Seokjin berlari masuk kedalam ruang monitor. Jieun dan Jungkook sudah tidak ada, sekaligus pasukannya. Semua pergi tanpa dirinya.
Ia menemukan secarik kertas bertuliskan.
"Tugasmu sudah selesai. Aku tidak mau mengotori tanganmu untuk membunuh saudaramu." Tulisan Jieun membuat otot-otot kakinya lemas, dia terjatuh. Mencengkeram kertas itu lalu menangis. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Semua ini membuatnya bingung. Bagaimana caranya dia harus menyelamatkan Suga dan tetap membantu Jieun balas dendam tanpa ada tumpah darah. Setidaknya dia berharap jika Suga berakhir seperti Taehyung. Hidup penuh penyesalan.
*****
Jieun dan Jungkook berada dalam mobil rencana yang tidak diketahui oleh siapapun. Sengaja Jieun membuat rencana ini agar dia menyingkirkan Seokjin, dia yakin jika dokter itu pasti akan berbalik melawan, sebab terlihat solidaritas dan kepeduliannya terhadap Suga.
Jieun pernah melihat foto Seokjin berdiri dengan Suga dan Tuan Lim. Mereka tertawa bersama, dari foto sudah terlihat jelas bagaimana Seokjin benar-benar menganggap Suga sebagai saudaranya walau mereka bukan saudara kandung maupun saudara tiri.
Diperjalanan, Jungkook tersenyum seperti orang gila. Dia tidak menyangka jika Jieun sudah gila sungguhan, menyiapkan pertunjukan balas dendam yang epik. Dia tidak menanyakan langkah selanjutnya, sebab dia yakin pasti ada pertempuran.
*****
Sesampainya di rumah, rumah terakhir yang ditinggali bersama Jieun. Seorang pelayan menyambut, tidak ada tanda-tanda kehadiran seseorang. Semua nampak sepi. Karena sudah larut malam jadi para pembantu tertidur. Hanya beberapa pembantu yang bertugas malam.
"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya pelayan.
"Tidak! Pergilah!" Perintah Suga. Ia bergegas keluar rumah.
"Seandainya dia datang kesini? Seharusnya kita bersembunyi ketempat yang aman, bukan malah datang untuk bunuh diri." Jimin heran dengan tingkah Suga.
"Aku tidak akan bersembunyi dan tidak juga melawan."
"Apa hyung gila?" Bentak Jimin tidak kuat dengan sikap Suga. "Kau lihat bagaimana kabar Taehyung sekarang?! Dia hancur karena wanita gila itu?! Dia psyco, hyung!!"
"Dan akulah yang membuat dia seperti itu." Suga masuk kedalam mobil.
Jimin mengikuti sambil menekan beberapa nomor, dia menghubungi bodyguard yang tadinya diperintah pulang. Tapi tidak ada jawaban.
"Apa jangan-jangan makan malam dengan Seokjin hyung termasuk rencana Jieun?" Jimin berpikir bahwa bodyguard sudah dibekukan oleh Jieun.
"Dia tidak mengenal Seokjin, dia tidak akan melibatkan orang lain dalam hal ini. Apalagi melibatkan kakakku." Suga teguh dengan pendiriannya, dia masih merasa bahwa ada setitik belas kasihan Jieun terhadap manusia brengsek sepertinya.
"Lalu kita akan kemana?" Tanya Jimin sibuk dengan ponselnya, menghubungi bodyguard lainnya untuk segera menemani perjalanan.
"Ke rumah yang dulu." Jawab Suga, dia sangat tenang menyambut kematiannya.
*****
Sesampainya di rumah yang pernah ditempati dengan Jieun. Suga bersiap menghadapi kekalahan. Jimin menghentikan, dia tidak ingin kehilangan Suga yang sudah dianggap sebagai kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly Effect
FanfictionLENGKAP Sulit bagi seorang yang telah direnggut kebahagiaannya untuk berjalan normal kembali. Dia terlalu lama berlari, berjalan terseok-seok mencari tempat aman. Namun darah yang tertinggal saat bersembunyi membuatnya kembali dalam dunia gelap. ###...