"EH!?"
"Satoru-san apa maksudnya?" Yuuji bertanya gugup bahkan keringat dingin kini telah mengalir di pelipisnya.
"Hei, jangan salah paham dulu. Alat yang selanjutnya, harus kau pakai hingga bawah. Jadi lepas celana dan bajumu." Jelas Satoru mengeluarkan alat yang di maksud.
Satu set bunny costume di berikan pada Yuuji. Pemuda bersurai pink tersebut menerimanya enggan-enggan."Masuk lah ke kamar mandi di sebelah sana." Ucap Satoru menunjuk ruangan berpintu hitam yang di maksud. Yuuji mengangguk patuh, kaki jenjangnya segera melangkah ke tempat yang di perintahkan. Sampai di dalam sana helaan nafas panjang keluar dari bibir manisnya.
5 menit berlalu akhirnya pintu kamar mandi kembali terbuka lebar menampilkan seorang Itadori Yuuji dengan costume bunny. Ia menunduk tak percaya diri dengan penampilannya. Tangan lentik dan kasar Yuuji berusaha menutupi tubuhnya. Walau hal tersebut tak berguna. Karena yang tertutup darinya hanya bagian bawah. Sebuah celana lebih tepatnya celana dalam ber-resleting.
(Aku cuma Nemu di pin Weh)
Satoru terpukau dengan nafas yang memberat. Dirinya merasa sedikit terangsang karena pemandangan di depan. Hal ini tentu tidak baik. Karena bisa saja ia tiba-tiba 'menyerang' dan 'memakan' Yuuji sekarang. Satoru menepuk pipinya keras mengejutkan Yuuji.
"Satoru-san..."
"Ah eum.... kemarilah." Satoru tanpa sadar merentangkan kedua tangannya. Yuuji menatapnya bingung. Ragu-ragu ia berjalan ke arah Satoru dan duduk di pangkuannya.
"Eh?" Otak pria berambut putih tersebut seolah blank. Ia menatap Yuuji yang juga menatapnya. Tangan pemuda yang di pangkunya memegangi pundak Satoru erat. Wajah Yuuji memerah padam ia juga bergerak tak nyaman.
Satoru menetralkan nafasnya yang memburu serta pikiran nya yang traveling. "Apa ada bagian yang membuat mu kurang nyaman?"
Yuuji mengangguk setuju. Ia menyetuh bagian pantatnya. "Ugh di sini terasa ketat sekali."
YOU ARE READING
Toy Sex [END] || Goyuu
FanfictionItadori Yuuji bekerja di tempat protitusi. Karena keterbatasan biaya. Walau bukan ia yang melayani pelanggan. Tapi tetap saja bekerja di sana sungguh memalukan. Suatu malam ia di perintahkan untuk membeli mainan sex oleh rekannya. Untuk pertama kali...