin

"Kangen" ucap Jaemin dengan muka datar nya

"Berhenti Jaemin. Jangan mengatakan itu dengan wajah datar itu"

"Maaf" ucap Jaemin tiba-tiba

"Loh kenapa minta maaf?" Soal Renjun kemudian dia berjalan mendekati Jaemin

"Tidak. Renjun, hidungmu berdarah" ujar Jaemin kaget melihat ada darah yang mengalir keluar daripada hidung Renjun

"Hah?" Renjun mengusap hidung dan melihat tangan nya yang sudah berdarah. Dia terus berlari ke toilet dan membersihkan hidungnya sehingga bersih

"Kau baik-baik saja kan?" Soal Jaemin saat Renjun keluar

"Iya mungkin aku hanya capek"

"Benar?" Soal Jaemin ingin benar-benar memastikan Renjun baik-baik saja

"Iya. Sana tidur udah malam" Renjun menyelimuti tubuh Jaemin dan beberapa menit kemudian Jaemin sudah tidur dengan tangannya yang masih menggenggam tangan Renjun

Renjun tersenyum dan mengusap lembut rambut Jaemin. Selepas itu dia keluar dari kamar Jaemin dan berjalan ke arah ruangan doktor

"Masuk"

"Kak" panggil Renjun saat dia masuk ke dalam ruangan itu

"Renjun? Kenapa?" Soal Winwin

"Tadi hidung ku berdarah dan darah nya hampir saja tidak berhenti, kepala ku juga pusing"

"Itu karena tumor di otak kamu sudah mulai merebak ke seluruh otak kamu, Renjun" jelas Winwin

"Apa akan selalu?"

"Mungkin. Aku akan memberikan obat jadi tolong di makan ya. Obat ini hanya bisa membantu kamu untuk menahan sakit" ujar Winwin dan memberikan ubat pada Renjun

"Makasih ya, kak"

"Kamu beneran tidak mau menjalani rawatan?"

"Keputusan ku tetap sama dan tidak akan berubah" ujar Renjun tegas

Selepas itu Renjun keluar dari ruangan itu dan kembali ke ruang inap Jaemin. Renjun duduk di samping Jaemin dan melihat wajahnya lama. Selang beberapa detik, air mata Renjun jatuh

"Maafkan aku"

"Maaf ya aku tidak bisa bersama kamu selamanya dan maaf juga karena kamu harus hidup di dunia ini sendirian selepas ini"

𝐁𝐞𝐟𝐨𝐫𝐞 𝐈 𝐆𝐨  [JaemRen] ✓Where stories live. Discover now