5. Mengabulkan Permintaan Jenorio

220 52 118
                                    

       Semenjak mengunjungi makam Jenorio, Nando menjadi lebih murung

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.


       Semenjak mengunjungi makam Jenorio, Nando menjadi lebih murung. Karina merasa bersalah karena telah mengungkit kembali luka yang berusaha Nando kubur dalam-dalam. Mungkin saja, Nando sudah hampir bisa merelakan kepergian sahabatnya. Karina malah membuat Nando teringat kepada Jenorio lagi.

       Akan tetapi, bagi Karina tidak adil bagi Jenorio untuk dilupakan begitu saja. Setidaknya, harus ada seseorang yang selalu mengingat Jenorio. Karina berpikir, Jenorio akan merasa sedih di atas sana jika orang-orang melupakannya. Apalagi dari cerita Nando, Jenorio merupakan pemuda yang baik. Karina memang tidak mengenal Jenorio secara personal, namun rasa empatinya kepada Jenorio terlalu besar untuk mengabaikan pemuda itu.

       Karina tidak bisa mengabaikan makam pemuda itu. Terlebih, makam Jenorio berada di samping makam neneknya. Karina tidak pernah bisa lagi mengalihkan pandangannya dari makam Jenorio setelah mendengar hal tentang pemuda itu dari Nando.

       Nando bercerita sewaktu mendengar bahwa Jenorio meninggal dunia, dirinya mengendarai sepeda motornya dengan sangat cepat tanpa mempedulikan apa-apa lagi. Setibanya di rumah sakit, ternyata Jenorio sudah dibawa pulang oleh keluarganya. Nando menangis sekencang-kencangnya di lorong rumah sakit, walaupun orang-orang memandangnya dengan heran. Nando sangat hancur kala itu.

       Karina merutuki dirinya sendiri. Gadis itu tidak berani lagi mengajak Nando mengunjungi makam Jenorio. Bulan ini, Karina pergi sendirian. Nando juga sedang berada di perjalanan menuju Bandung untuk bertemu dengan Rayhan. Nando berjanji akan mengenalkan Rayhan kepada Karina nanti. Karina hanya mengangguk dan membiarkan Nando pergi ke Bandung.

       Gadis itu berjalan sendirian menuju toko bunga yang berlokasi cukup dekat dari rumahnya. Semilir angin berhembus lembut, menerbangkan beberapa helai rambutnya. Hari ini, awan-awan berkumpul menghalangi sinar sang mentari di langit. Karina terkadang membayangkan neneknya memperhatikannya dari atas sana.

       Pandangan Karina tertuju pada seorang wanita tua yang berdiri di seberang jalan tempat Karina berada. Anehnya, wanita tua itu menatap Karina terus-menerus. Karina terdiam di tempatnya dan membalas tatapan wanita tua itu. Siapa wanita tua itu? Mengapa wanita tua itu terus menatap Karina tanpa berkedip?

       Karina memutuskan untuk berpura-pura mengabaikan si wanita tua. Gadis itu berjalan masuk ke dalam toko bunga tujuannya. Karina tersenyum hangat melihat bunga-bunga cantik di sana. Dia kembali membeli dua buket bunga Forget-Me-Not, masing-masing berwarna biru dan ungu. Biru untuk Jenorio dan ungu untuk neneknya.

       Akhir-akhir ini, Karina semakin terobsesi dengan bunga Forget-Me-Not. Bagi Karina, bunga tersebut adalah bunga tercantik yang pernah dia lihat. Bunga tersebut memiliki makna dan cerita yang paling bagus. Dia ingin bunga ini menjadi simbol bahwa Jenorio takkan dilupakan.

       Setelah membeli bunga, Karina berjalan keluar dari toko. Pandangan Karina kembali tertuju ke arah seberang jalan. Wanita tua tersebut masih ada di sana. Karina sungguh heran. Ada apa dengan wanita tua itu? Apa yang dia inginkan dari Karina?

       Gadis itu merasa sedikit ketakutan. Karina berjalan menjauh sambil memesan ojek online lewat ponselnya. Gadis itu menunggu ojeknya tiba dengan perasaan was-was, walaupun wanita tua tersebut tidak terlihat lagi. Karina menggeleng-gelengkan kepalanya. Mungkin dia hanya berhalusinasi.

       Di perjalanan menuju pemakaman umum, Karina masih memikirkan tentang wanita tua tersebut. Gadis itu bahkan terlambat menyadari bahwa dia telah tiba di tujuan. Suara pengemudi ojek itu menyadarkannya hingga Karina tersentak. Karina kemudian turun dari sepeda motor dan mengucapkan terima kasih. Si pengemudi pergi dari sana.

       Karina berjalan memasuki area pemakaman. Dia sudah sangat hafal di mana letak makam neneknya. Dia tiba di depan makam neneknya, lalu berjongkok dan memberi buket bunga Forget-Me-Not berwarna ungu ke atas makam.

       “Yang ungu buat nenek,” gumam Karina. “Kalo yang biru buat Jeno.”

       Karina meletakkan buket bunga Forget-Me-Not berwarna biru ke atas makam Jenorio. Karina tersenyum melihat makam tersebut. Sekarang makam Jenorio terlihat cantik. Seharusnya makam tersebut terlihat cantik sedari dulu. Karina ingin Jenorio melihat ke bawah sini dan merasa bahagia.

       “Nak?”

       Karina terperanjat kaget. Gadis itu segera berbalik dan berdiri. Dia mendapat wanita tua tadi berdiri di hadapannya. Si wanita tua tersenyum kepada Karina.

       “I-iya?” sahut Karina terbata-bata.

       Tatapan si wanita tua beralih ke makam Jenorio. Beliau kembali tersenyum. Karina memperhatikan gerak-gerik si wanita tua. Namun, dia tidak menemukan adanya niat jahat dari beliau. Ketika melihat si wanita tua dari kejauhan tadi, Karina merasa was-was. Akan tetapi, setelah beliau berada di dekatnya, Karina merasa lebih tenang.

       “Sudah lama Nenek perhatikan, kamu sering ke sini, ya?” tanya beliau.

       “Iya, Nek,” jawab Karina. “Nenek kenapa merhatikan saya?”

       “Anak baik,” sahut si wanita tua dengan suara yang terdengar hangat.

       Karina bingung ingin membalas apa. Sementara si wanita tua dengan susah payah berjongkok di samping makam Jenorio. Karina mengerutkan keningnya, merasa kebingungan dengan gerak-gerik wanita tua itu.

       “Anak ini kasihan sekali,” ucap beliau secara tiba-tiba. “Semua orang yang mengenal dia mencoba untuk melupakannya.”

       Wanita tua itu terlihat sedih. Karina ikut berjongkok di samping makam Jenorio. Dia memandang si wanita tua dengan heran.

       “Nenek kenal sama dia?” tanya Karina.

       Si wanita tua hanya tersenyum. “Dia anak yang baik,” kata beliau tanpa menjawab pertanyaan dari Karina. “Pantas saja permintaannya dikabulkan.”

       Karina semakin kebingungan. “Maksudnya?”

       “Kamu ingin melihat kehidupan Jenorio?” Beliau balik bertanya. “Tolong bantu kabulkan permintaannya, ya.”

       “Gimana caranya?”

       Si wanita tua mengarahkan tangan Karina untuk memegang kalung milik Jenorio yang sengaja diletakkan di batu nisannya. Lama-lama, Karina merasakan kepalanya semakin berat. Tanpa sadar, kedua mata Karina tertutup dengan sendirinya.




•••




hai, apa kabarnya hari ini?

Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : Oct 01, 2021 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

Forget-Me-NotOù les histoires vivent. Découvrez maintenant