Bab XXIV. Moment

2.3K 305 11
                                    

Bukanlah hal yang luar biasa bagi Athania jika seseorang menantangnya bermain catur buta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukanlah hal yang luar biasa bagi Athania jika seseorang menantangnya bermain catur buta. Gadis itu merasa catur buta sudah seperti keseharian baginya. Catur buta sendiri dilakukan dengan memainkan catur tanpa melihat papan catur. Untuk memindahkan bidak-bidak catur, pemain hanya bisa menyebutkan posisi bidak-bidak catur yang ingin dipindahkan. Misalnya, putih: e2-e4, lalu jawab hitam: e7-e5. Dan seterusnya, hingga salah satu pemain mencapai kemenangan, atau salah satu pemain salah langkah karena salah membayangkan posisi dalam benaknya.

Dengan begitu pemain dipaksa untuk memvisualisasikan dan mengingat posisi bidak-bidak catur dalam pikiran mereka. Terbilang sangat rumit. Tapi sebenarnya, Athania merasa catur buta tidak serumit itu jika sudah terbiasa.

Yah, walau kadang, Athania merasa catur itu cukup bahaya. Bahaya jika terlalu larut dalam dunia yang memabukkan pikiran itu. Bisa bayangkan apabila yang ada di otak kita adalah hal yang kita cintai? Detik demi detik, menit demi menit, hanya itu-itu saja yang hadir di dalam benak kita. Itulah apa yang kerap Athania rasakan. Tak jarang, Athania kerap kali memimpikan permainan catur. Atau saat sedang di keramaian, gadis itu justru membayangkan partai catur dalam benaknya.

Bara kini tengah menyeringai kecil sembari menatap Athania. Senyum sumringah hadir di bibir lelaki itu. Athania mengernyit bingung. Pasalnya, pada partai kali ini, Athania menang melawan Bara dalam bermain catur buta. Tapi anehnya, mengapa Bara kelihatan senang? Harusnya Athania yang senang di sini. Harusnya lagi, Bara sekarang tengah kesal karena dikalahkan olehnya. Alih-alih tersenyum kemenangan seperti saat ini.

"Told you, kamu yang bakalan menang. You're that good, Tha," tutur Bara dengan nada bangga.

"Terus? Kamu bangga gitu? Even though you lose?" Athania terkekeh geli sekaligus heran.

"Iyalah, kamu pacar aku. Who's not anyway?" Ya, selalu. Bara dan mulut manisnya itu. Kadang Athania bertanya-tanya bagaimana bisa Bara berucap hal yang sangat manis dari mulutnya dengan wajah tanpa beban seolah perkataannya itu tulus dan bukanlah sesuatu yang bisa dipermasalahkan.

"Bentar-bentar, gue pengen muntah. Pacaran liat-liat tempat anjing! Jangan di depan gue yang jomblo! Kejam amat," umpat Bayu, lelaki dari klub Taekwondo yang berkunjung ke ruang klub catur untuk menyaksikan partai antara Bara dan Athania. Lelaki itu awalnya hanya iseng menemani Alje bermain catur, namun akhirnya terlihat tertarik saat menyaksikan Athania dan Bara bermain catur buta.

"Lah? Udah jadian aja? Sejak kapan?" Rajaf menginterupsi, lelaki itu juga ikut menyaksikan partai antara Bara dan Athania di tengah keramaian.

"Udah pacaran dari kemarin tai. Lo hidup di goa?" sahut Alje sewot. Lelaki itu tampak memutar bola matanya.

Rajaf berdecak tak habis pikir. "Sinting. Ngegas banget Bar udah jadian aja," umpatnya spontan.

Alje yang berada di dekat lelaki itu mengangguk mengiyakan, setuju akan kalimat Rajaf barusan. "Heran gue. Pelet lo ampuh banget, Tha. Bara jadi berubah 360 derajat. Bucin banget nggak ketolongan, tiap hari ke mana-mana nempel mulu sama lo," keluh Alje dengan ekspresi meledek.

How To Fix Everything [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang