Hari-hari terlewat begitu berat bagi Ve. Satu minggu sudah ia lalui dalam keadaan dilema yang berkepanjangan. Bukan cuma tugas kuliah dan tugas organisasi saja, Ve juga harus memikirkan pula tugas mengenai hati. Tugas yang paling rumit dari segala macam tugas.
Sebenarnya, perasaan Ve itu bagaimana?
Apakah mencintai Faris? Devan? Atau masa lalunya?
Siapa masa lalu Ve? Erlangga. Ialah laki-laki pertama yang Ve sukai. Bahkan ia sempat menaruh hati padanya. Memang, hal tersebut terjadi ketika ia masih kecil, belum mengerti dan paham tentang perasaan. Akan tetapi, jika hati telah memilih, kita bisa apa?
Dulu, Erlangga adalah murid pindahan dari SD lain saat kelas 5. Ia pun mendapat kelas yang sama dengan Ve. Ve yang selalu acuh terhadap apa pun, terhadap siapa pun, menganggap kehadiran murid baru itu biasa saja. Tidak spesial. Tidak akan merubah sesuatu dalam hidupnya yang selalu monoton.
Namun faktanya, Ve keliru. Justeru kehadiran Erlangga adalah sebuah anugerah sekaligus musibah baginya.
Semua itu bermula ketika Ve sedang khusyuk membaca buku di kelas sendirian, sedangkan semua temannya berada di luar. Menghabiskan jam istirahat dengan jajan atau bermain bola di lapang.Mendadak, seorang laki-laki datang dan keras menggebrak mejanya. Ve terperanjat. Mendongak.
"Mana tugas Bahasa Inggris lo?" Laki-laki itu memalak seperti preman.
"Ada." Jawabnya kembali membaca.
"Mana? Gue mau lihat."
"Belum dikerjain."
"Bohong. Lo pasti udah ngerjain. Udah sini buku lo!" Bentak laki-laki itu.
"Aku emang belum ngerjain. Orang tugasnya baru dikasih tadi."
"Halah, banyak bacot lo."
"Ya, udah kalau gak percaya." Ve mengendikan bahu. Ia kira, laki-laki tersebut akan meninggalkannya setelah diberi tahu akan hal itu. Tapi malah sebaliknya.
Tanpa rasa kasihan, ia menjambak rambut Ve hingga sang empunya mendongak, menyeringai sakit.
"Lo gak bisa bohongin gue. Dari tadi lo diem di kelas, apalagi kalau bukan ngerjain tugas, heh? Siniin buku lo! Atau gue patahin sekalian ni leher." Ucapnya mengancam.
Sejurus dengan itu, sebelum Ve mengambil buku dari kolong meja, seseorang menarik mundur kerah baju laki-laki itu dari belakang. Tangan yang menjambak pun terlepas.
Laki-laki itu melotot kepada Erlangga yang bertingkah sok jadi pahlawan kesiangan. "Heh! Lo anak baru di sini. Gak usah songong."
"Gue emang anak baru di sini. Tapi lo gak bisa kasar kayak tadi. Emang dia salah apa sama lo?"
"Lo siapanya pake ngebela segala, heh? Udah, minggir! Ini bukan urusan lo."
Erlangga bergeming. Ia memasang badannya yang tinggi besar di depan meja Ve.
"Dia gak tahu lagi ngadepin siapa." Laki-laki itu tertawa remeh. Lantas melayangkan tinju ke lawannya.
Sigap, Erlangga menangkap tangan laki-laki sok jagoan itu, memelintirnya, menelikung, lalu mendorong ke depan kelas. "Keluar."
Merasa dikalahkan, ia menatap galak, marah. "Anjing!" Ia pun keluar kelas sambil memukul pintu.
Melihat situasi telah aman, Erlangga berbalik, mendapati seorang gadis yang menunduk takut. "Kamu gak kenapa-napa? Ada yang--"
Kalimatnya terpotong oleh kepergian Ve yang begitu saja. Ia keheranan mengapa gadis itu malah menjauh. Padahal maksud Erlangga baik. Ingin menolongnya. Siapa tahu juga dapat menjadi teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunggu Aku.. [Complete]
Romance"Hidup kita ini bagai sebuah drama. Dunia adalah panggung pementasannya. Lalu takdir yang mengatur alur kisahnya. Dan kita, sebagai pemainnya. Keren, kan? Tanpa disadari, ternyata kita itu artis." ---------- "Saat aku mulai percaya, kenapa kamu mala...