27.Main belakang

925 77 0
                                    

Senja, entah sudah yang keberapa kali, senja menjadi teman untuk seseorang yang merindukan kekasihnya. Menatap langit adalah kesenangan baru baginya di saat sudah selesai dengan aktivitasnya. Ada banyak hal yang mengganjal dihatinya namun selalu ia tepis, rasa cinta terkadang membuat mata tertutupi oleh segala kenyataan yang telah ia lihat, mencoba mengerti lagi dan lagi. Walau rasa sesak selalu hadir saat harus berpura-pura baik.

Entah, mengapa cinta membuat logikanya menghilang.

“halo, kamu dimana? Kenapa belum pulang ?”

…………..

“oh ya udah, hati-hati”

Lagi dan lagi selalu alasan kesibukannya yang Kyara terima. Ia kehilangan kekasihnya. Bukan karna hubungan mereka kandas, hanya ia merasa dirinya bukan prioritas kekasihnya lagi.

Beberapa minggu kesibukan adalah alasannya, hingga ia harus mengulur waktu untuk melamar Veranda.

Namun beberapa hari dan kemarin kepercayaan Kyara seakan meluntur. Awalnya ia menampik, dan tidak percaya dengan apa yang ia lihat, namun logikanya mulai menyadari saat matanya menangkap yang membuatnya merasakan sesak didadanya.

Ya, Veranda berbohong pada Kyara. Minggu lalu saat menemani Dina membeli kado untuk anaknya, matanya menangkap sosok Veranda dan seorang lelaki dengan tangan lelaki itu menggandeng Veranda seolah kekasihnya itu miliknya.

Hancur, kata itu mampu melukiskan perasaan Kyara saat itu.

Sebelum ia memutusnya mengantar Dina, sebenarnya ia terlebih dulu ingin mengajak Veranda jalan, namun Veranda menolaknya dengan alasan ia harus mengawasi karyawannya yang sedang membuat baju pesanan. Akhir-akhir ini pula Veranda lebih sering pulang kerumah mamahnya.

“Lu kenapa? heh? kok nangis?”Dina panik melihat Kyara meneteskan air matanya

“eh, gapapa mbak, kelilipan gua” Dengan cepat Kyara menghapus air matanya, ia tak mau mbak Dina berpikir jelek tentang Veranda. Itu cinta.

Dina menatapnya curiga, namun sebelum Dina mencari tau, Kyara sudah mengalihakn nya “eh ini bagus ya buat Dias. Gue beliin ah buat dia, ukurannya bener ga ni ?” Ujar Kyara memperlihatkan sebuah baju bola club favorit nya. Juventus.

“ya muat si dia “ jawab Dina

“ya udah gw beli ini, nanti kasih dia ya mbak jangan lu pake” tutur Kyara

“ gila kali lu ya, mana muat sama gua” elak Dina

“hahaha” tawa Kyara, namun hatinya masih menangis. Ia mencoba selalu berpikir positif dengan kekasihnya itu, namun ini kedua kali ia melihatnya dengan lelaki itu, sebelumnya ia melihat lelaki itu berada di butik Veranda saat ia ingin memberikan suprise kedatangannya namun tanpa di sangka Kyara lah yang terkejut melihat lelaki itu duduk disofa bercanda dengan kekasihnya.  Akhirnya ia pun memutuskan pergi, mungkin itu gunanya butik Mamah Martha memakai kaca sehingga Kyara bisa melihat itu dari jauh, pikirnya.

kyara pov
Malam ini, setelah mendengar alasan Veranda yang tidak bisa pulang kerumahnya walaupun sebelumnya ia bilang ingin pulang kerumah mereka. Tiba-tiba ia membatalkannya dengan alasan yang selalu ia pakai, sibuk pesanan butik.

Akhirnya aku bergegas menuju butik Veranda, selama perjalanan aku memohon agar apa yang aku pikirkan tidak benar. Namun rasa sesak  yang aku terima lagi saat kulihat Veranda keluar dari Butik dan masuk kedalam mobil sport hitam. Kulajukan mobilku tak jauh dari mobil sport itu, hanya berselang 2 mobil didepanku agar mereka tidak curiga.

Dalam hati, hatiku terasa sangat sakit, sesak, apa yang harus aku lakukan Veranda?

Kenyataan apa yang akan kamu kasih ke aku?

Mobil tersebut memasuki sebuah restoran, akupun segera mengikuti. Terlihat Veranda dan lelaki itu masuk kedalam restoran. Dan lagi, masih saja tangan lelaki itu mengandeng lengan tangan Veranda. Air mataku sudah tidak bisa ku tahan lagi, apa yang harus aku lakukan Veranda? Tanya hatiku.


Saat ini mereka duduk di bangku restoran, dan aku duduk tak jauh dari mereka. Ku tutupi muka ku dengan daftar menu restoran ini. Mereka memesan makanan, namun sekali lagi hatiku sakit saat lelaki itu menghapus noda disudut bibir Veranda. Dan Veranda terlihat diam saja? Aku sudah tak tahan melihat kemersaan mereka. Kukeluarkan ponselku dan memotonya, ku kirimkan pada seseorang.

Aku sudah tidak bisa menahan sesak ini, ku hampiri mereka yang masih tertawa dan berbincang.

“Ve—randa” untuk memanggil namanya pun aku tak bisa, rasanya dada ini sesak.

Veranda mencari sumber suara tersebut.

“Ky—ara?” ia kaget lalu berdiri dari duduknya.

“ ada yang mau kamu jelasin?” tanyaku dengan air mata yang sudah mengalir di pipiku. Ah sial sakit sekali dadaku ini.  Terlihat lelaki itu ingin berbicara. Tapi tanganku memintanya untuk diam

Mataku masih melihat mata Veranda, mencari tau kebenaran atas semua ini.

“JAWAB!” bentakku

Terlihat Veranda menunduk dan mulai menangis

“ehh siapa sih loe? jangan kasar dong” lelaki itu akhirnya berdiri dari duduknya dan menghampiriku dengan wajah marah. Dia pikir aku takut?

Ga.usah.ikut.campur!” ujarku penuh penekanan pada lelaki itu

“heh, yg lu bentak itu orang special buat gue, jadi jelas gue ikut campur!”

DEG

Orang special katanya?

Apa ini Veranda ? ini kenyataan yang kamu kasih ?

Ku tatap tajam lelaki itu, ku hapus air mataku kasar. Veranda hanya diam tanpa berkata apapun.

Sudah jelas bukan ?

“harusnya aku tahu diri ya Ve? haha”tanyaku pada Veranda, membuat Veranda menggelengkan kepalanya. Aku hanya membalasnya tersenyum namun sial. air mata ini masih saja mengalir lagi.

“kalo ga ada yang mau kamu jelasin. Aku akan percaya sama mata dan kepalaku sendiri. Dan untuk lo, gue.cuma.teman.Veranda”ucapku menunjuk pada lelaki itu namun mataku hanya menatap Veranda

Air mata sialan kenapa masih saja mengalir. Akhirnya ku tinggalkan restoran itu. Namun saat ku membuka pintu mobil ada yang menahan tanganku dan menutup kembali mobil itu. Ku balikan badanku, ternyata itu Veranda.

“Ra. Maafin aku”ujarnya dengan tangis, tangannya memegang tanganku dengan erat. Tubuhnya bergetar karna tangisnya.

“Ve” aku tersenyum mengingat wajahnya yang tersenyum kepada lelaki itu saat aku blm menghampirinya tadi.

“haahhh.. harusnya kamu bilang aja Ve. Kita udah janji untuk saling terbuka kan Ve? Aku lebih suka kamu jujur, mungkin sakitnya ga akan seperih ini"

“maaf.maaf Ra"

"Jangan minta maaf, maafmu hanya membuatku merasa jadi orang yang bodoh"

Veranda menggelengkan kepalanya

"Ya aku bodoh menganggap aku segalanya untuk kamu,  aku terlalu naif bukan Ve ?"

“Rasa sesak didada aku saat ini bikin aku tersiksa Ve” kupukul dadaku berkali-kali agar sesaknya mau pergi dari dadaku ini. Veranda menahan tanganku

Perlahan ku hembuskan nafasku, ku hapus air mataku. Dengan air mata yang kembali keluar lagi, aku tersenyum padanya.

“Barang-barang kamu nanti aku kirim kerumah mamah ya, jaga diri baik-baik. Berbahagialah seperti tadi sebelum ada aku” Ku usap kepalanya untuk terakhir kalinya. Ku tarik paksa tanganku yang ia genggam. Dengan cepat masuk dan kulajukan mobilku. Kulihat dari spion veranda menangis hingga tesimpuh di parkiran itu.

CINTA TAK BIASAWhere stories live. Discover now