prihal tidur malam pertama

600 25 1
                                    

Please siapapun yang baca, vote ya. Coment juga gimana tanggapan kalian tentang cerita ini.

_Jodoh untuk Adel_
_Adelia Annalies Elziroya_

Adel turun ke bawah dengan malunya. Meninggalkan Arsen yang sedang mandi di kamarnya. Entahlah, Adel sungguh sangat malu saat ini. Rasanya tidak ingin bertemu Arsen untuk sementara waktu karena kejadian tadi.

"Adel?" Arum menegur anak bungsunya itu yang baru menampakan batang hidungnya setelah acar selesai. Melihat orang-orang di bawah yang masih sibuk dengan berkemas. "Kalo gak salah kok Bunda denger kamu tadi kayak teriak gitu ya, kenapa?"

Rayyan menepuk pelan punggung istrinya. "Bunda kok malah ditanya gitu sih, namanya juga pengantin baru itu."

Baik Rayyan maupun Arum hanya bisa senyum-senyum sendiri melihat putri bungsunya ini yang tengah tersipu malu di tempatnya sekarang.

"Ayah sama Bunda apaan sih." Adel menatap kesal kedua orangtuanya itu yang tengah asik menggodanya sekarang.

Tak lama dari itu, Arsen ikut turun menghampiri orang-orang yang masih ramai di bawah. Arsen menatap Adel singkat sebelum beralih menyapa kedua mertuanya. "Yah, papa sama mama udah pulang?"

Arsen menanyakan kedua orangtuanya karena tak ada melihat batang hidung kedunya sekarang. Arsen lebih banyak melihat orang asing selain memang keluarga Adel di sekitarnya sekarang.

"Udah pulang tadi. Gak lama setelah kamu naik ke atas, papa sama mama kamu langsung pamit pulang."

Mengingat sesuatu, Bunda Arum langsung menarik Adel mendekatinya. "Adel." Ucap Arum sedikit garang.

"Apa sih Bun?" Tanya Adel heran karena tanganya mendadak ditarik-tarik begitu seperti kelayang. Sedangkan Rayyan dan Arsen hanya memandanginya saja interaksi kedua ibu dan anak itu.

"Tadi kenapa Arsen malah kamu tinggalin sendiri di bawah? Kan kasian dia disini belum kenal siapa-siapa. Kamar juga kamu kunci? Astaga Adel kebiasaan pelit kamu dari dulu itu gak ilang-ilang ya? Untung aja Bunda punya kunci cadangan kalo-kalo ada sesuatu yang urgent."

Adel membelalakan matanya kaget. Kenapa juga Bundanya membahas itu sekarang. Membuat Adel semakin merasa malu di hadapan Arsen. Terlebih Adel akhirnya tau, siapa pelaku yang membiarkan orang asing masuk ke kamarnya begitu saja.

Ralat. Bukan orang asing, melainkan suaminya yang mampu membuatnya begitu kesal seharian ini.

Padahal tadi siang rasanya ia masih sedih-sedihan mengingat bagaimana momen sungkeman dengan kedua orangtuanya. Namun sekarang, ia justru kembali seperti sebelumnya lagi. Seperti saat sebelumnya menikah.

Arum beralih ke menantu tampanya. Berbeda dengan saat berbicaranya dengan Adel tadi, kali ini Arum berbicara dengan bahasa yang lembut. "Arsen, maafkan kelakuan anak tengil Bunda ini ya."

Arsen hanya tersenyum lantas berkata, "Gak pa-pa Bunda. Mungkin Adel hanya belum terbiasa aja."

"Syukurlah kalau Arsen mengerti. Malam ini kalian tidur di sini dulu ya, kalaupun mau pergi ke rumah kamu bisa besok. Adel juga belum berkemas dengan barang-barangnya kan?" Rayyan menatap Arsen dan Adel secara bergantain.

Arsen hanya menanggapi dengan anggukan kecil. Sedangkan Adel malah kaget, entahlah apakah jantungnya aman jika terus-terusan merasa kaget seperti ini.

"Apa Yah? Rumah? Emangnya Arsen punya rumah? Ke rumah papa Dandy kan maksudnya?" Adel bertanya lantaran ia memang benar-benar tidak tau. Hidupnya memang penuh ketidak tahuan sekarang ini.

"Heh Adel ngomong apa tadi?" Bundanya menjewer telinga Adel. Untung saja tertutupi jilbab, jadi tidak terlalu terasa. Walaupun jeweran Bundanya ini khas dan sangat terasa sekali membuat Adel mengaduh kesakitan.

"Aduh-aduh Bunda kok di jewer sih Adelnya." Adel mengusap-usap telinganya ketika sang Bunda sudah menurunkan jeweranya itu.

"Abisnya Bunda udah bilang kan gimana coba cara manggil suami? Gak sopan Adel manggil namanya gitu." Tak tanggung-tanggung, kali ini Bundanya ini menceramahi Adel tepat di hadapan Ayah dan suaminya sekaligus.

Malu gak tuh? Malu lah masa enggak.

...

Setelah Adel di ceramahi abis-abisan di bawah tadi, kini Adel dan Arsen sedang berada di kamarnya sekarang. Dengan posisi Arsen yang rebahan di kasur kesayangan Adel, sedangkan Adel yang hanya duduk saja di kursi belajarnya.

Keduanya sama-sama asik memainkan ponsel masing-masing saat sudah masuk ke dalam kamar tadi. Tak ada yang berniat membuka suara sedikitpun.

Adel melihat keadaan kamarnya, bagaimana kiranya ia akan tidur malam ini? Kamarnya ini memang luas, tapi kasur alias tempat tidurnya itu memang yang mini khusus untuk satu orang.

Adel sengaja meminta Ayahnya dulu membeli seperti itu agar terlihat rapi saja. Toh dia juga tidur sendiri. Adel sama sekali tak memikirkan hal seperti ini akan terjadi sebelumnya. Ya wjaar sih ya, dulu kan dia masih kecil. Otaknya juga masih polos.

Di kamar Adel yang lumayan luas itu hanya di isi tempat tidur mini, meja belajar serta satu rak buku yang cukup besar. Rak itu berisi novel-novel kesayanganya. Tidak semuanya, ada juga buku-buku kuliahnya. Namun benar-benar bisa di hitung seberapa banyak buku kuliahnya itu. Perbandinganya juga sangat jauh.

Adel sekarang ingin menatap Arsen namun ia malah terlonjak kaget ketika Arsen yang juga tengah menatapnya intens sekarang.

"Kenapa? Tanya Adel garang saat melihat Arsen yang tengah menatapnya juga. Untungnya, kali ini ia bisa mengendalikan diri untuk tidak berteriak.

"Mau sampai kapan kamu di situ? Sekarang udah jam 1 malam Adel. Kamu dari tadi sore mengeluh capek tapi sekarang malah duduk terus di situ. Apa yang kamu pikirkan?"

Adel spontan langsung melihat jam di atas mejanya. Memang benar, sekarang sudah jam 1 malam. Adel juga baru sadar jika ia memang sudah lelah dan ingin sekali membaringkan badanya pada kasur empuk kesayanganya itu.

"Ya mau tidur, capek juga. Tapi... " Adel melirik tempat yang tersisa di samping Arsen enggan melanjutkan kalimatnya lagi.

"Sini tidur." Arsen menepuk tempat di sampingnya. Arsen benar-benar tidak berniat apapun. Arsen hanya merasa kasihan dengan wajah Adel yang sangat tampak kelelahan itu.

Dengan cepat Adel langsung menggeleng. Memeluk dirinya sendiri merapatkan baju tidurnya. Sebenarnya tadi Adel juga sudah mengganti piyama tipisnya itu dengan baju tidur yang lebih tebal.

Adel juga masih tetap memakai jilbabnya sekarang. Memang tadi Arsen sudah melihat bagaimana dirinya tidak berjilbab. Meskipun mereka sudah sah menjadi sepasang suami istri sekarang, Adel tetap merasa malu.

"Ya terus kamu maunya gimana? Gak tidur semalaman? Besok apa kata orang-orang melihat mata kamu. Dikirnya saya KDRT lagi. Lagian salah sendiri, inikan kamar kamu. Siapa suruh tempat tidurnya kecil seperti ini.

Arsen menatap sekeliling, kamar yang sebenarnya lumayan luas namun dengan tempat tidur yang kecil. Kamar ini full bernuansa biru bahkan sampai kamar mandinya sekalipun. Dengan mudah Arsen bisa menebak, jika Adel penyuka warna biru yang akut.

"Gak usah menghina jadi orang. Gini-gini, ini kamar ternyaman yang pernah Adel tempati. Percuma aja besar, mewah kalo gak memberi kenyamanan."

Adel polos, tapi ia juga tak sepolos itu. Arsen laki-laki, bagaimana jika nanti Arsen melakukan yang tidak-tidak terhadapnya. Melihat bagaimana tatapan Arsen denganya tadi saat dirinya masih menggunakan piyama tipis dan tak berjilbab?

Bukanya Adel ingin durhaka dengan suami? Tapi lihat saja bagaimana mereka berdua sedari tadi? Tak ada sama sekali kelembutan selain pertengkaran dari setelah akad bahkan sampai saat inipun Arsen masih menghina kamarnya.

...

17 Juli 2021

Ada kalanya, kenyataan memang tak seindah yang kita inginkan.

Follow sebelum baca.
Jangan lupa vote dan coment bagaimana ceritanya.

Jodoh Untuk Adel (END)✅Where stories live. Discover now