Jeon Jungkook, lelaki yang sedari awal tergila-gila oleh kecantikan Jieun, dia merasa kupu-kupu miliknya kembali setelah menghilang beberapa pekan tapi ia merasa sangatlah lama.Lelaki berusia 29 tahun itu masih menuntut sesuatu, dari pandangannya kentara bahwa dia masih menyimpan seberkas keinginan untuk memiliki, tapi sang empunya hati tak ingin membagi-dia hanya mengira demikian. Sebab sampai hari ini, Jieun tidak menunjukkan sikap antusias atau senang bertemu dengannya. Awalnya bersikap marah karena Jieun masih trauma dengan bertemu orang-orang di masa lalu, kini dia terlihat tenang dan tak bereaksi lebih.
Hari ini, Jungkook bisa menghirup udara taman rumah sakit, setelah dikurung karena lelaki itu terkadang teriak tanpa alasan. Memang sudah bertemu dengan Jieun dan berhasil membuat Jieun menandatangi dokumen seperti yang dia inginkan beberapa hari lalu.
Meski alasannya tidak hanya untuk pengalihan agar Taehyung tidak mengambil hartanya, Jungkook juga memiliki alasan yang lebih valid. Dia ingin Jieun yang memiliki kekayaannya, karena dia merasa akan ada saatnya dirinya benar-benar berkorban untuk wanita yang dia cintai, siapa tahu saat misi balas dendam nanti, dirinya gugur. Setidaknya dia merasa tenang telah membantu Jieun untuk terakhir kalinya.
Jungkook tidak yakin jika Jieun akan balas dendam terhadap Suga, terlihat jelas dimata wanita itu masih ada bayangan Suga. Tatapan kosongnya menyaratkan dihadapan ada sosok Suga berusaha bertanya mengapa? Tidak akan ada jawaban. Hanya angin berlalu lalang.
"Lalu, apa rencanamu selanjutnya?" Tanya Jungkook.
"Masih sama seperti sebelumnya, aku akan kembali untuk balas dendam." Jawab Jieun.
"Aku tidak yakin." Jungkook meremehkan.
Jieun menoleh kearah lelaki itu. Terlihat tawa menjengkelkan.
"Apa kau tahu tentang butterfly effect didalam dirimu? Butterfly effect milikku hanya bergantung pada keputusanmu."
"Untuk apa kau menggantungkan perubahan? Sampai kapanpun aku tidak akan menerimamu."
Sudut bibir Jungkook masih terangkat, senyumannya tidak mengandung kesombongan, senyuman rapuh.
"Aku sudah terseret dalam butterfly effect milikmu, kekacauan yang sebelumnya terjadi juga karena aku menurutimu mendapatkan kebebasan. Tujuan hidupku hanya padamu, aku kini tidak ingin memaksamu untuk hidup bersamamu, aku hanya ingin memastikan bahwa kau hidup tenang dan baik-baik saja setelah itu terserah Tuhan akan diapakan diriku ini."
"Ciih! Dasar putus asa." Decih Jieun, dia masih tidak menerima perasaan Jungkook walau sudah terlihat tulus.
"Aku ingin melepaskan kekacauan di hidupku, rela kembali untuk menuntaskan kisah yang semestinya berakhir. Tapi aku takut jika akhir dari kisah ini tidak sesuai yang diharapkan. Aku takut jika pada akhirnya aku kalah dan banyak orang yang gugur dalam misi balas dendam ini. Dan mereka akan tertawa dan hidup lebih sombong dari sebelumnya." Jieun melamun, seakan diatas
"Benar juga,"
Jungkook tidak mau jika Jieun bertindak gegabah seperti dirinya yang membuatnya berakhir di balik jeruji besi.
"Memangnya apa yang kamu butuhkan untuk menjalankan misimu, nak?" Nyonya Han mendengar pembicaraan.
Jungkook dan Jieun berdiri mempersilahkan Nyonya Han duduk. Nyonya Han membiarkan Jieun duduk disebelahnya, memegang kedua tangan Jieun.
"Aku takut jika misi balas dendam ini membuat orang-orang tidak bersalah terbunuh sia-sia." Jieun tidak tahu dimulai dari mana. Dia masih tidak tahu apa yang dilakukan.
"Katakan saja, biar nenek mempersiapkan." Suara Nyonya Han sangat lembut.
"Aku butuh seseorang yang pemberani, tidak butuh banyak. Hanya 20 orang. Mereka termasuk orang-orang yang ahli menembak, bisa berkelahi, bisa mempertahankan diri dan bisa melawan banyak musuh. Masalah biaya aku tidak peduli mereka meminta berapa, aku bersedia membayarnya." Jawab Jieun.
"Masalah itu biar Nenek yang urus. Nenek punya banyak kenalan orang-orang macam itu." Nyonya Han sangat bisa diandalkan.
"Lalu apa yang bisa aku bantu?" Tanya Seokjin yang memakai seragam putih dengan stetoskop yang menggantung dilehernya. Sspertinya dia baru berkeliling memeriksa pasien.
"Biar nanti aku yang kasih tahu, tugas ini khusus hanya dokter yang bisa melakukannya."
Seokjin turut dalam pembicaraan, dia berdiri disisi Jungkook dan sedikit berbasa-basi dengan pasien yang terlihat sombong karena merasa dirinya sudah waras.
"Tapi dari sekian cerita yang aku dengar, masih ada satu cerita yang belum kau ceritakan." Nyonya Han mengingat jika ada yang terlewat.
Seokjin mengangguk. Dia juga ingin mendengar kisah selanjutnya. Jieun tahu apa yang sangat ingin didengar dari Seokjin dan Nyonya Han, alasan mengapa sampai Jieun ingin menghabisi Suga sedangkan dicerita sebelumnya, yang mereka dengar bahwa Suga adalah sosok sempurna yang sangat mencintai Jieun. Bagaimana seseorang yang teramat sangat mencintainya bisa menyakiti.
Jieun melihat satu per satu wajah dihadapannya, mereka tidak tahu jika bahwa seseorang yang paling mencintai adalah orang yang bisa melukai diri kita.
Seperti membuka pandora, tidak semudah membuka kotak pandora lainnya. Kali ini kisahnya tersimpan sangat dalam, butuh kunci yang berbeda untuk membukanya. Dan butuh upaya yang lebih untuk memulainy. Sepertinya tidak disini, tidak juga hari ini, Jieun tidak ingin mengganggu ritual paginya.
Sayang jika dilewatkan pagi yang indah untuk cerita masa lalu yang menyedihkan.
Tanpa bersuara, Seokjin, Nyonya Han dan Jungkook melihat kelangit sama seperti yang dilakukan Jieun. Setelah menatap langit, mata terpejam dan menarik napas panjang lalu membuangnya. Mereka sepakat tidak bertanya lagi, cukup sekali. Yang mereka lakukan hanya menunggu.
*****
Update lagi!!!
Besok kembali ke masa lalu,
Harus siap mental.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly Effect
FanfictionLENGKAP Sulit bagi seorang yang telah direnggut kebahagiaannya untuk berjalan normal kembali. Dia terlalu lama berlari, berjalan terseok-seok mencari tempat aman. Namun darah yang tertinggal saat bersembunyi membuatnya kembali dalam dunia gelap. ###...