2. Beristirahat dengan Tenang

286 116 338
                                    

       Selama berbulan-bulan, Karina tidak pernah menaruh perhatian pada makam milik Jenorio Dhanadyaksa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

       Selama berbulan-bulan, Karina tidak pernah menaruh perhatian pada makam milik Jenorio Dhanadyaksa. Bahkan untuk memandangi makam tersebut lebih dari tiga detik pun tidak pernah. Akan tetapi, hari ini Karina baru menyadari sesuatu. Ditatapnya batu nisan bertulisan nama pemilik makam dengan saksama. Makam tersebut terlihat suram, seolah tidak pernah ada yang peduli untuk merawatnya. Rumput-rumput liar tumbuh begitu cepat selama beberapa bulan.

       Rupanya, hari ini tepat enam bulan Jenorio meninggal dunia. Entah mengapa, Karina merasa sedih dengan keadaan makam tersebut. Jenorio seakan dilupakan begitu saja setelah dia meninggal. Hal yang paling menyedihkan adalah tidak pernah ada yang memberi bunga kepada Jenorio.

       Karina sedikit mengetahui siapa Jenorio Dhanadyaksa. Mereka berkuliah di universitas yang sama. Beberapa bulan yang lalu, terdengar berita bahwa mahasiswa jurusan Pendidikan Fisika bernama Jenorio Dhanadyaksa meninggal dunia. Hanya itu yang Karina ketahui tentang Jenorio. Penyebab meninggalnya pun tidak dijelaskan sama sekali. Berita tersebut sempat membuat heboh kampus. Namun, lama-lama berita tersebut tidak lagi dipedulikan oleh mereka. Jenorio terlupakan begitu saja.

       Hati Karina tidak kuasa menahan sedih. Jenorio seharusnya sudah berusia dua puluh satu tahun jika dia masih hidup. Lelaki itu masih terlalu muda untuk mengubur impiannya dalam-dalam di tempat peristirahatan terakhirnya. Seharusnya lelaki itu sebentar lagi menyelesaikan kuliahnya dan mendapat gelar sarjana. Seharusnya Jenorio sekarang sedang bersenang-senang untuk menikmati masa mudanya.

       Batin Karina tergerak untuk memberikan bunga ke atas makam Jenorio, agar tempat peristirahatan terakhir Jenorio tidak terlihat suram. Gadis itu membuka buket bunga Forget-Me-Not yang dia bawa tadi, kemudian mengambil beberapa tangkai untuk diletakkan ke atas makam Jenorio. Dalam hati, Karina meminta maaf kepada neneknya karena membagi bunga yang dia bawa itu.

        Karina tersenyum kecil melihat makam Jenorio yang sudah memiliki bunga di atasnya. Gadis itu kemudian berdiri, sudah waktunya dia untuk pulang. Ditatapnya kedua makam neneknya dan Jenorio secara bergantian, lalu melangkah pergi dari sana. Karina kembali ke mobil Nando yang masih terparkir di luar.

       "Maaf agak lama," ucap Karina sambil tersenyum kecil.

       "It's okay," sahut Nando. Dia mengusap rambut Karina dengan lembut. "Habis ini kamu mau ikut aku ke rumah? Mama nyariin kamu terus."

       Karina mengangguk senang, "boleh!"

       "Oh, iya," kata Nando, "happy birthday, Sayang."

       Gadis itu tersenyum manis. "Tadi malem udah diucapin."

       "Ngucapin versi langsungnya baru sekarang," sahut Nando. "Kadonya nyusul, ya, Sayang. Aku ikut PO soalnya."

       Karina tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Ada-ada saja kelakuan Nando yang membuatnya tertawa. Sementara itu, Nando terkekeh karena merasa gemas dengan gadis itu. Nando mengusap rambut Karina sebentar. Dia pun mengemudikan mobilnya menuju rumahnya. Karina menyandarkan diri pada kursi mobil, lalu menoleh kepada Nando.

       "Kamu kenal yang namanya Jenorio Dhanadyaksa, nggak?" tanya Karina tiba-tiba.

       "Kenal," jawab Nando. "Dia Jurusan Pendidikan Fisika, kan?"

       "Kamu kenal dari mana?" tanya Karina lagi.

        "Dia temen aku waktu SMA, Rin," jawab Nando. "Dulu aku sama dia sekolah di SMA yang sama, tapi beda kelas."

       "Oh, ya?" sahut Karina. "Aku gak tau ternyata kamu temenan sama dia."

       "Emangnya kenapa, Rin?" Nando bertanya balik.

       "Dia dimakamkan di samping makam nenek aku ternyata," jawab Karina. "Aku baru sadar tadi."

       Raut wajah Nando berubah menjadi sedih. "Aku udah jarang ngobrol sama dia selama kuliah. Padahal dulu aku akrab sama dia. Tapi semenjak kuliah, dia jadi lebih tertutup sama orang lain."

       Karina mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar perkataan Nando. Gadis itu kemudian bertanya, "dia meninggalnya kenapa?"

       "Gak ada yang tau pasti," jawab Nando. "Penyebab meninggalnya gak pernah dikasih tau. Keluarganya nutup-nutupin ceritanya."

       "Kasian banget," gumam Karina. "Terus keluarganya di mana sekarang?"

       "Udah pindah, tapi gak tau ke mana," sahut Nando. "Jeno ditinggalin gitu aja di sini."

       Karina seolah bisa merasakan betapa menyakitkannya jika hal tersebut terjadi. Walaupun dirinya meninggal nanti, Karina ingin terus diingat oleh orang lain. Dia tidak ingin dilupakan begitu saja. Apakah Jenorio yang berada di atas sana juga merasa sedih karena tidak ada satu pun keluarganya yang berkunjung dan memberi bunga di makamnya?

       "Ada apa, ya, kira-kira sama dia?" tanya Karina yang penasaran.

       "Aku gak tau," sahut Nando. "Kalo aja kakaknya masih tinggal di sini, bakal aku tanya ke dia."

       Karina menghembuskan napasnya, mencoba untuk tidak terlalu penasaran. Dia bukanlah siapa-siapa bagi Jeno. Dirinya tidak memiliki hak untuk ikut campur dalam masalah Jenorio semasa hidupnya. Karina seharusnya membiarkan Jenorio beristirahat dengan tenang.

       Oleh karena itu, Karina hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum.


•••



masih pemanasan nih hehehe

Forget-Me-NotWhere stories live. Discover now