43.GRACE

941 70 0
                                    


Kebijakan pemerintah terkait WFH diterapkan oleh perusahaan tempat Kyara bekerja, PT. Gigantara. Namun tidak untuk Veranda, butiknya tetap beroperasi namun memang waktu jam tutup dipercepat mengikuti kebijakan pemerintah.

Dan ketenangan WFH Kyara diganggu oleh Veranda, Veranda ingin Kyara ikut bersamanya kebutik dan mengerjakan pekerjaannya dibutik Veranda. Ia di buat pusing oleh permintaan kekasihnya itu.

“Pokoknya kamu ikut aku ke butik!” titah Veranda, Kyara yang sedang mengerjakan tugasnya dilaptoppun menoleh kepada kekasihnya itu.

“ Ga bisa Ve, ribet banget harus bawa laptop kebutik kamu, belum lagi beberapa berkas ini.. aduh ga deh makasih,  pokonya ga!” tolak Kyara membayangkan betapa banyaknya yang harus ia bawa jika mengerjakan di butik Veranda.

"Bisa, nanti aku bantuin bawa" Veranda masih bersikukuh membujuk kekasihnya

" Ribet deh bener, kamu kenapa sih? Sebelumnya juga aku pernah WFH kamu ga gini deh"

"Hmm pengen aja deket kamu terus, mumpung kamu WFH jarang bangetkan dari pagi sampe malem bisa bareng, biasakan paling ketemu setelah kita sama-sama selesai kegiatan masing-masing” Jelas Veranda dengan senyum manjanya,

Terdengar helaan nafas Kyara...
"emang segitu ga mau jauhnya dari aku ya?" ledek Kyara

"Biasa aja sih" ucap Veranda

"Oohhh biasa aja.. ya udah aku dirumah aja ya"

“Isshhh ga peka banget!!" Kesal Veranda dan menghentakan kakinya beberapa kali ke lantai. Tawa Kyara pecah, ia dekati Veranda dan dipeluknya.

"Gemesin banget sih? iyah aku ikut kebutik, kemanapun kamu pergi pokoknya aku ikut" ujar Kyara

KYARA POV
Disinilah aku, mengerjakan tugasku di butik Veranda dengan meja dan tempat duduk yang ia siapkan di sebelah mejanya, entah kapan Veranda menyiapkannya yang jelas begitu sampai, meja baru ini sudah tersedia rapi , sepertinya ia udah menyiapkannya sebelum memintaku ke sini.

Kulihat ia sedang mengarahkan pegawainya untuk menata baju sesuai keinginannya, Veranda sangat cantik dengan rambut yang sengaja ia urai, makeup naturalnya dan setelan kantornya, perfect.

Sepertinya ia merasa ada yang memperhatikannya, ia tersenyum berjalan kearah belakang kursiku, memeluk leherku, wajahnya kini sudah berada di sebelah kanan pundakku.

“ di sini banyak pegawai kamu loh” ucapku memperingatkan

“aku ga peduli loh” jawab Veranda dengan mengikuti nada bicaraku

Sekilas ku tolehkan kepalaku kesamping dan kukecup pipinya kilat.

“tuu...tuu kalo kamu WFH dirumah kamu ga bisa cium-cium aku gini kan “ ledeknya

“ tapi kalo ada kamu gini aku susah fokus ngerjain ni berkas-berkas” keluhku.

Memang benar, kehadiran Veranda memecah perhatianku, mata ini ingin selalu melihat setiap gerakannya.
“ yee dasar bucin” ledek Veranda lalu melepaskan pelukannya, lalu tertawa meninggalkanku untuk menemui pembeli yang baru saja masuk kebutiknya ini.

Aku harus fokus ni, bisa-bisa mbak Dina jadi singa kalo ada yang salah.
Ku fokuskan mata dan pikiranku pada lembar kerja dan laptopku ini.

Ah lelahnya... kuregangkan otot-ototku , Verandapun sepertinya masih sibuk melayani pembeli, ah tapi sepertinya ia sudah selesai, aku bisa mendengar langkah kaki menuju kearahku.

“udah sepi?” tanyaku pada seseorang didepanku namun aku masih sibuk mengetik, namun tidak ada jawaban, hingga sebuah suara memanggilku..

“Kya-ra?ya?kamu Kyara kan ?”
Ku angkat kepalaku melihat siapa yang memanggilku, ternyata sosok wanita didepanku ini bukanlah Veranda. Kok dia tau namaku, wanita ini sangat cantik, seperti seorang model, kulitnya putih, rambutnya berwarna brown, seperti bule.Sepertinya juga aku pernah melihat wanita ini entah dimana ..

"Hayoo, kamu lupa sama aku yah?” tanyannya curiga
Aku masih berpikir dimana yah.....
“Funclub..” ujarnya memberi kode dengan wajah yang tak sabar ingin aku mengingatnya.
Funclub, funclub, funn—ah ia dia wanita yang pernah ngefloor bareng aku dulu, kalau tidak salah namanya...
“Kamuu----“
“aku Grace” katanya lalu mengulurkan tangannya  sambil tersenyum
“Ah ia Grace, maaf yah aku agak pikun” ucapku membuatnya terkekeh

“Kamu kerja disini?”

“Engga, yang bener sih aku numpang kerja disini” jawabku lalu menujuk berkas yang berantakan dimejaku.

“Ada apa Ra?” Veranda dengan wajah juteknya menghampiri kami berdua,

“Ini Grace, Grace ini Veranda pemilik butik ini”
Mereka berjabat tangan, Veranda seperti mengingat nama itu, terlihat matanya yang sekilas melotot kepadaku.

“Maaf ada yang bisa saya bantu?” tanya Veranda dengan nada datar pada Grace, katanya kalo ngelayanin pembeli ga boleh jutek, kok dia sekarang jutek?

“Oh iya aku mau nyari blouse, Ra bisa bantu milihin gakk?” ujar Grace pada Veranda dan padaku dengan senyuman manisnya, Veranda sudah terlihat semakin bete.

“ Yahh.. aku kurang paham fashion kaya gitu Grace” tolakku dengan sopan dan sekilas menggaruk kepalaku yang tidak terasa gatal

“Apapun yang kamu pilih aku pasti suka”
Astaga Grace... kulihat Veranda sudah sangat murka sepertinya.

“Maaf Grace tapi aku harus mengerjakan laporan aku, soalnya lagi ditunggu sama bos ni” alasanku lalu menunjuk berkas dimeja yang masih berantakan.

"Ya udah aku liat-liat sendiri aja deh, nanti aku kesini lagi” ujar Grace lalu pergi memilih baju-baju .

Veranda mendekatiku dengan tampang kesalnya lalu mencubi perutku.
“AWW”pekikku
“Ga usah keganjenan!!" ucapnya lalu pergi kearah Grace yang sedanng memilih pakaian.
Siapa yang keganjenan? pikirku. emang salah punya pesona gini?pikirku membuat ku tersenyum sendiri.

Akhirnya ku fokuskan mataku dan pikiraku pada tumpukan berkas ini, mbak Dina ga mau banget anak buahnya makan gaji buta kayanya. Aku menghela napas pelan melihat berkas yang masih banyak ini.

Baru 30 menit aku berkutat dengan pekerjaanku, langkah kaki sudah menujuku lagi dan ku yakin Veranda dan Grace.

“Ra..” panggil Grace padaku, dengan tangannya yang sudah memegang 2 paperbag, sepertinya ia sudah selesai membeli.

“Ah ya Grace? Udah dapet ya? Tanyaku basa basi.

“Udah ni, aku boleh minta nomor kamu?” ucapnya membuat Veradan menatapku tajam. Aku hanya menghela nafasku lagi

“ iya boleh" kusebutkan nomorku padanya

“oke, next bisa ya hangout bareng” tanyannya yang seperti ajakan padaku membuat kepalaku terasa gatal.

“oh i-ya” jawabku terbata

“btw, kamu ngapain kok ngerjain kerjaan disini? Kamu saudaraan yah sama Veranda?" Veranda yang mendengar itu sepertinya ingin beranjak jauh dari kami

“Veranda... she’s my girlfriend” ucapku tersenyum dan seketika membatalkan langkahnya dan menatapku tersenyum. Namun Grace sepertinya syok,

“Oh.. ya udah aku pergi gulu ya ,, nanti aku chat kamu.. yu Ve.. Ra!” Grace sekarang malah terlihat seperti marah walaupun sebelum pergi ia mengecup pipiku.
Dan Veranda melihat itu, ia menghampiriku dan memberikan tissu basah dari mejanya kepadaku.

“Nih”
“ha? Buat apa?” tanyaku heran lalu bercermin pada ponselku , ga ada apa-apa pikirku. Veranda mendengus kesal lalu mengelap pipiku. Astaga.. aku baru mengerti, maksudnya mengelap bekas kecupan Grace.. haha gemas

“Ga usah senyum-senyum” kesalnya masih mengelap pipiku

“Kan biasa cewek sama cewek begitu”

“tapi aku tau dia suka sama kamu” jawabnya

“ya kan akunya engga,  lagina mana mungkin sih cewek cantik, putih, ting---"

“terus, terus puji terus pujiiiii”ucapnya memotong ucapanku membuat ku terkekeh

“ ga ada ya hangout,hangout segala” ancamnya menatapku
“iyaahhh” ucapku patuh

KRING
Sepertinya ada pembeli lagi,
Verandapun menghampiri pembeli tersebut.. namun aku mendengar rancauan pelannya
salah banget nyuruh dia ikut kesini

Dasar bucin. Hahaha

CINTA TAK BIASAWhere stories live. Discover now