23. When You Get Your Heart Broken

634 132 215
                                    

vote and comments are VERY VERY APPRECIATED❣❣

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

vote and comments are VERY VERY APPRECIATED❣❣

💮

Rose menghela napas untuk kali kesekian. Wanita itu berkali-kali terlihat mengecek ponselnya yang terus berbunyi, ramai oleh notifikasi. Ada yang berasal dari Instagram, WhatsApp, Line, bahkan beberapa panggilan masuk yang masih belum berhenti.

Isinya sama saja. Semua orang yang menghubunginya hanya menanyakan tentang kebenaran kasus Demian. Orion di samping wanita itu tampak sesekali melirik, atau memberi sedikit usapan-usapan lembut di kepala ketika mereka berhenti di beberapa titik lampu merah.

"Enggak usah ditanggepin, mereka cuma kepo dan nyari bahan gibah," ucap Orion saat berhasil melewati satu area rawan macet di sekitar golden triangle. Rose menoleh sebentar, lalu memutuskan untuk mematikan ponselnya dan menyimpan benda elektronik tersebut di dalam tas tangan yang dibawanya.

Semua kejadian yang berhubungan dengan Demian sedikit membuatnya sakit kepala. Ditambah lagi, ucapan Elena seperti membuat lubang sendiri di dalam otaknya. Inilah sifat dari diri Roseline yang paling ia benci. Ia benci menjadi sosok yang terlalu peduli.

"You wanna eat something to enlighten your mood? Es krim, mungkin? Mumpung masih jam segini, sekalian makan malam," tawar Orion dengan satu tangan yang ia gunakan untuk bermain dengan helaian rambut Rose. Kedua matanya masih fokus menatap jalanan, memerhatikan beberapa kendaraan yang berlalu lalang.

"Huft, enggak nafsu. Balik aja kali ya? Kayaknya kita dinner di rumah aja deh. Soalnya aku beneran lagi males kalau ketemu sama lihat banyak orang," jawab Rose lemah. Wanita itu benar-benar terlihat lelah.

Orion mengangguk, lalu melanjutkan agenda menyetirnya.

"Your place, or mine? Kalau dari sini deketan ke tempat kamu daripada apart aku. Cuma yah... mobil kamu kan tadi masih di apart aku, gimana?"

Rose menjawab dengan cepat. "Yours. Tempatku lagi nggak ada makanan sama sekali, belum belanja."

Jawaban Rose yang disertai dengan munculnya cengiran di wajah wanita itu sontak membuat Orion tersenyum. Sang pria tidak mampu lagi menahan rasa gemasnya, sehingga satu tangan yang semula ia gunakan untuk mengusap kepala menjadi beralih fungsi. Kini, tangan itu bekerja untuk mencubit kecil pipi sang kekasih.

"Dasar. Ya udah, kita balik ke apart aku."

Orion mengarahkan stir kemudi untuk kembali menuju tempat tinggalnya. Jam digital di dasbor saat ini menunjukkan angka tujuh lebih empat puluh enam, jalanan ibu kota masih terlihat padat merayap.

Selang dua puluh menit kemudian, mereka tiba di apartemen Orion. Dua cangkir kopi yang ditinggalkan keduanya masih berada di atas meja. Orion mengambil dan membawanya menuju dapur, lalu mengganti minuman mereka dengan sebotol air mineral dingin yang baru saja ia keluarkan dari dalam kulkas.

Orion & Roseline [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now